Makalah
Amtsalul Quran
Penyusun: Siti Muhaira
Pembimbing: Ust. Rahmatullah NH
Muqoddimah
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Muhammad saw. Juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh kaum Muslimin yang senantiasa mengamalkan sunah-sunnahnya. Amiin
Makalah ini adalah sebagai hasil dari tugas yang telah diberikan oleh guru saya, Ustadz Rahmatullah Noor Hidayat. Insya Allah, saya akan membahas mengenai Amtsalul Quran. Mungkin ada di antara pembaca sekalian yang belum mengenal Amtsalul Quran. Begitu juga dengan saya. Ini adalah kali pertama saya membuat makalah yang membahas tentang Amtsalul Quran.
Dalam uraian ini akan dibahas mengenai pengertian Amtsalul Quran, rukun-rukunnya, maam-macamnya, faedah dan tujuan dari Amtsalul Quran sendiri. Semoga makalah ini memberi wawasan lebih untuk kita dan menambah kecintaan kita terhadap Al Quran. Bagi saya pribadi, semoga makalah yang hanya beberapa halaman ini menjadi ladang pahala dan sebagai kontribusi saya dalam mengamalkan dan memperjuangkan Al Quran. Amiin
Sekian
Wassalamu’alaikum wr.wb
DAFTAR ISI
Muqoddimah
1. Pendahuluan:
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan
- Manfaat
2. Pembahasan: Amtsalul Quran
- Pengertian Amtsalul Quran
- Rukun Amtsalul Quran
- Macam-macam Amtsalul Quran
- Faedah Amtsalul Quran
- Tujuan Amtsalul Quran
3. Kesimpulan
4. Penutup
5. Daftar Pustaka
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Di dalamnya berisi tuntunan ibadah, cerita-cerita umat terdahulu, pergaulan dalam keluarga dan masyarakat serta kehidupan akhirat berupa hari kiamat, surga, neraka dan lainnya.
Ketika membaca Al Quran, pernahkan kalian menemukan ayat yang berisi suatu hal yang samar? Memang ada banyak ayat dalam Al-Quran yang menceritakan hal-hal yang samar dan abstrak. Jika manusia hanya mengandalkan akalnya tentu ia tidak akan bisa memahami maknanya. Sering kali, ayat-ayat yang samar tersebut diperumpamakan dengan hal-hal yang nyata. Maka dibutuhkan suatu ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam Al-Quran. Ilmu tersebut yaitu Amtsalul Quran yaitu ilmu yang mempelajari tentang perumpamaan. Kitab khusus yang membahas Amtsalul Qur’an di antaranya adalah Amtsal Al-Quran karangan Ibnu Qayyim Al Jauziah.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah pengertian Amtsalul Quran?
- Apa saja rukun-rukun Amtsalul Quran?
- Apa saja macam-macam Amtsalul Quran?
- Apa faedah Amtsalul Quran?
- Apa tujuan Amtsalul Quran?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
- Mengetahui pengertian Amtsalul Quran
- Mengetahui rukun-rukun Amtsalul Quran
- Mengetahui macam-macam Amtsalul Quran
- Mengetahui faedah Amtsalul Quran
- Mengetahui tujuan Amtsalul Quran
1.4 Manfaat
Supaya saya dan pembaca mengetahui dan memahami ilmu Amtsalul Quran dan mengamalkannya kepada segenap kaum Muslimin. Dengan harapan kaum Muslimin memahami bahwa Al-Quran tidak sekedar untuk dibaca. Salah satunya adalah untuk mempelajari ilmu-ilmu dalam Al-Quran.
BAB II
Amtsalul Quran
2.1 Pengertian
Secara bahasa kata amtsal adalah bentuk jamak dari matsal, mitslu dan matsil. Kata ini memiliki makna yang sama dengan kata syabah, syibh dan syabih. Pengertian amtsal secara bahasa ini ada tiga macam, yaitu :
- Perumpamaan, gambaran atau perserupaan
- Cerita atau kisah, jika keadaannya sangat menakjubkan
- Sifat, keadaan atau tingkah laku.
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ulama. Apa saja itu? yaitu:
- Menurut ulama ahli ilmu adab:
وَالْمِثْلُ فِي الْأَدَبِ قَوْلٌ مُحْكِيٌّ سَائِرٌ يُقْصَدُ بِهِ تَشْبِيْهُ حَالِ الَّذِي حُكِىَ فِيْهِ بِحَالِ الَّذِي قِيْلَ لِأَجْلِهِ.
Mitslu dalam ilmu adab adalah ucapan yang disebutkan untuk menggambarkan ungkapan lain yang dimaksudkan untuk menyamakan atau menyerupakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju.
Maksudnya adalah menyerupakan hal yang disebutkan dengan asal ceritanya. Jadi Amtsal/mitslu menurut pengertian ini harus ada asal ceritanya loh. Contohnya yaitu pada ucapan orang Arab: رُبَّ رَمِيَّةٍ مِنْ غَيْرِ رَامٍ (betapa banyak lemparan panah yang mengena tanpa sengaja) artinya yaitu betapa banyak lemparan panah yang mengenai sasaran yang dilakukan oleh seorang pelempar yang biasanya tidak tepat lemparannya. Orang pertama yang mengucapkan amtsal ini adalah al-Hakam bin Yagus an-Nagri. Beliau berkata kepada orang yang biasanya berbuat salah tapi kadang-kadang berbuat benar.
- Menurut ulama ahli ilmu bayan:
الْمَجَازُ الْمُرَكَّبُ الَّذِي تَكُوْنُ عَلَاقَتُهُ الْمُشَابِهَةُ مَتَى فَشَا إِسْتِعْمَالُهُ
Yaitu majas/kiasan yang majemuk yang keterkaitan antara yang disamakan dengan asalnya adalah penyerupaan.
Bentuk amtsal menurut pengertian ini adalah bentuk isti’aarah tamtsiiliyyah, yakni kiasan yang menyerupakan. Seperti:
وَمَا الْمَالُ وَالْأَهْلُوْنَ إِلِّا وَدَائِعُ ◊ وَلَا بُدَّ يَوْمًا أَنْ تُرَدَّ الْوَدَائِعُ
Tiadalah harta dan keluarga melainkan bagaikan titipan, pada suatu hari titipan itu pasti akan dikembalikan.
Dalam syair tersebut, tampak jelas penyair menyerupakan harta dan keluarga dengan benda titipan yang dititipkan oleh seseorang kepada kita, yang sama-sama bisa diambil sewaktu-waktu oleh orang yang menitipkannya. Allah-lah pemilik segala yang ada di alam semesta ini.
- Menurut sebagian ulama:
إِنَّهُ إِبْرَازُ الْمَعْنَى فِي صُوْرَةٍ حِسِّيَةٍ تَكْسِبُهُ رَوْعَةً وَ جَمَالًا
Mengungkapkan suatu makna yang abstrak dalam bentuk sesuatu yang konkret/nyata yang elok dan indah.
Contohnya seperti ungkapan الْعِلْمُ نُوْرٌ (ilmu itu cahaya). Dalam hal ini menyamakan antara ilmu yang bersifat abstrak dengan cahaya yang konkret, yang bisa diindera oleh penglihatan. Tidak harus selalu ada asal cerita atau majaz murakkabnya.
Menurut Ibnu Qayyim (dalam Manna Kholil, 1992: 400): Amtsal adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukum, mendekatkan yang logis kepada yang indrawi atau salah satu dari dua indra dengan yang lain karena adanya kemiripan.
Jadi, Amtsal itu adalah menonjolkan makna dalam bentuk perkataan yang menarik, padat dan mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa.
2.2 Rukun Amtsal
Apakah kalian tahu siapa yang pertama kali menyusun ilmu Amtsalul Quran? Benar, yang yang pertama kali menyusun ilmu amtsal ialah Syaikh Abdur Rahman Muhammad bin Husain An-naisaburi. Kemudian disusul oleh Imam Abdul Hasan bin Muhammad Al-Mawardi, Ibnu Qayyim dan Jalaludin As-Suyuti. Ahli balaghah mensyaratkan bahwa tamsil itu harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu: bentuk kalimatnya ringkas, isi maknanya mengena dengan tepat, perumpaannya baik dan sampiran atau kinayahnya harus indah.
Sebagian ulama mengatakan amtsal memiliki empat unsur, yaitu:
- (وجه الشبه) Wajhu Syabah/ segi perumpamaan.
- (اداة التشبيه) Adatu Tasybih/ alat yang digunakan untuk tasybih. Yaitu kaf, mitsil, kaanna dan semua lafadz yang menunjukkan makna perseruan
- (مشبه) Musyabbah/ yang diseumpamakan.
- (مشبه به) Musyabbah bih/ Sesuatu yang dijadikan perumpamaan
Sebagai contoh firman Allah SWT:
مثل الذين ينفقون أموالهم فى سبيل الله كمثل حبّة أنبتت سبع سنابل فى كل سنبلة مائة حبّة , والله يضعف لمن يشاء, والله سميع عليم
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 26)
Penjelasannya, Wajhu Syabah pada ayat di atas adalah “pertumbuhan yang berlipat-lipat”. Ada satu tasybihnya adalah kata ‘matsal’. Musyabbahnya adalah infaq atau shadaqah di jalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.
2.3 Macam-macam Amtsalul Quran
Amtsal dalam Al-Quran ada tiga macam, yaitu:
- Amtsal Musharrahah
Yaitu amtsal yang tegas dan jelas menggunakan kata-kata perumpamaan. Di dalamnya ada lafadz matsal atau yang menunjuk kepada tasybih.
Contohnya firman Allah tentang orang-orang munafik: (QS. Al-Baqarah : 17-20)
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api. Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”
Dalam ayat-ayat di atas Allah membuat dua perumpamaan bagi orang munafik:
- Matsal yang berkenaan dengan api
“… adalah seperti orang yang menyalakan api…”
Allah Swt menyebut orang munafik bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan manfaat. Mengingat mereka memperoleh manfaat materi dengan sebab masuk Islam. Namun di sisi lain, Islam tidak memberikan pengaruh cahayanya kepada hati mereka. Kenapa? karena Allah Swt menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu. “Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka…”
- Matsal yang berkenaan dengan air
“…atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit…”
Allah Swt menyerupakan orang munafik dengan keadaan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, gemuruh dan kilat. Sehingga rusaklah segenap kekuatan orang itu dan ia meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata karena takut petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Al-Qur’an dengan segala peringatan, perintah, larangan dan khitabnya bagi orang munafik tak ubahnya seperti petir yang turun sambar-menyambar.
2. Amtsal Kaminah
Yaitu amtsal yang tersembunyi. Maksudnya, lafadz tamsil (pemisalan) nya tidak ditegaskan. Tetapi menunjuk kepada makna-makna yang indah, menarik dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya sebagai berikut:
- Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: خير الامور البسط (Sebaik-baik urusan adalah pertengahannya) yaitu:
A. Firman-Nya mengenai shalat:
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (QS. Al-Isra’ : 110)
B. Firman Allah mengenai sapi betina:
Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu? Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu” (QS. Al-Baqarah: 68)
- Ayat yang senada dengan perkataan ليس الخبر كالمعاينة (Kabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri). Misalnya firman Allah Swt tentang Ibrahim:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 260)
- Ayat yang senada dengan perkataan كما تدين تدان (Sebagaimana kamu telah menghutangkan maka kamu akan dibayar). Misalnya:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah” (QS. An-Nisa : 123)
- Ayat yang senada dengan perkataan لايلدغ المؤمن من جحرمرتين (Orang mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama). Misalnya seperti pada firman Allah Swt mengenai lisan ya’kub:
Berkata Ya’qub: “Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang di antara Para Penyanyang” (QS. Yusuf : 64)
3. Amtsal Mursalah
Yaitu amtsal yang terlepas. Maksudnya, kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal. Contohnya:
- ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
- “Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri” (QS. Fathir : 43).
- “Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah” (QS. Al-baqarah : 249).
- “Kamu kira mereka itu bersatusedang hati mereka terpecah belah” (QS. Al-Hasyr : 14).
Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai ayat-ayat yang mereka namakan amtsal mursalah ini apa atau bagaimana hukum menggunakannya sebagai matsal.
Sebagian ahli ilmu memandang hal demikian telah keluar dari adab Al-Quran. Ar-Razy berkata ketika menafsirkan ayat, لكم دينكم وليدين “Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun [109] : 6)
Sebagian orang menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk membela, membenarkan perbuatannya ketika meninggalkan agama/murtad, padahal hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Al-Quran bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan kemudian diamalkan isi kandungannya.
2.4 Faedah/Manfaat Amtsalul Quran
Ada beberapa faedah/manfaat dari Amtsalul Quran. Di antaranya yaitu:
- Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk nyata yang dapat dirasakan dan dipahami oleh indra manusia.
- Menyingkapkan hakikat dari sesuatu yang tidak nampak menjadi seakan-akan nampak. Contoh:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata: Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 27)
- Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
- Memotivasi orang untuk mengikuti perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal. Misalnya Allah Swt membuat matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah Swt. Hal tersebut akan memberikan kebaikan yang banyak.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)
- Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
Misalnya firman Allah tentang larangan mengunjing:
“… dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…” (QS. Al-Hujurat : 12)
- Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan agar kita dapat mengambil
- Untuk memuji orang yang diberi mats Seperti pada firman-Nya tentang para sahabat:“… Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)…” (QS. Al-Fath : 29).
Begitula para sahabat Nabi, pada mulanya mereka hanya golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena ketaqwaan dan semangat mereka memperjuangkan agama Islam.
- Untuk menggambarkan (dengan matsal tersebut) sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya matsal tentang keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat hingga tidak mengamalkannya. Firman-Nya:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS. Al-A’raf : 175-176).
9. Untuk menjadi hujjah (argumen) atas kebenaran. Seperti dalam firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 75:
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat berbuat (bertindak) terhadap sesuatu pun dan seseorang yang Kami beri rezeki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebahagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan. Adakah mereka sama?”
Nah, itulah beberapa faedah dari ilmu Amtsalul Quran.
2.5 Tujuan Amtsalul Quran
Allah menggunakan banyak perumpamaan dalam Al-Quran. Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu mengingat. Firman-Nya:
ولقد ضربنا للناس فى هذاالقرأن من كل مثل لعلهم يتذكرون
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (QS. Az-Zumar: 27)
لَوْ أَنْزَلْنَا هذاالقرأن على جبل لرأيته, خاشعا متصدّعا من خشية الله ˆ وتلك الأمثال نضربها للناس لعلهم يتفكرون
Artinya: ”kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al-Hasyr [59] : 21)
Rasulullah saw bersabda dalam hadits riwayat Abu Hurairah:
إنَّ الْقُرْأَنَ نَزَلَ عَلَى خَمْسَةِ أَوْجُهٍ حَلَالٍ وَ حَرَامٍ وَ مُحْكَمٍ وَ مُتَشَابِهٍ وَ أَمْثَالٍ فَاعْلَمُوْا بِالْحَلَالِ وَاجْتَنِبُوْا الْحَرَامَ وَاتَّبِعُوْا الْمُحْكَمَ وَأَمِنُوْا بِالْمُتَشَابِهِ وَاعْتَبِرُوْا بِالْأَمْثَالِ
“Sesungguhnya Al-Quran turun dengan menggunakan lima sisi: halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. Kerjakanlah kehalalannya, tinggalkanlah keharamannya, ikutilah muhkamnya, imanilah mutasyabihnya dan ambillah pelajaran dari amtsalnya.
Sayangnya para pembaca sekalian, perumpamaan yang ada di dalam Al-Quran tidak selalu membuat manusia langsung mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya. Karena memang tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan. Makanya, kita perlu ilmu untuk memahaminya. Dan orang yang berilmulah yang bisa memahaminya. Firman-Nya:
وتلك الأمثال نضربها للناس, وما يعقلها الا العلمون
Artinya: ”Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut [29] : 43)
Dari dalil Al-Quran dan hadits di atas maka jelas bahwa tujuan Amtsal Al-Quran adalah sebagai teladan dan bahan renungan sehingga manusia terbimbing menuju jalan yang benar demi meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Syeikh Izzuddin berkata: Sesungguhnya Allah itu membuat perumpamaan-perumpamaan di dalam Al-Quran hanya untuk mengingatkan dan memberikan nasihat. Adapun cakupannya yang menunjukkan bertingkat-tingkatnya pahala atau menyebabkan hilangnya pahala suatu amal atau menunjukkan pujian atau celaan atau semisalnya maka semua itu menunjukkan kepada hukum-hukum.
Wallahu a’lam
BAB III
KESIMPULAN
Amtsalul Quran adalah cabang ilmu yang mempelajari perumpamaan dalam Al-Quran. Di antara orang yang mmenyusun ilmu ini adalah Syaikh Abdur Rahman Muhammad bin Husain An-naisaburi. Kemudian disusul oleh Imam Abdul Hasan bin Muhammad Al-Mawardi, Ibnu Qayyim dan Jalaludin As-Suyuti.
Pengertian Amtsal berbeda dari segi bahasa dan istilahnya. Amtsal adalah perumpaan, cerita, sifat atau keadaan. Sedangkan dari istilah banyak pengertiannya. Baik dari ulama ilmu adab, bayan atau tafsir. Walaupun begitu dapat disederhanakan bahwa amtsal adalah mengungkap makna yang abstrak menjadi nyata dan menonjolkan makna dalam bentuk perkataan yang menarik, padat dan mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa.
Rukun Amtsalul Quran ada 4, yaitu Wajhu Syabah/ segi perumpamaan, Adatu Tasybih/ alat yang digunakan untuk tasybih (yaitu kaf, mitsil, kaanna dan semua lafadz yang menunjukkan makna perseruan), Musyabbah/ yang diseumpamakan dan Musyabbah bih/ Sesuatu yang dijadikan perumpamaan. Di antara macam Amtsalul Quran adalah Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah.
Allah menggunakan banyak perumpamaan dalam Al-Quran agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu mengingat. Sayangnya, perumpamaan yang ada di dalam Al-Quran tidak selalu membuat manusia langsung mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya. Maka dibutuhkan ilmu Amtsalul Quran.
Amtsal Quran penting untuk memotivasi orang agar mengikuti perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal, menghindarkan diri dari perbuatan negatif. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Quran Allah swt banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
BAB IV
Penutup
Demikian makalah mengenai Amtsalul Quran. Saya sebagai penyusun menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini. Karena saya pun masih dalam proses belajar. Jika terdapat kekurangan dan kesalahan mohon maaf. Kritik dan saran membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah ini menambah wawasan kita, menambah kecintaan kita terhadap Al Quran dan memberikan manfaat fiddin, fiddunya wal akhirah amiin. Terlebih menjadi ladang pahala dan sebagai kontribusi saya dalam mengamalkan dan memperjuangkan Al-Quran. Amiin Allahumma Amiin..
Wassalam
Daftar Pustaka
- Al-Quran dan Hadits
- http://makalah-aliz.blogspot.com/2012/05/ilmu-amtsalul-quran.html
- http://lembagastudiislam.blogspot.com/2011/12/amtsalul-quran-permisalan-permisalan_09.html
- http://buanyakilmu.blogspot.com/2009/05/amtsalul-quran.html
- http://makrufimuhammad.blogspot.com/2012/04/amtsalul-quran.html
- http://dedysupardi04.blogspot.com/2012/09/ilmu-amtsalul-quran.html
- http://as-sirny.blogspot.com/2012/10/amtsalul-quran.html
- http://ozekage.wordpress.com/2013/02/07/makalah-amtsalul-quran/
- http://fumishbah.wordpress.com/2011/04/08/makalah-q-semester-satu/
- http://hadifauzan.blogspot.com/2013/03/amtsal-alquran.html
- http://naulia758.blogspot.com/2012/12/amtsal-al-quran.html]
Catatan:
Makalah ini adalah sebagai Tugas Pelajaran Tafsir, Pesantren Media
ijin share ya..semoga jadi amal shaleh anda
lihat juga http://www.ruangwacana.com/2017/06/amsal-perumpamaan-al-quran-macam-dan-faedahnya.html sebagai referensi tambahan