Loading

Angin berhembus lembut menyapa hari. Matahari tersenyum manis menyinari dunia. Anak-anak bersekolah dengan semangat pagi. Embun pagi pun berlarian di atas daun talas. Pagi ini kunikmati dengan hati yang berbunga-bunga.

Guru ngajiku, Ustadzh Nadia pulang ke desa. Aku senang sekali mendengar kabar gembira ini. Sudah sati sahun aku tak bertemu dengan Ustadzh Nadia. Sebelum melahirkan Ustadzh Nadia dibawa suaminya pergi ke Bandung. Katanya sih, mau melahirkan didekat mertua.

Ku kenakan gamis terbaik yang aku miliki, untuk menyambut kedatangan Ustadzh Nadia. Kearena aku sudah menganggap Ustadzh Nadia sebagai kakakku. Selain itu, guru kesayangan ku ini adalah orang yang pernah menjadi sobat karib almarhum kakakku waktu aku masih SD. Jadi,  aku sudah mengenal Ustadzh Nadia jauh sebelum dia menjadi guruku.

Aku berlari dari rumah menuju perbatasan desa menunggu kedatangan Ustadzh Nadia. Aku menjemput Ustadzh Nadia sendiri. Aku sudah nggak sabar melihat Ustadzh Nadia dan bayi mungilnya. Aku nggak bisa nungguin Anita terlalu lama, jadi aku tinggalkan saat dia mandi dan kusuruh Anita menyusulku kerumah  Ustadzh Nadia.

Nggak lama menunggu, aku melihat tangan melambai dari balik kaca mobil yang berwarna merah marun. Dan ternyata, lambaian tangan itu ditujukan kepadaku dari Ustadzh Nadia. Aku tersenyum 227 (2cm kanan, 2cm kiri, tahan 7 detik), lalu aku masuk dengan langkah pasti kedalam mobil itu. Dan kami langsung menuju kediaman Ustadzh Nadia.

Bersambung…

[Nurmaila Sari, santri angkatan ke-2, Pesantren Media]

By Nurmaila Sari

Nurmaila Sari | Alumni, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMA | Asal Pekanbaru, Riau | @nurmailasarii

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *