Ketika pandanganku tiba-tiba melayang menjadi lamunan
yang tinggi nan jauh ke masa lalu
Memikirkan tindak tanduk yang menyimpang
Ibarat anak panah yang meleset dari sasaran
Karena hantaman angin yang keras
Kehidupanku dulu, seolah menjadi sayatan panjang
Yang melukai keimananku
Menjadi kenangan masa lalu
Yang sering dibuat indah oleh bisikan setan
Yang mencoba tuk merayuku
Agar aku kembali terjebak di lubang yang sama
Pluralisme, kupikir suatu paham yang logis untuk menyatukan perbedaan keyakinan yang terjadi dalam negara kesatuan
Membuat semuanya terlihat benar di mata kaum awam
Hedonisme, kukira mencari keuntungan dengan mengandalkan usaha sekecil-kecilnya, walau dengan cara yang tak halal
Membuat kekayaan yang melimpah itu suatu yang lumrah saja
Materialisme, kusangka memandang semua hal sesuai dengan materi normal saja
Setiap detik dalam kehidupan dihitung dengan uang
Membuat seolah meminimalisir kerugian duniawi yang didapat
Kesetaraan gender, mungkin mampu meningkatkan derajat kaum hawa yang selama masa penjajahan ditindas habis-habisan oleh sekutu
Membuat kaum hawa malah tak lagi dihargai oleh kaum adam
Apa yang selama ini aku tanam dalam pikiranku?
Apakah itu hal sepele? Hingga aku tak peduli waktu itu?
Tapi, ketika lamunanku buyar oleh lantunan merdu ayat suci Al-Qur’an
Yang kala itu memenuhi kesunyian malam
Seketika air mataku mengalir begitu saja
Membasahi pipiku dan meluncur ke balutan kerudung hitamku
Teringat ketika seorang guru berkata “Mungkin masa lalu kita kelam, namun biarkan masa depan kita secerah mentari yang terbit di ufuk timur”
Spontan senyumku terlukis di wajah
Hari ini, kubuka lembaran baru dalam hidupku
Kukunci rapat masa lalu yang kelam yang dibalut akan debu-debu dosa
Ikhtiar dan berdo’a senantiasa kulakukan
Dalam do’aku terselip kata “Ya Allah, jadikanlah aku insan mulia
Yang mampu membangkitkan semangat Islam yang kian lama kian merosot di kalangan remaja ikhwan dan akhwat
Kuyakini rahmatMu meliputi segala sesuatu yang ada
Kuyakini Islam pasti, pasti, dan pasti akan kembali jaya
Semoga aku bisa menjadi salah satu pejuang yang syahid fisabilillah”
Api semangatku berkobar
Membakar keputusasaan yang sempat tumbuh seperti benalu
Menggerogoti optimisme yang kokoh
Aku terbakar?
Tidak, jika aku terbakar
Aku akan hilang seperti abu yang terbawa angin
Lalu?
Aku tetap hidup
Bersama semangat menyeru agama Allah
Berdakwah demi kebangkitan Islam
Dan hanya Allah
Yang berhak mematikanku
Dan berhak menghidupkanku kembali
[Zahrotun Nissa, santriwati jenjang SMA angkatan ke-3, Pesantren Media]