Loading

Oleh: Hawari

 

Tanah yang seharusnya ada di bawah, kini ada dalam genggamanku

Mentari yang seharusnya berputar mengililingi bumi, kini mengililingiku

Aku adalah tentara yang rusak

Tentara yang berlari

 

Laut di hadapanku menipu

Kukira air, ternyata hanya fatamorgana

Dan teriakan minta pertolongan itu

Terus meraung

Kepalaku berputar, bergoncang parah

Seolah hendak pecah

 

Aku tak ingin memainkan permainan ini lagi

Aku tak ingin tinggal di sini lagi

Seperti lukisan yang ingin berhenti untuk dilukis

Seperti bibir yang ingin terus merasakan manis

Dahulu aku tak setakut ini

Tapi marabahaya kini bukan yang terkalahkan

Tapi yang tak terkalahkan

 

Namun jika aku mundur sekarang

Anak-anak itu akan berhenti bernyanyi

Burung-burung itu akan berhenti menari

Dan sekarang aku malah mencari-cari

Hal yang takkan pernah kutemukan

Aku yang menciptakan ini, aku yang mendesain ini

Apa yang terjadi?

 

Kebingungan itu terus berputar di kepala

Meminta untuk berhenti setelah seoah ribuan palu mencipta sakit yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata rasanya

Sakit, ditambah sakit saat menyadari semuanya telah rusak

Hancur, dimulai dari sebuah kerak

Yang melebar, lalu merusak segala yang tampak

Dan lalu…

Lalu tiba-tiba saja aku menyadari keberadaanku di sini dengan penuh pertanyaan

Dan penyesalan.

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *