Aku berjalan ke arah kursi kayu yang kutaruh di depan kamera, ruangan kecil yang dominan warna putih itu hening. Hanya terdengar langkah kakIku dan suara kursi yang berderit, begitu aku duduk di atasnya. Setelah menyamankan posisi, aku menatap kamera yang sudah menyala.
“Hai, namaku Tara. Aku tidak tau siapa yang akan melihat video ini tapi..” aku menelan ludah. Gugup.
“Tapi kumohon, tontonlah sampai video ini selesai,”
Aku berdehem kecil, kemudian aku menunjukkan buku berwarna hijau pucat yang kupegang. “Aku akan membacakan kalian isi buku ini lebih dulu, agar kalian tau siapa yang akan aku bicarakan nanti,” kuhembuskan nafas panjang. Jujur, aku tidak ingin melakukan ini tapi sebuah dorongan yang kuat memaksaku. Mungkin aku tidak akan bisa bertemu dengan siapapun termasuk Rin.
“Oke, sebelum aku membacanya aku ingin kamu berjanji padaku,” aku diam sejenak.
“Aku ingin kamu melihat video ini sampai selesai, tidak peduli apa yang terjadi, setelah kamu selesai melihatnya tolong bakar apapun yang berhubungan dengan video ini dan…”
“Lindungi adikku dengan nyawamu,”
-ZDLC-
Aku lelah
Sangat lelah
Lelah menipu diri
Lelah menghadapi kenyataan
Lelah berderai air mata
Lelah menahan sakit yang datang tiba-tiba
Aku lelah
Bisakah aku berharap untuk menghilang?
Mimpi itu datang lagi, kali ini lebih menyakitkan.
Maaf kak, aku yang menumpahkan tehmu tadi pagi
25 Oktober
Jangan bertanya padaku, itu pilihanmu bodoh! Setiap pilihan pasti ada pengorbanan, dan ketika kamu sudah memilih, tidak bisa kamu restart. Itu pilihanmu, itu hidupmu, aku tidak masalah selama pilihan itu tidak akan menyakitimu. Tapi, kuharap kamu bisa bertahan, aku hanya ingin kita menghabiskan waktu sampai kita lulus. Bertahanlah Cha!
Ocha mendadak pulang setelah bilang mau pindah
Mom belum pulang dari toko, haruskah aku menyusul?
27 Oktober
Kejutan mendadak!
Ah…belum siap ><
Tapi tatapan itu, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, untukku atau untuk seseorang di sampingku? Berharap yang gak pasti itu sulit, tapi biarlah.. biarkan itu menjadi kejutan terbaik ^^
Pengumuman ujian harian Pak Kumis wkwkwk (GAK REMIDI YEAY)
Thank’s kak Tara buat traktiran jusnya :3
28 Oktober
Mungkin ini pertanda untukku, yang lupa bersyukur. Menahan diri dari mengeluh, itu pesan Mom. Ah setidaknya ada pahlawanku yang baik hati. Melewati jarak untuk melepas dahaga. Hari ini kugenapkan tekadku, kapankah saatnya aku mendapatkannya?
Air minumnya abis, udah 2 hari -,-
Dapet nasi kuning dari Kinan, enak banget ><
30 Oktober
Perseteruan panjang tiada akhir
Melumatkan perasaan yang tidak hadir
Diantara rintikan, diantara gemuruh
Aku terdiam, menutup telinga
Menatap hampa ke langit
Kenapa tidak mengalah?
Biarkan saja semua
Meributkan yang tidak penting
Begitukah seharusnya?
Semua tenggelam diantara ketidakpedulian
Masalah itu datang lagi, kelas dibubarin
Kak Tara lupa bawa payung, hujan-hujanan dan dijewer Mom
1 November
Apakah aku hanya bermimpi?
Tapi kenapa rasa sakitnya begitu nyata?
Aku bermimpi lagi, mimpi itu lagi, berulang-ulang seperti kaset rusak. Mom dan kak Tara udah tidur jadi aku kabur ke rumah Ocha. Aku engga mungkin cerita tentang mimpi itu, jadi aku cuma bilang lagi bertengkar sama kak Tara hahahaha. Aku ketiduran di rumah Ocha sampe pagi, untung pas pulang ke rumah Mom masih tidur –aman- tapi kak Tara malah nyentil dahiku, menyebalkan. Coba kak Tara tau rasa sakit itu… mungkin kak Tara bakalan kabur juga?
Nemu puding di kulkas, eh jatoh
Hari ini Rian sama Kinan di skors
3 November
Mimpi itu bertambah, Mom dan kak Tara sampai datang gara-gara teriakanku. Aku takut, siapa orang itu? Kenapa aku merindukan sosoknya? Tapi kenapa aku ketakutakan setengah mati? Aku cuma bisa meringkuk di dalam selimut, kak Tara sampai bolos untuk menamaniku. Aku ingin cerita, aku ingin mengatakan semuanya, aku tidak tahan, tapi kenapa sulit sekali? Rasanya ada yang menahanku, tapi apa? Bahkan ingatanku tentang mimpi itu juga samar-samar.
Maaf
11 November
Aku menatap kamera lagi, “Mungkin kalian merasa banyak catatannya yang kulewati, tapi sayangnya, ada beberapa catatan yang pudar bahkan disobek,” aku menunjuk catatan yang mulai pudar -bahkan mustahil untuk dibaca- dan bekas sobekan di dalam buku.
“Untuk informasi tambahan, aku akan mengenalkan sedikit tentang pemilik buku ini,”
Aku melirik pintu yang tertutup rapat kemudian menatap kamera lagi. Mungkin hanya perasaanku saja, pikirku.
“Pemilik buku ini bernama Rin..” aku melirik pintu lagi, aku mulai waswas.
“Panggil saja begitu dan dia…” aku langsung menatap pintu begitu mendengar suara pintu yang terbuka.
“Adikku,” ujarku lirih, mataku sudah sepenuhnya menatap ke arah pintu. Lebih tepatnya menatap sosok yang sedang tersenyum lebar kearahku. Ada kengerian yang tersembunyi di balik tatapannya, bibirnya bergerak, “Ketemu!” ujarnya riang. Buku yang kupegang meluncur jatuh.
Chbioka (Zulfa AR 2 SMA)