Loading

P_20150304_111234Hari Rabu, tanggal 4 Maret 2015, aku bersama teman-teman Pesantren Media, pergi refreshing ke Jakarta. Kegiatan ini sudah dibicarakan sejak beberapa minggu yang lalu. Rencananya, kami akan pergi ke Tugu Monumen Nasional dan Islamic Book Fair di Senayan. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu.

Akhirnya pada hari Rabu, kami berangkat dengan empat mobil. Mobil Panther, Proton, Livia, dan Avanza. Aku bersama Alifa, Daffa, Hanifa, Teh Ira, Ustadz Rahmat, Ustadzah Wita, Syafa, dan Hamna berangkat dengan mobil Proton yang disupiri oleh Kak Musa. Kami berangkat dari Pesantren sekitar pukul 8 pagi. Setelah sebelumnya, ustadz Oleh menjelaskan tentang rute perjalanan hari ini.

Menurut rencana, kami akan pergi ke Monas terlebih dahulu. Setelah itu, baru ke IBF.

Di awal perjalanan, aku tidak banyak bergerak atau berbicara. Aku hanya meminjam hp Alifa untuk mendengarkan lagu. Entah kenapa, tiba-tiba kami telah berada di Lingkar Dalam Jakarta. Mungkin aku tertidur di tengah perjalanan.

Baru saat di Jakarta, aku melihat-lihat ke luar. Suasana di Bogor dan di Jakarta beda sekali. Di Jakarta, banyak bangunan-bangunan pencakar langit menjulang tinggi. Seluruh bangunannya terlihat memantulkan langit karena sebagian bangunan-bangunan itu adalah kaca.

Akhirnya, kami dapat melihat ujung Monas. Artinya, sekarang kami hanya tinggal mencari pintu masuknya. Setelah satu kali terlewat, dan akhirnya kami memutar sedikit jauh, akhirnya kami sampai.

Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke Monas. Padahal aku, kan, orang Indonesia.

Kami masuk ke dalam bangunan Monas dengan menaiki kereta ke pintu gerbangnya. Setelah itu, kami masuk melalui terowongan bawah tanah menuju Monasnya. Di lantai dasar, Monas seperti museum. Isinya, tentang sejarang sebelum, saat, dan saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Setelah berkeliling sekali di lanta dasar, kami pergi ke lantai tiga. Yaitu, tepat di bawah emas di puncak Monas. Di atas, anginnya kencang sekali. Aku bisa melihat bangunan-bangunan Jakarta dengan teropong di atas sana.

Turun dari puncak, kami berfoto-foto. Aku juga membeli souvenir. Yaitu, tiga buah gantungan berbentuk Tugu Monas.

Akhirnya, kami kembali lagi ke tempat parker untuk makan siang. Sebelumnya, kami sudah sholat Zhuhur di Mushala di dalam Monas. Kami makan siang di atas mobil Satpol PP.

Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan menuju Senayan. Jalan menuju Senayan macet parah. Kata Kak Musa, kalau dihitung, bisa-bisa kami sampai di Senayan pukul setengah empat.

Aku hanya memperhatikan jalanan ketika kami berjalan lambat di antara mobil-mobil. Setelah sampai di Bunderan Senayan, kami tidak memutar. Melainkan langsung berbelok sehingga kami salah jalur. Akhirnya, kami harus memutar sampai ke Bunderan HI. Capek, deh..

Kami sampai di Islamic Book Fair sekitar jam 5 sore. Aku hanya menghela nafas capek. Dengan sisa waktu yang terbatas itu, Aku, Rizka, dan Teh Nissa, mulai menelusuri stan-stan untuk mencari-cari barang yang ingin kami beli.

Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan bahwa sudah waktu Maghrib. Setelah sholat Maghrib, kami berkumpul di tempat parkir mobil. Rasanya lelah sekali.

Diperjalanan pulang, aku tertidur. Ketika aku bangun, kami telah berhenti di daerah Cimanggu, Bogor. Ketika aku Tanya, ternyata kami mau makan malam dulu. Aku melihat gerobak nasi goring kaki lima telah ada di depan mobil. Jadi, kami pasti akan makan nasi goreng.

Alhamdulillah, kami akhirnya sampai di Pesantren pukul 12 malam.

[Fathimah NJL, Santriwati Angkatan ke-1 Jenjang SMP, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *