Sore itu aku berjalan pelan menuju pesantren, hal yang selalu kulakukan ketika waktu makan tiba. Kendaraan, mobil, motor, gerobak, sepeda, bertemu dalam sebuah sore yang tak terduga dan menimbulkan dua arus perjalanan yang tak terlalu rumit, hanya ada dua asal dan tujuan. Sedikit heran, aku memperhatikannya, setiap dari mereka pasti memiliki arah tujuan.
Pandanganku terhenti ketika aku melihat dua orang remaja yang melintas sedikit lebih kencang dari kendaraan lain menggunakan motornya. Perempuan yang duduk di belakang terlihat memeluk pria yang sedang mengendarai motornya. Kecuali hanya mereka yang tidak memiliki tujuan dalam perjalanan tersebut.
Aku selalu geram melihat pemandangan seperti ini, mereka hanya merusak suasana sore yang seharusnya indah. Saking kesalnya aku terkadang tidak tahan dan menyumpahi mereka dengan perkataan buruk, sengaja kukeraskan suaranya tepat ketika mereka melintas di sebelah tubuhku. Dan mereka baru saja melintas. Tidak mungkin mereka akan berhenti menghampiriku hanya untuk memilih hal yang lebih bijaksana dari pada pacaran, yaitu memarahiku.
Mereka semakin menjauh, dari cara berkendaranya aku dapat menebak mereka pasti bukan pasangan suami-istri, melainkan suatu hubungan ‘kegilaan’ yang mereka sebut pacaran.
Aku terus berjalan menuju pesantren, namun pikiranku melayang entah kemana. Sejenak merenung dan memikirkan suatu hal penting.
Aku benar-benar tidak habis pikir dengan kondisi remaja zaman sekarng ini, mereka benar-benar telah menganggap pacaran bukanlah hal yang salah, atau sebenarnya mereka sudah tahu bahwa pacaran itu salah, namun nafsunya lebih kuat dan mengalahkan kebenaran yang ada di hatinya.
Salah satu dari dua kemungkinan itu pasti benar. Kita dapat melihat saat ini, kerusakan moral sudah terjadi dimana-mana, pembunuhan, korupsi, kriminal, dan yang terparah adalah pergaulan bebas. Seks bebas sudah tidak terbendung, pacaran bisa dibilang sudah menjadi kewajiban bagi remaja saat ini, kasus aborsi pun semakin meningkat, dan penyebaran AIDS pun sudah meluas.
Informasi yang pernah ada menyebutkan bahwa di Surabaya seks sebelum nikah terjadi hingga mencapai 54 persen, di medan 52 persen, dan Bandung sebanyak 47 persen.
Hal yang berkaitan dengan itu disebutkan juga bahwa, diperkirakan setiap setiap tahunnya jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa. Parahnya lagi, 800 ribu diantaranya terjadi di kalangan remaja.
Sungguh, miris melihat fakta yang terjadi saat ini. Kemana perginya remaja-remaja penuh semangat yang pernah membawa kemerdakaan Indonesia? Kemana perginya pejuang-pejuang muda Islam? Remaja saat ini malah lebih mengenal personil SM*SH dibandingkan nama-nama para sahabat pembela Islam. Mereka lebih mendahulukan pacar dibanding orang tua yang telah berjasa membuatnya dapat melihat dunia yang rusak ini. Mereka lebih memilih jalan bersama pacar di sore hari, dari pada melaksanakan kewajiban sholat maghrib di masjid, mengabdi kepada Allah yang telah menciptakannya. Padahal setiap hari mereka selalu menghambur-hamburkan nikmat yang Allah berikan.
Dan secara tidak langsung mereka lebih memilih neraka dari pada surga. Oh tidak, apa yang telah mereka pikirkan. Tidakkah mereka sadar bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara.
Padahal jika kita lihat, tidak ada keuntungan yang didapat dari pacaran. Jika mereka banyak berkata ‘pacaran dapat meningkatkan semangat belajar’. Maka aku berani melompat ke jurang jika itu terbukti.
Nyatanya saat ini, mereka yang pacaran bukannya semakin pintar, bukannya semakin takwa, tapi malah semakin berani melawan orang tua. Mereka tidak mempedulikan peringatan orang tua demi membela kekasihnya. Mereka banyak tidak naik kelas karena taka ada hari yang mereka lewatkan tanpa pacaran. Mereka jarang terlihat sholat di masjid saat Isya karena saat itu mereka sedang berada entah dimana bersama pacarnya. Jangankan di masjid, sholat di rumah saja mungkin hampir tidak pernah mereka lakukan, padahal itu jauh lebih baik dari pada pacaran.
Belum lagi, pacaran hanya akan menghabiskan uang. Jangankan untuk nabung, kebanyakan dari mereka malah rela menggunakan uang sekolah yang diberikan orang tuanya untuk membelikan hadiah tak berguna kepada pacarnya. Kemudian menghabiskan puluhan liter bensin hanya untuk pergi jalan-jalan bersama pacar menuju tempat tanpa tujuan, hanya mondar-mandir, barangkali mereka sedang mengukur jarak kota.
Pacaran juga hanya membuang-buang waktu. Fakta menyebutkan bahwa pada malam minggu, hampir di seluruh kota di Indonesia mengalami kemacetan terparah. Tentu saja hal itu disebabkan oleh remaja-remaja yang berpacaran. Mereka hanya memenuhi jalan.
Di dalam Islam sendiri jelas sekali bahwa pacaran diharamkan. Allah berfirman dalam al-Quran,
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (al-Isra; 32)
Jangankan berzinah, mendekatinya saja kita dilarang. Dn jika melihat faktanya, maka pacaran adalah perbuatan yang mendekati zina, dimana perempuan dan pria berduaan tanpa ada mahram, berpegangan, berjalan bersama, berpelukan, apalagi jika sampai pergi ke tempat-tempat tersembunyi.
Memang remaja saat ini banyak yang salah memahami, kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa pacaran adalah salah satu cara untuk memilih pasangan sebelum nikah, alasan mereka adalah agar nantinya tidak salah pilih. Padahal hal seperti itu sangat tidak dibenarkan dalam Islam.
Pada kenyataanya, laki-laki atapun perempuan yang belum pernah sama sekali pacaran, mereka lebih dulu menikah dari pada yang sudah pernah pacaran. Fakta ini benar-benar menjelaskan kebenaran hukum Islam, karena pria atau wanita yang belum pernah pacaran lebih diminati untuk menjadi pasangan hidup, tentu saja karena meraka pasti tidak mau menikah dengan seseorang yang sudah bekas, alias pernah pacaran. Jadi siapa yang ingin lebih dulu menikah maka JANGAN PACARAN.
Lalu bagaimana caranya untuk mengatasi permasalahan pacaran pada remaja saat ini. Dalam hal ini orang-orang di sekitar sangat berpengaruh kepada kepribadian seseorang, maka orang tua adalah orang pertama yang harus mendidik anaknya. Hendaknya ia mengajarkan kepada anaknya pemahaman Islam yang benar. Membimbingnya, dan memilihkan sekolah yang tepat.
Di dalam surah at-Tahrim ayat 6 Allah berfirman: “Wahai orang-orang beriman! Perliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…..”
Dalam ayat tersebut sudah jelas diperintahkan kepada orang-orang beriman agar menjaga keluarganya, anak-anaknya, istrinya, dan seluruh anggotanya dari api neraka. Maka ia juga harus mencegah atau melarang anaknya dari perbuatan-perbuatan maksiat.
Tidak hanya orang tua. Permasalahan pacaran pun seharusnya menjadi tanggung jawab pihak sekolah, misalkan dapat dilakukan dengan razia pacaran atau sebagainya. Seharusnya permasalah pacaran ni menjadi suatu hal yang harus diatasi dengan serius.
Bila perlu, untuk mencegah atau mengatasinya, pihak pemerintah juga menetapkan sebuah hukuman atau sanksi bagi yang berpacaran.
Maka bersyukurlah bagi kalian yang pernah berpacaran, dan jangan pernah coba-coba untuk mencobanya. Dijamin tidak akan ada untungnya, bahkan akan menimbulkan musibah.
Disamping kita harus memikirkan banyaknya konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan. Kita juga mestinya menyadari arti hidup ini yang sebenarnya, Karena di dalam al-Quran sudah jelas disebutkan,
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (adz-Dariat;56).
Hanya 1 tugas kita di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah. Semua perjalanan kita di dunia ini tidak lain hanyalah untuk menuju Allah SWT. Maka sudah seharusnya kita sebagai individu mempersiapkan bekal yang cukup untuk menuju kehidupan yang kekal, yaitu akhirat.
Sudahkah kita melakukannya, merenungkannya sejenak apa saja yang sudah kita lakukan di dunia ini untuk mempersiapkan hari ‘esok’. Sudahkah kita menjauhkan diri dari hal-hal yang mendekati zina. Maka, bagi yang sudah terlanjur pacaran, jangan pernah ragu untuk memutuskannya. Katakan padanya, aku ingin masuk surga.
Satu kata terakhir, TINGGALKAN PACARMU, UNTUK HARI ESOK. [Ahmad Khoirul Anam, @anam_tujuh]