Namaku Wigati. Pagi yang cerah ini Pesantren Media berencana mengadakan refresing ke puncak. Sebelum pergi kepuncak, kami makan pagi sambil mendengarkan instruksi dari Ustadz Umar.persiapan yang akan dibawa antara lain payung, jaket, baju ganti,jajan-jajanan,hp, mukena atau sarung, sajadah, dan uang.
Ustadz Umar menjelaskan bahwa kami akan pergi ke 4 tempat yaitu Sungai Ciliwung, Bendungan Katulampa, Masjid Atta’awun, dan Puncak pass. Kalau masih ada waktu maunya ke Paralayang sama ke Kebun Teh. Setelah jelas instruksi dari Ustad Umar,kami dibagi menjadi 4 kelompok.
Kelompok Pertama adalah SMA Akhwat bagian A:
- Dini Purnama Indah Wulan (pemimpin regu)
- Neng Ilham Raudhatul jannah
- Nurmaila Sari
- Rani Anjar Putri
Kelompok kedua SMA Akhwat bagian B:
- Noviani Gendaga (pemimpin regu)
- Novia Handayani
- Holifah Tusadiah
- Chairunnisa Bayu Parameswari
- Siti Muhaira
Kelompok ketiga SMP Akhwat:
- Cylpa Nur Fitriani (pemimpin regu)
- Wigati
- Fathimah Nurul Jannah Leboe
- Siti Saudah
- Saknah Reza Putri
- Nur Ulfia Nisa
Kelompok keempat SMA dan SMP Ikhwan sekaligus 2 anak Ustadz Umar yang masih SD :
- Farid Abdurrahman (pemimpin regu)
- Ahmad Khairul Anam (pemimpin anggota)
- Dihya Musa Amal Romis
- Hery Pramono
- Abdullah Musa Leboe (anaknya Ustadz Umar)
- Taqiyuddin Leboe (anaknya Ustadz Umar)
- Yusuf Aditya
Setelah selesai pembagian kelompok, kini saatnya pembagian di mobil. Mobil Ustadz Umar ada 2 yaitu Phanter dan AVANZA. Yang naik mobil phanter 4 akhwat SMP yaitu Aku (Wigati), Siti, Putri, dan Ulfia. Dan 1 akhwat sma, yaitu Noviani, juga bersama ikhwan. Yang nyopir kak Musa
Yang naik mobil AVANZA sisanya yang naik mobil phanter, yang nyopir Ustadz Umar Lalu kami berangkat dengan pelan-pelan, disepanjang perjalanan kami (anak SMP) mendengarkan musik india dan lain sebagainya. Lalu tak lama kemudian ka musa membawa mobilnya dengan ngebut sontak kami takut, apalagi ngeremnya disendat-sendat jadi kasihan Teh Noviani sama Ulfia bolak-balik kejedot, hahaha lucu juga sih.
Kamipun akhirnya sampai di sungai Ciliwung, begitu kami keluar, subhanallah mungkin kalau bagi orang bogor sudah biasa kesitu, tapi bagi aku itu keindahan alam yang baru aku temui, wah memang luar biasa. Aku,Cylpa, Abdullah, Siti, dan Taqi meminta izin kepada Ustadz Umar untuk turun ke dasar sungai Ciliwung,akhirnya kami diperbolehkan. Kami punya waktu 20 menit. Kamipun turun ke bawah, waw keren, airnya jernih, kami berfoto-foto disitu ini dia fotonya
Setelah selesai memotret dan melihat-lihat sekitar, kami melanjutkan perjalanan ke Bendungan Katulampa, lagi-lagi aku ketiduran. Setelah sampai disana aku melihat aliran air yang sangat deras dan wah pokoknya bagus sekali. ini fotonya,
Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan menuju Masjid Atta’awun. Diperjalanan aku tertidur pulas. Lalu tak lama kemudian Ustadz Umar di hadang polisi, akhirnya polisi dapat uang 200.000 dari Ustadz Umar,kami tak tau apa penyebabnya, kamipun menunggu ustadz umar di depan. Eh nggak tau kenapa mobil kami pun dihadang oleh polisi, akhirnya kak Musa keluar, dan ditanya sama pak polisi
Polisi: “SIM kamu mana?”
Musa: “Hilang pak”
Polisi: “KTP kamu?”
Musa: “Hilang juga pak”
Polisi: “Didompet kamu ada uang berapa?”
Musa: “Cuma ada 20.000 pak?
Polisi: “Yaudah sini uangnya”
Musa: “Iya pak”
Lalu kak Musa memberi uang yang satu-satunya ada didompetnya. Setelah kami bebas dari cengkraman polisi kamipun melanjutkan perjalanan menuju Masjid Atta’awun. Karna Disepanjang perjalanan udaranya makin naik makin dingin jadi aku bawaannya tidur terus, sampai-sampai aku tidak tau kalau tiba-tiba sudah sampai di Masjid Atta’awun. Kami sampai pas masuk waktu shalat dzuhur. alhamdulillah
Subhanallah, udaranya dingin tapi Masjidnya Indah, ini foto Masjid Atta’awun Beserta suasananya
Di sana hujannya mulai turun akhirnya sedia payung subelum hujan, kami langsung naik ke atas dan menitipkan barang di tempat penitipan. Kami pun masuk ke dalam Masjid. Sebelum masuk, kami mengambil air wudhu untuk mengerjakan shalat dzuhur. Air Masjidnya duingiin banget. Kamipun segera shalat dzuhur, usai shalat dzuhur aku memotret-motret pemandangan dari dalam Masjid
Ternyata puncak itu sungguh menawan. Allah maha pencipta. Usai shalat dzuhur, kami makan siang dengan lauk ayam rendang, hmm enak. Setelah makan aku bermain air sebentar. Makan sudah selesai, main juga sudah, kami diberi instruksi lagi dari Ustadz Umar yaitu:
” siapa yang mau beli jagung bakar nanti ikut saya, dan siapa yang tidak beli jagung silahkan motret-motret disekitar sini, tapi gak boleh sendiri harus sama regu” kata Ustadz Umar.
Akhirnya kami beli jagung deh, lalu kami melihat kabut berjalan, makin lama makin menutupi puncak, eh juga menutupi Masjid jadi kami serasa dilewati kabut begitu saja tanpa permisi. Jadi udaranya dingiin banget. Aku sampai membeli sarung tangan, kamipun dipanggil Ustadz Umar disuruh naik ke mobil, karna akan melanjutkan perjalanan, sebenarnya mau ke Paralayang dan Kebun Teh. Tapi sepertinya cuaca tidak memungkinkan, akhirnya nggak jadi.
Kamipun melanjutkan perjalanan ke puncak pass, di puncak pass kami hanya singgah sebentar, itupun tidak sampai 5 menit. Karna di Puncak Pass hanya ada hotel atau vila itu, gak taulah pokoknya semacam itu, sudah berhenti kami berangkat pulang ke asrama.
Di mobil kami biasalah hidupin musik kuat kuat, seru tau. Lama kelamaan aku tertidur, saat aku tidur eh lagi macet, wah memang bogor nih suka macet, aku paling gak suka macet tapi kalau teh Noviani suka macet. Kenapa ya aku heran, orang gak suka macet dia suka. Hm aneh. [Wigati, santriwati jenjang 1 SMP, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini bagian dari tugas menulis feature di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media