Alhamdulillah, 2014 sudah kita lewati dan puji syukur kita tidak berhenti di situ saja. Beruntung, teman-teman dan para pembaca semua yang masih bisa bernafas lega sambil ngaso dan menyeruput hangatnya teh di pagi dan sore hari, masih diberikan waktu untuk tetap beriman dalam Islam dan meningkatkan kecintaan kita pada Rabb semesta alam, Allah SWT. Shalawat serta salam juga jangan terlewat dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai umatnya yang insya Allah diridhoi untuk bertemu bersamanya, Rasulullah Muhammad SAW, di surgaNya. Aamiin…
Lama nggak nulis di blog karena kesibukkan yang menyita waktu (ditambah sifat manusiawi yang lagi-lagi disalahgunakan/artikan = LUPA), akhirnya nama Nissa berhasil muncul lagi mengisi ruang penglihatan pembaca setia blog.pesantrenmedia.com ini. Semoga tulisan kali ini bisa bermanfaat, ya.
Kali ini Nissa, ingin bercerita sedikit kejadian saat pulang kemarin. Ke mana lagi kalau bukan ke Tegal, Jawa Tengah. Mungkin kalian udah sering denger dari kata ‘warteg’ yang artinya warung Tegal.
Jadi, awal bulan Januari lalu Nissa izin pulang dan Alhamdulillah-nya diizinkan pihak pesantren (Terima kasih, Ustadz dan Ustadzah yang sudah mengizinkan). Mungkin karena alasannya sangat, sangat, sangat jelas makanya dibolehkan. Kenapa sangat jelas? Karena oh karena, kakak pertama Nissa(perempuan) akan mengakhiri masa lajangnya bersama seseorang yang telah ditakdirkan Allah untuk menemani hidup barunya di rumah baru juga(ciyee… ciyee).
Tangisan sedih atau bahagia?
Satu hal yang diherankan oleh semua orang ketika acara akad berlangsung adalah… Nissa nggak ada di sana. Menghilang! Ada apa??
Hahaha… itu juga yang buat Nissa sampai sekarang bertanya-tanya dalam hati. Kenapa Nissa nggak ikut menyaksikan ijab-qabul yang padahal hal paling PENTING yang paling Nissa pengen liat pas pulang kali itu. Tapi, Allah berkehendak lain.
Jadi, waktu itu pas para wali jemput mempelai laki-laki di rumahnya, mempelai wanita lagi siap-siap dalam kamar. Di saat itu Nissa bukannya nemenin kakak, tapi malah ngumpet di kamar. Di sana, tiba-tiba Nissa masang muka banjir, alias nangis. Dan air matanya itu nggak setetes-dua tetes. DERES, teman-teman…
Karena ijab-qabulnya di ruang tamu dan pakai microphone, otomatis dari kamar Nissa kedengeran. Nah, pas semua saksi dan wali begitu juga penghulu membaca do’a dan menyatakan mereka berdua sudah sah menjadi suami-istri, di situ Nissa nangis lebih kenceng, walaupun nggak sampai kedengeran ke luar kamar.
Nah, di sana tiba-tiba Ummi masuk ke kamar. Mungkin Ummi nyari Nissa di mana-mana nggak ketemu. Satu-satunya tempat yang nggak ada orang lain adalah kamar. Dan, langsunglah keheranan dan rentetan pertanyaan menyerbu.
“Kamu kenapa?”
“Kok nangis?”
“Kenapa, Dik?“
Aduh, itu bener-bener mengherankan.
Kata orang-orang pas lagi acara syukurannya sih katanya Nissa nangis karena takut jauh dari kakak, takut ditinggalin, takut berpisah sama kakak, dan beberapa ketakutan lainnya.
Memang sih, setelah dipikir-pikir lagi sepertinya dugaan dan asumsi orang-orang itu ada benarnya juga. Nggak tahu kenapa, seharian itu Nissa nangis terus. Sampai malam, sebelum tidurpun masih meneteskan air mata.
Memang nggak salah, ya quote “rindu dan cinta akan bertambah ketika keduanya terlampau jarak ruang dan waktu”. Dan karena kakak itu orang paling deket kedua setelah Ummi di rumah, jadi pas Nissa sadar bahwa dia harus pindah rumah ke rumahnya bersama suami, rasanya ‘sakitnya tuh di sini’.
Dan cuplikan kata dari buku #UdahPutusinAja dengan bunyi, “satu saat nanti, yakinlah engkau akan bersyukur telah mengambil keputusan yang tepat dengan taatmu”
Di sana Nissa berpikir, bahwa inilah yang terbaik untuk kakak. Dan seandainya Nissa melarang-larang kakak untuk tinggal di rumah suaminya itu sangatlah tidak relevan dan pantas. ‘Masa suami istri, pengantin baru lagi, pisah rumah? Nanti yang ada tetangga geger.’ J
Dan benarlah bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu apa yang menjadi ridho-Nya. Dan semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa hendaknya apa yang kita usahakan adalah semata-mata untuk mengharap keridhoan-Nya. Aamiin…
‘Karena yang penting bukan memenuhi apa yang diinginkan, tapi apa yang dikehendaki Allah untuk kita.’
[Zahrotun Nissa, santriwati kelas 2 SMA angkatan ke-3, Pesantren Media | @nissaniza98]