- Apa arti penting Masjid al-Aqsha bagi remaja muslim dan seluruh kaum muslimin?
Masjid al-Aqsha (yang berada di Kota Palestina), merupakan salah satu tempat kebanggaan umat muslim di seluruh dunia. Kenapa? Sebab, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah singgah ke tempat ini saat perjalanan Isra dan Mi’raj untuk menerima perintah shalat lima waktu. Sebelum melaksanakan Mi’raj (naik ke langit), Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sunnah dulu di Masjid al-Aqsha.
Selain itu Masjid Al-Aqsha juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya datang perintah Allah kepada Rasullah untuk menghadap kiblat ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah. Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 142, Allah Ta’ala menjelaskan kenapa perpindahan itu dilakukan sewaktu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, sekitar 16-17 bulan setelah hijrah itu. Perpindahan ini dimaksudkan, supaya ibadah shalat itu bukan dipahami masalah menghadapnya ke Masjid al-Haram atau al-Aqsha, melainkan menghadapkan diri pada Allah. Nah, Ka’bah inilah yang dijadiin sebagai sarana untuk pemersatu umat Islam di seluruh dunia dalam menentukan arah kiblat.
Terakhir, Palestina termasuk al-Aqsha adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam. Allah juga telah menjanjikan keberkahan Masjid al-Aqsha dan sekelilingnya seperti yang dijelasin dalam QS al-Isra ayat 1 yang artinya, “Mahasuci (Allah), Dzat yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
- Bagi remaja muslim di Indonesia, mungkin amat sedikit yang tahu tentang Masjid al-Aqsha, bahkan banyak juga sudah mendengar tetapi salah mengenalnya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Tujuan utama media Yahudi (dengan eksploitasi berita di CNN) menyamarkan Masjid Sakhra sebagai Masjid Aqsa adalah agar Yahudi bisa menghancurkan Al Aqsa dan membangun “Solomon Temple” (Kuil Sulaiman) pada bekas reruntuhan Al Aqsa. Umat Yahudi meyakini dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat) bahwa akan datang diakhir zaman seorang yang mereka anggap sebagai dewa penolong Yahudi yang dinamakan “Messiah” (Al Masih, dalam bahasa Arab) apabila mereka mengadakan ritual agama di Solomon Temple dengan mempersembahkan sapi betina berwarna merah (Al Baqarah)
Aneh, nggak, sih? Kalau mendengar orang muslim yang tidak tahu keadaan muslim lainnya. Kalau di zaman sekarang, sih, biasa aja. Tapi dalam kehidupan Islam yang sebenarnya. Itu adalah hal yang sangat tidak wajar. Kenapa? Jawabannya adalah karena remaja muslim di Indonesia, masih banyak yang tidak mau tahu tentang kondisi saudaranya di luar sana. Cuek.
Padahal seharusnya, kita itu seperti satu tubuh. Yang jika ada anggota tubuhnya merasa sakit, bagian tubuh yang lain juga akan merasakan nyerinya juga. Seperti hadits Nabi SAW, yang artinya,
“Dari Nu’man bin Bashir Ra ia berkata: Rasulullah berkata: ‘Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam’.” (HR. Muslim)
Dalam Hadits lain:
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah laksana bangunan yang saling menguatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bila seorang atau sekelompok mukmin menderita kesulitan, maka mukmin yang lain juga seharusnya merasakan itu. Itulah makna ukhuwah sesungguhnya. Islam mendorong Umatnya untuk menerjemahkan ukhuwah dalam kehidupan sehari-hari. Agar mereka dapat merasakan apa yang diderita saudaranya se-agama, untuk selanjutnya memberikan bantuan apapun bentuknya agar meringankan beban dan penderitaan saudaranya itu.
- Mengapa saat ini umat Islam cenderung cuek alias tak peduli dengan kondisi kaum muslimin di belah dunia lain. Bahkan, jangankan di negeri lain, di negeri sendiri pun banyak yang tak peduli dengan nasib sesamanya?
Kenapa, sih, umat Islam sekarang cenderung cuek dengan kondisi saudaranya? Itu terjadi karena kurangnya rasa persaudaraan di antara sesama muslim. Kita justru sibuk memikirkan masalah kita sendiri. Seperti contoh perumpamaan yang ini.
“”Pemuda Indonesia Vs Pemuda Palestina”
Pagi ini pemuda Indonesia masih meringkuk dikasurnya yang hangat hingga pukul 10.00 pagi. “Malas ah, hari libur ini”.
Pagi ini pemuda Palestina sama sekali belum memejamkan mata berhari2, mereka berjaga dari serangan Israel ke Palestina setiap malam hari.
Pemuda Indonesia sarapan, “ah, tempe,telor lagi. Bosen tauk!”. Terus gak jadi makan.
Pemuda Palestina memilih untuk berpuasa. Israel masih menutup jalur masuknya bantuan pangan.
Pemuda Indonesia ditanya ibunya,”mau kemana Nak?”. Dijawabnya, “alaah, mamah mau tau aja urusan anak muda!”.
Pemuda Palestina mencium tangan ibunya, meminta restu dan doanya untuk pergi berjihad di jalan Allah hari ini…
Pemuda Indonesia menyanyikan lagu2 cinta & galau band populer yang penyanyi utamanya habis dipenjara karena video Porno.
Pemuda Palestina tak henti-hentinya berdoa dan mengulang hafalan Quran. Bekal utama menghadang tentara Israel.
Pemuda Indonesia, “gw benci keluarga gw! Kenapa gw harus dilahirkan dalam keadaan seperti ini”.
Pemuda Palestina memeluki jasad bapak,ibu,dan adiknya yang berlumuran darah. Mereka tak lagi bernyawa terkena serangan udara Israel.
Pemuda Indonesia berantem keroyokan bawa ring dan samurai.
Pemuda Palestina seorang diri menghadang tank Israel dengan sebongkah batu.
Pemuda Indonesia sibuk main video game atau nonton DVD dg home theater yg dahsyat. Hapal semua pemain filmnya atau lagu2 yg lagi nge-hit.
Pemuda Palestina tdk bisa main game karena tdk punya & sibuk membuka Al-Quran, menghapalnya, karena Al-Quran lah bacaan yg paling mudah di dapat disekitar mereka.
Pemuda Indonesia menghabiskan uang orangtuanya di kafe, restoran, salon, mall dan club mewah, ajeb2 sampe pagi!…
Pemuda Palestine menatap puing-puing rumahnya yang hancur berantakan. Harta bendanya berubah menjadi abu…”
Padahal Islam mendorong Umatnya untuk membantu siapa yang membutuhkan. Dan pada hakikatnya menolong orang yang membutuhkan juga berarti bahwa menolong diri sendiri. Ada ketentuan dalam bahasa Arab yang berbunyi: aljazaa’ min jinsil ‘amal, bahwa balasan seperti amal yang dilakukan. Karena itu kita bisa memahami sabda Rasulullah Saw. dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.:
Artinya: “Siapa yang menyelesaikan masalah seorang mukmin di Dunia maka Allah SWT. akan menyelesaikan masalahnya di Akhirat, siapa yang memudahkan orang yang kesulitan maka Allah SWT. akan memberikan kemudahan kepadanya di Dunia dan Akhirat, siapa yang menutupi aib saudaranya se-iman maka Allah SWT. akan menutupi aibnya di Dunia dan Akhirat, dan Allah SWT. senantiasa akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya”. (HR. Muslim).