Loading

Jika mendengar kata laladon permai, aku rasa kalian semua sudah tau mengenai laladon permai ini. Dari nama nya saja kita sudah dapat menebak itu adalah nama sebuah tempat. Tepatnya adalah nama salah satu komplek yang ada di ciomas Bogor. Nah, sekarang aku akan menuliskan hasil pengamatanku di daerah Laladon permai ini, .

Pengamatan dimulai melewati jalan masuk komplek laladon permai. Sebenarnya komplek ini mudah sekali ditemukan karena di depan jalan masuk nya ada gapura yang bertuliskan “komplek Laldon Permai”, dan di sebelah gapura itu ada sebuah mini market, jadi itu dapat menjadi petunjuk untuk mencari komplek ini. Meskipun demikian, masih saja aku nyasar saat pertama kali mencari lokasi pesantren media, aku malah melewatinya begitu saja sampai ke laladon Indah. Dan kejadian itu selalu teringat kembali saat aku melihat gapura di depan jalan Laladon Permai ini.

Kemudian Jika kita berjalan masuk ke dalam aladon permai, kita akan menemui  lapangan badminton, dan lapangan basket, di situlah biasanya kami para santri-santri Pesantren Media berolahraga setiap pagi, dari jam 6 sampai jam  tujuh, tapi tak jarang bahkan sering kali kami selalu berolahraga sampai  lewat waktunya. Di sebelah lapangan badminton adasebuah  pos satpam.

Menurut dari pengamatanku, mayoritas penduduk komplek laladon ini adalah orang kaya. Rumah-rumah yang mewah membuatku menyebutnya komplek ini adalah komplek orang kaya, apalagi hampir setiap rumah yang aku lihat rata-rata memiliki mobil yang mewah. Dan seperti nya mayoritas penduduk nya adalah seorang muslim. Lihat saja Masjid Nurul Iman yang setiap maghrib dipenuhi jamaah-jamaah dari komplek laladon permai ini, apalagi kalau sholat jumat, Masjid Nurul Iman sampai tidak mampu menampung bnyak nya jamaah penduduk laladon ini.

Jika kita berjalan lurus dari gerbang pintu masuk laladon permai, maka kita akan menemukan sebuah  pesantren yang diberi nama “Pesantren Media”. Sebuah pesantren yang mengajarkan tentang Islam dan bidang media.  Di situlah tempat aku menimba ilmu. tempatku memperdalam ilmu agamaku, jau-jauh dari kalimantan hanya ingin menimba ilmu.

Di komplek laladon permai juga terdapat masjid yang terletak di sebelah pemakaman, kemudian ada sebuah tower yang terletak tidak jauh dari pesantren media, dan ada pula puskesmas yang setiap hari selalu dipenuhi pasien, setiap pagi saat aku berolahraga di lapangan, aku selalu memandang puskesmas ini, dan setiap hari puskesmas ini selalu penuh, entah pasien dari komplek laladon ataupun dari luar komplek laladon permai.

Menurutku komplek ini tidak terlalu luas, mudah sekali untuk menghafal rute jalan yang ada disini,walaupun dulu aku pernah nyasar saat mencari pesantren media, tapi kini aku sudah hapal jalanan ini. sebenarnya jalan disini muter-muter, jika kita tidak hapal pasti kita selalu melewati tempat yang sama, alias nyasar. tapi karena muter-muter maka jalannya mudah diinget. Dan ngomong-ngomong mengenai jalan, nama-nama  jalan di komplek laladon permai ini diambil dari nama tumbuhan, yaitu: jalan cempaka, jalan dahlia, jalan teratai, jalan mawar, jalan seruni, jalan melati. Dan masih banyaklagi yang lainnya.

Di komplek ini terdapat banyak sekali anak-anak, ada yang masih bayi, ada yang  masih TK, ada yang sudah sekolah SD dan banyaklah. Ini smua dapat terlihat saat bulan ramadhan lalu, setiap sore banyak sekali anak-anak yang berdatangan untuk buka bersama di Masjid Nurul Iman, puluhan anak, atau mungkin ratusan. Yang pasti gak sampai ribuan. Tapi sayang, berkumpulnya anak-anak di masjid ini hanya saat buka bersama saja, sedangkan di waktu-waktu lain, tidak pernah aku melihat anak-anak berkumpul untuk sholat berjamaah. Hanya sedikit yang mau sholat berjamaah.

Dan yang aku suka dari komplek ini adalah, orang-orang yang ramah. Biarpun aku berasal dari luar pulau jawa, mereka tetap ramah denganku. Masih banyak juga sih orang-orang yang belum aku kenal, tapi ada juga yang sudah aku kenal seperti, Pak Bandi yang sangat baik denganku, Pak Edi yang biasanya azan di Masjid, Oyok yang gayanya paling top, Ibu Hindun yang selalu menegurku jika bertemu, dan masih ada juga yang lainnya yang aku lupa namanya.

Dan jika membicarakan komplek laladon dengan detail, mungkin tidak ada habisnya. Dan cukup sekian lah pengamatanku mengenai komplek laladon permai ini.

[Ahmad Khoirul Anam, santri Pesantren Media, jenjang 1 SMA]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Farid Ab

Farid Abdurrahman, santri angkatan ke-1 jenjang SMA (2011) | Blog pribadi: http://faridmedia.blogspot.com | Alumni Pesantren MEDIA, asal Sumenep, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *