Loading

Beberapa saat yang lalu, saya pergi ke toko buku untuk mencari bacaan baru. Kebetulan saat itu saya sedang berada di Bogor Trade Mall, dan toko buku di sana koleksinya ternyata sedikit. Ketika memilih-milih buku, awalnya saat ingin mencari novel bertema psikologi yang berjudul Bulan Nararya, tapi saya tidak menemukannya. Kemudian muncul dua pilihan, yakni antara buku pertama trilogi The Infernal Devices (TID) atau buku pertama seri The Mortal Instruments (TMI). Akhirnya, setelah melalui proses perenungan panjang (ecieee), saya pun memutuskan untuk membeli novel The Infernal Devices; Clockwork Angel yang ditulis oleh Cassandra Clare. The Infernal Devices adalah trilogi prekual dari The Mortal Instruments.

Mengapa saya memilih buku ini? Pertama, karena sampulnya keren. Ilustrasinya bergambar lelaki yang memegang topi di tangan kirinya, seperti sedang memasang atau melepasnya, dengan gaya pakaian zaman Victoria dan latar belakang London kuno di belakangnya. Ditambah lagi pemilihan font yang menarik, pewarnaan sampul yang keren, dan sebuah logo malaikat clockwork dengan sayap terentang di depan lelaki itu semakin menambah daya tarik buku ini saja.

Clockwork_Angel_1
Sampul buku Clockwork Angel

 

Kedua, karena saya tidak ingin membaca The Mortal Instruments dulu. TMI adalah sekual TID, yang berlatar tempat lebih modern, yakni abad 21, sementara TID berlatar belakang abad 19. Karena saya sudah pernah menonton filmnya, maka saya memutuskan untuk nanti saja membaca TMI; City of Bones, nunggu lupa ceritanya dulu, hehehe.

So, Clockwork Angel ini bercerita tentang Theresa Gray, yang berlayar jauh dari New York menuju London untuk menyusul kakaknya yang bekerja di sana. Sesampainya di London, bukannya disambut oleh kakaknya, Tessa malah diculik oleh sepasang Saudari Kegelapan, dan dibawa ke sebuah rumah untuk dilatih kekuatan yang ada pada diri Tessa, yang Tessa belum menyadari akan hal itu sebelumnya. Ternyata, Tessa adalah seorang Shape Shifter, seorang pengubah wujud yang dapat berubah menjadi siapa saja hanya dengan menyentuh barang milik orang tersebut. Tessa dilatih berminggu-minggu agar menguasai kekuatannya, dan akan segera dinikahkan dengan sosok sang Magister yang misterius.

cloc
Theresa Gray

 

Tessa sempat mencoba kabur, namun gagal. Suatu hari, Tessa diselamatkan oleh Will Herondale, seorang Nephilim, yakni pemburu bayangan yang memiliki separuh darah malaikat. Will dan teman-temannya membawa Tessa ke Institut London dan memberinya tempat yang aman di sana.

Meski buku ini cukup tebal, yakni berjumlah 644 halaman, namun saat saya mulai membacanya, rasanya susah sekali untuk berhent. Cassandra Clare sangat piawai menyusun plot yang tidak membosankan, menciptakan tokoh-tokoh yang meski banyak yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh di TID adalah versi lain dari tokoh-tokoh di TMI, namun cukup mustahil untuk tidak menyukai mereka, dan perkembangan tokoh yang natural dan sangat menarik untuk diikuti.

Ilustrasi Jem Catstaris
Ilustrasi Jem Catstaris

Seperti misalnya tokoh Will yang suasana hatinya sangat cepat berubah, jenaka dan sinis, namun menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap di buku pertama ini. Atau tokoh James Carstairs yang bijaksana, lembut, namun sangat sakit sehingga setiap kali para Nephilim hendak bertempur, Jem harus mengkonsumsi sejumlah obat untuk mengatasi rasa sakitnya.

Bagi yang sudah membaca The Mortal Instruments, maka akan menyadari bahwa The Infernal Devices ini memperlihatkan kondisi dunia pemburu bayangan yang lebih kejam, lebih tradisional, namun terlihat elok nan elegan. Tidak seperti City of Bones yang penuh aksi, Clockwork Angel lebih dipenuhi dengan teka-teki dan misteri yang gelap, mencekam, dan rahasia-rahasia yang disimpan Dunia Bawah di sudut-sudut London abad 19.

cllo

Endingnya pun sangat mencengangkan, terdapat twist yang membuat pembaca bergumam; ‘oh… ternyata…’. Meski tidak begitu klimaks, namun endingnya sudah cukup memuaskan tanda tanya yang sepanjang cerita membuat pembaca terus bertanya-tanya. Apalagi di epilognya, diceritakan sesuatu yang membuat cukup penasaran, yakni ketika Will mengunjungi Magnus Bane di rumah Lady Belcourt untuk meminta suatu bantuan.

Overall, buku ini sangat bagus bagi kalian penikmat cerita urban-fantasy. Dan karena isinya banyak yang bertentangan dengan akidah Islamiyah, maka kebijakan pembaca untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk dari buku ini sangat disarankan. Buku ini menawarkan cerita yang gelap, penuh misteri, drama dan aksi, dan membuat kalian akan susah untuk kembali meletakkan buku ini setelah mulai membacanya.

Saya akan beri 5 dari 5 bintang untuk buku ini.

[Hawari, santri angkatan ke-2 Pesantren Media]

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *