Loading

Liputan Khusus Diskusi Aktual Pesantren Media

Rabu, 20 November 2013

Rabu, 20 November 2013 Pesantren Media kembali mengadakan diskusi aktual. Seperti diketahui, kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap hari Rabu. Diskusi kali ini adalah diskusi yang ketiga di bulan November tahun ini.

Diskusi pekan ini mengambil tema ‘Syiah, Media Massa dan Masyarakat Awam’. Moderator yang ditunjuk memimpin jalannya diskusi adalah Hawari. Sedangkan notulennya adalah Siti Muhaira, saya sendiri.

Seperti biasa, diskusi dilaksanakan di Pesantren Media atau dikenal juga dengan sebutan ‘PM’. Seluruh santri akhwat yang terdiri dari kelas 1 dan 2 SMP, kelas 1, 2, 3 SMA sudah duduk manis di atas lantai berkeramik putih. Termasuk saya yang sudah mem-booking tempat di sudut depan. Santri yang ditunjuk menjadi notulen memang harus duduk di depan. Tak hanya santri akhwat, santri ikhwan pun tengah bersiap untuk berdiskusi. Selain duduk lesehan, ada beberapa santri ikhwan yang duduk di atas kursi.  Tempat santri akhwat dan ikhwan dibatasi oleh tembok. Sehingga kedua kubu santri tidak saling bertatap muka.

Pukul 10.30 WIB diskusi dimulai. Ustadz Oleh Solihin selaku Kepala Sekolah membuka diskusi dan menyampaikan prolog terkait tema diskusi kali ini. Beliau duduk di atas panggung yang berkarpetkan merah tua. Dalam prolognya, beliau memberitahu alasan mengapa memilih tema tentang ‘Syiah, Media Massa dan Masyarawat Awam’.

“Kita membuat judul sepeti itu tentu ada alasannya. Kalau kita berbicara tentang paham syiah itu sendiri, sudah banyak yang saat ini terutama di Indonesia itu yang dari paham rafidhoh. Rafidhoh itu syiah yang garis keras atau udah sesat. Walaupun ada model syiah di sebagian kecil di Irak yang masih bisa ditoleransi dan jumlahnya kecil. Kita juga akan sulit karena mereka menggunakan prinsip taqiyah. Taqiyah itu boleh berbohong kepada orang selain syiah. Kita waspada terlebih dahulu bahwa itu adalah salah.” Tutur Ustadz Oleh menjelaskan.

Masih ada alasan lain yang dikemukakan oleh Instruktur Kelas Menulis Kreatif di Pesantren Media itu. “Kita megambil judul syiah dan media massa. Kenapa ada tambahan media massa? karena saat ini media massa itu yang mainstream. Mainstream itu arus utama yang jadi rujukan banyak orang,  misalnya Kompas atau Tempo. Kalau di televisi ada SCTV, TV One, Metro TV dll. Media massa saat ini sepertinya mereka hendak berkolaborasi untuk menutupi kesesatan syiah. Mereka ingin mem-blow up. Nah, itu media massa. Jadi media massa pentingnya apa dan potensinya ada di mana?”  Lanjut beliau serius.

“Kemudian  masyarakat awam. Kalau yang sudah mengerti, dia tidak akan terkecoh. Walaupun media berkali-kali menyampaikan misalnya syiah itu Islam. Tapi kalau masyarakat awam, dia akan ikut-ikutan seperti perayaan Idul Ghadir. Perayaan ini adalah peristiwa di mana -menurut klaim orang syiah- Rasul menyerahkan lampu kekuasaannya kepada ‘Ali.” Tambah beliau.

Di prolognya, Ustadz Oleh juga menjelaskan tentang perayaan Asyuro yang dilakukan oleh penganut syiah. “Dalam Asyuro itu mereka memperingati kekalahan. Sebenarnya bukan kekalahan karena Husein (cucu Rasulullah Saw) sudah diingatkan agar jangan ke Irak. Waktu itu kan masa kepemimpinan Yazid bin Muawiyah ya, nanti bertemu di Karbala. Yang membantainya bukan Yazid tapi gubernurnya. Orang-orang Kufah sudah memperingatkan agar jangan ke sana karena licik. Tapi ya Husein sudah pergi dan sudah takdirnya sampai bertemu di Karbala dan dibantai. Sebenarnya awalnya itu ketika perang Qodisiyah. Ketika masa Umar bin Khattab yang Persia jatuh. Tahun 14 H itu perang Qadisiyah terjadi. Tahun ke-16 H kota Madain direbut. Nah, orang rafidhoh awalnya majusi dan kiblatnya ke Persia. Seperti bendera Iran yang bentuknya seperti trisula. Itu lambang Persia. Nah, itu ada hubungannya.” Jelas beliau.

Itu tadi prolog yang cukup panjang. Beliau juga mengatakan bahwa tema diskusi ini perlu dibahas karena cukup penting dan media massa pun terus-terusan debat mengenai syiah.

Selanjutnya, Ustadz Oleh Solihin mempersilahkan Hawari untuk memimpin diskusi. Hawari, santri kelas 2 jenjang SMA asal Temanggung ini, membuka diskusi kemudian bertanya kepada peserta diskusi.

“Sudah siap dengan pertanyaan-pertanyaannya? Siap untuk menjawab pertanyaan?” Tanyanya. Jawaban yang berhasil ditangkap oleh telinga notulen adalah kebanyakan santri menjawab ‘belum’.

Masuk ke sesi bertanya. Tak berlama-lama, Hawari mempersilahkan santri yang ingin bertanya untuk mengangkat tangan. Sang moderator memilih santri akhwat yang mendapat giliran pertama untuk bertanya. Dimulai dari Holifah Tussadiah. Santri yang berdomisili di Bogor ini bertanya, “Apa dampak negatif syiah bagi masyarakat awam?”

Kemudian Hawari minta peserta diskusi untuk menyiapkan jawabannya. Selanjutnya pertanyaan datang dari Novia Handayani. Ada dua pertanyaan yang dilontarkan oleh Novia. “Yang pertama, saya membaca berita di internet katanya syiah sedang melakukan semi militer untuk menyerang kaum Muslimin di Indonesia. Apa benar syiah menyiapkan semi militer? Jika benar, apa yang harus dilakukan?”

Pertanyaan ketiga diutarakan oleh Zahrotun Nissa, santri asal Tegal, Jawa Tengah ini menanyakan perihal bagaimana cara mengingatkan masyarakat awam yang tidak mengerti Islam dan  tidak mau mengerti Islam serta masyarakat Non-Islam agar mengerti dan waspada terhadap syiah.

Pertanyaan masih dari kubu akhwat. Kali ini giliran Neng Ilham Raudhatul Jannah atau biasa dipanggil Neng Ilham untuk bertanya. Ia bertanya, “Ada berapa macam syiah di Indonesia? Dan apa bahayanya?”

Fathimah Nurul Jannah Leboe, si presenter cilik di Radio Voice of Islam tak mau ketinggalan. Ia menanyakan, “Apakah aktivitas syiah bisa dihentikan?”

Pertanyaan dari Saknah Reza Putri adalah pertanyaan terakhir dari santri akhwat. Dara berusia 13 tahun yang memiliki keinginan besar menjadi penghafal Al-Qur’an ini bertanya perihal bagaimana cara membedakan antara tulisan orang syiah atau bukan syiah di media sosial.

Sesi bertanya beralih ke santri ikhwan. Hawari mempersilahkan Abdullah Musa Leboe untuk mengajukan pertanyaannya. Abdullah adalah santri ‘kalong’ di Pesantren Media sekaligus adik kandung Fathimah. Ia menanyakan, “Bagaimana sejarah syiah? “

Selanjutnya, pertanyaan datang dari Rizki Yanur Tanjung. Santri kelas 1 jenjang SMA yang logat Medannya kental ini bertanya, “Siapakah tokoh-tokoh syiah di Indonesia?”

Pertanyaan-pertanyaan kian bertaburan. Kini giliran M.Qois Abdul Qowiy yang mendapat kesempatan untuk bertanya. Ia menanyakan perihal bagaimana seharusnya sikap kita terhadap orang syiah. Setelah Qois, santri ikhwan yang bertanya lagi adalah Dihya Musa A.R. Santri yang berasal dari daerah yang terkenal dengan tembakaunya ini bertanya,”Apa itu syiah” Ya, pertanyaan singkat namun penting juga untuk dibahas. Pertanyaan tak berhenti sampai di situ. Masih ada pertanyaan dari santri ikhwan lain. Jari-jari notulen makin semangat mengetik. Melompat dari satu huruf di keyboard ke huruf  lain. Jeda waktu yang diberikan Hawari kepada santri yang bertanya terbilang cukup singkat. Notulen harus mengetik pertanyaan dengan cepat. Pertanyaan berikutnya adalah dari Ihsan. Ia bertanya, “Apakah orang syiah akan masuk surga padahal dia sesat?”

Farid Abdurrahman, santri senior asal Madura yang juga menjadi guru Tahsin dan Pemrograman Radio di Pesantren Media bertanya perihal bagaimana cara mencegah penyebaran ajaran syiah. Berikutnya pertanyaan datang dari Diva Raihan Habibi. Santri yang dikenal kalem oleh sebagian santri lain akhirnya mengeluarkan suaranya. Ia bertanya, “Apa yang membuat orang masuk syiah?”

Pertanyaan dari Ahmad Khoirul Anam menjadi pertanyaan terakhir dalam sesi bertanya pada diskusi kali ini. Santri yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Hafizh atau Penghafal Al-Qur’an ini menanyakan, “Apa saja yang diajarkan dalam ajaran syiah itu?”

Sesi bertanya sudah selesai. Terhitung ada 14 pertanyaan yang diajukan oleh santri. Udara siang ini cukup cerah. Cahaya matahari menyusup di antara celah anyaman tirai penutup di dekat gerbang pintu Pesantren. Sesekali terdengar suara kendaraan yang melintas melewati depan Pesantren kami. Misalnya suara sepeda motor.

Dari pertanyaan ke jawaban

Masuk ke sesi pembahasan. Dalam sesi ini, notulen-lah yang menentukan pertanyaan mana yang lebih dulu dibahas. Dan pertanyaan dari Musa adalah yang pertama dibahas. Hawari mengulangi pertanyaan dari Musa kemudian bertanya kepada peserta diskusi. “Siapa yang bisa jawab?”

Hawari mempersilahkan Fadlan untuk menjawab. Menurut Fadlan, “Syiah adalah suatu kelompok yang mengajak kesesatan.”

Sedangkan Fathimah menjawab, “Syiah itu orang-orang Muslim yang sesat yang mengagungkan ‘Ali dan ahlul bait dan membenci istri-istri Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau.” Ucapnya.

Setelah Fathimah, Ela Fajarwati Putri menjawab, “Menurut Wikipedia syiah itu adalah salah satu aliran. Secara umum, Syiah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman. Adapun menurut terminologi Islam, syiah adalah mereka yang menyatakan bahwa ‘Ali bin Abi Thalib adalah yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya.” Jelasnya.

“Jadi intinya syiah itu pengikut ‘Ali yang menolak kepemimpinan khalifah yang sebelumnya.” Kata Hawari menyimpulkan jawaban dari Ela.

Karena tidak ada lagi santri yang menjawab, Hawari memutuskan untuk membahas pertanyaan yang selanjutnya. Dan pertanyaan Abdullah mengenai sejarah syiah adalah yang dibahas berikutnya.

Ela menjawab, “Syiah sebagai pengikut Ali bin Abi Thalib a.s. sudah muncul sejak Rasulullah Saw masih hidup. Hal ini dapat dibuktikan dengan realita-realita berikut ini: Pertama, ketika Rasulullah Saw mendapat perintah dari Allah SWT untuk mengajak keluarga terdekatnya masuk Islam, hanya ‘Ali a.s. yang bersedia untuk mengikutinya. Kedua, berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir yang dinukil oleh Ahlussunnah dan Syi’ah, Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa Imam ‘Ali a.s. terjaga dari setiap dosa dan kesalahan, baik dalam ucapan maupun perilaku. Ketiga, Imam ‘Ali a.s. adalah sosok figur yang telah berhasil menghidupkan Islam dengan pengorbanan-pengorbanan yang telah dilakukannya. Ke-empat, peristiwa Ghadir Khum adalah puncak keistimewaan yang dimiliki oleh Imam ‘Ali a.s.” Jelas Ela panjang dan jelas.

“Yang disampaikan Ela tadi adalah sejarah syiah menurut orang syiahnya sendiri.” Ujar Ustadz Oleh. Apa yang dikatakan beliau semakin kuat setelah Ela memberitahu bahwa jawaban yang baru saja disampaikannya berasal dari website orang syiah.

Cylpa Nur Fitriani tak mau ketinggalan untuk menjawab.  “Akar munculnya Syiah itu adalah dari Majusi. Bahwa hari ini Majusi sudah memegang peranan yang sangat luar biasa dengan menancapkan kuku-kukunya dan taring-taringnya di dunia islam. Dan berangkatnya Syiah itu berasal dari balas dendamnya Majusi Persi terhadap Islam, kemudian mereka berkolaborasi dengan Yahudi dan Nasrani.” Tutur Cylpa sebagaimana dikutip dari ceramah Ustadz Abu Rusydan dalam kajian solidaritas dan penggalangan dana untuk kaum Muslimin di Suriah di Masjid Baitul Makmur, Solo Baru Sukoharjo Jawa Tengah, pada Ahad pagi (15/7/2012).

Ustadz O.Solihin membenarkan jawaban dari Cylpa. Kemudian jawaban lain datang dari Ihsan, “Sejak perang saudara antara ‘Ali dan Muawiyah maka mulailah muncul nama syiah sebagai nama sebuah aliran atau golongan. Saat itu kelompok syiah adalah suatu kelompok yang sangat gigih membela khalifah‘Ali.” Tutur Ihsan.

Pertanyaan dari Ahmad Khoirul Anam atau biasa dipanggil Anam adalah yang berikutnya dibahas. Banyak santri yang menjawab. Dari jawaban mereka dapat disimpulkan bahwa ajaran syiah itu syahadatnya berbeda dan isinya menghina 3 khalifah selain ‘Ali yaitu Umar, Utsman dan Abu Bakar, juga ‘Aisyah dan Hafshah. Selain syahadatnya beda,  dzikir dalam ajaran syiah terbilang banyak, Sholatnya hanya 3 waktu,  ketika shalat mereka sujud di atas batu kecil -yang mereka anggap suci dan berasal dari Karbala-, dihalalkannya kawin mut’ah atau kawin kontrak dan  pada 10 Muharram mereka menyiksa diri sendiri sebagai bentuk penyesalan atas tragedi Karbala.

Berikutnya pertanyaan dari Neng Ilham. Ihsan menjawab, “Ada Syiah Al-Mukhlashin, Syiah Tafdliliyah, Syiah As-Sab’iyah, Syiah Jinahiyah dan lain-lain.” Tuturnya. Sedangkan Putri menjawab, ”Kalau di Arrahmah, Syiah di Indonesia itu namanya Syiah ‘Itsna Asyariyah.” Jawabnya seperti dikutip dari perkataan Prof. Dr. Mohammad Baharun, M.Ag di IAIN Surabaya tentang karakter Syiah Indonesia.

Jawaban juga datang dari Ustadz Oleh Solihin.”Syiah Nusairiyah yang ada di Suriah menganggap ‘Ali sebagai Tuhan. Di Indonesia ada syiah Rafidhohnya juga seperti IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia) yang tokohnya Jalaluddin Rahmat. Nah itu tokohnya. Selain itu ada pemimpin dari penerbitan Mizan, Haidar Bagir yang juga seorang syiah.” Jelas beliau. Jawaban ini sekaligus menjawab pertanyaan dari Rizki yang menanyakan mengenai tokoh-tokoh syiah di Indonesia.

Sesi pembahasan dilanjutkan dengan membahas pertanyaan dari Diva. Banyak santri yang menjawab. Berdasarkan jawaban santri, notulen menyimpulkan bahwa yang membuat orang masuk syiah adalah karena mereka kurang ilmu agama, menganggap ibadah di syiah lebih sedikit, hidup di syiah lebih enak seperti kawin kontrak, atau karena hasutan tokoh masyarakat yang telah terkontaminasi syiah.

Ustadz Oleh Solihin menjelaskan, “Banyak mahasiswa Indonesia yang justru menjadi pengikut syiah ketika kuliah di Inggris. Di sana banyak orang Iran dan Pakistan yang menjelaskan ajaran syiah dari segi ilmiah.

Berikutnya pertanyaan Novia Handayani yang dibahas. Mengenai berita syiah yang menyiapkan semi militer, hal itu belum bisa dipastikan. Semua peserta sepakat yang harus dilakukan jika memang berita itu benar adalah kita harus bangkit dan seluruh kaum Muslimin bersatu untuk melawan orang syiah. Bisa dengan menyiapkan militer. Mau syiah itu punya senjata atau tidak, kita tetap harus bersiap. Apalagi jika negara Islam sudah tegak maka orang syiah wajib diperangi.

Beralih ke pertanyaan dari Holifah. Umar menjawab, “Dampak negatif syiah dapat menyesatkan masyarakat. “ Anam menambahkan, “Syiah dapat menyesatkan masyarakat sehingga masyarakat tidak tahu mana yang benar, yang Islam dan yang syiah.”

Sedangkan Ustadz Sanusi yang juga hadir dalam diskusi kali ini menyampaikan pendapatnya mengenai permasalahan bahwa syiah juga mengaku sebagai Islam. Ustadz Sanusi adalah kepala asrama bagi santri ikhwan.

Kini giliran pertanyaan Fathimah yang dibahas. Mayoritas santri menjawab bahwa aktivitas syiah bisa dihentikan dengan dinasehati terlebih dahulu kemudian jika mereka menolak masuk Islam maka diperangi.

Tapi seperti yang disampaikan Ustadz Sanusi, “Syiah itu adalah satu kesesatan yang nyata. Cara menghentikannya nggak bisa langsung diperangi karena hal itu hanya bisa dilakukan oleh negara sementara kita belum punya pemimpin. Nah, berarti kita punya tugas menegakkan daulah Islam untuk melanjutkan kehidupan Islam. Yang paling pasti, untuk menghentikannya kita lebih berharap menjaga masyarakat dari paham syiah. Kita pahamkan tentang kerusakan syiah seperti apa dan cara melawannya. Baru kita lawan. Jangan sampai masyarakat menjadi Islam phobia. Kita harus lebih peka dan selalu update berita di sekitar kita.” Jelasnya panjang lebar.

Hawari setuju dengan pendapat beliau. Hari semakin siang. Namun, diskusi masih berlangsung. Berikutnya membahas pertanyaan dari Ihsan. Kebanyakan santri menjawab bahwa orang syiah itu sesat dan masuk neraka. Anam menambahkan bahwa hanya orang Islam yang masuk surga.

Jawaban lain dilayangkan oleh Ustadz Sanusi. Beliau berpendapat, ”Yang menentukan adalah Allah. Kita tidak tahu dia masuk neraka atau tidak. Tapi kita lihat bagaimana yang telah dilakukan syiah sekarang. Jika orang itu bisa sadarkan maka lain lagi urusannya. Nah, makanya ada kewajiban kita untuk mengingatkan mereka supaya kembali ke jalan yang benar.” Tuturnya.

Pertanyaan selanjutnya yang dipilih notulen untuk dibahas adalah pertanyaan dari Saknah Reza Putri. Ia bertanya tentang cara membedakan anatara tulisan orang syiah atau bukan. Ahmad Khoirul Anam menjawab, ”Salah satunya kalau dalam tulisan itu banyak mengagung-agungkan ‘Ali seperti ada tulisan ‘Ali alaihissalam.” Sedangkan Shaluddin Umar menjawab, ”Belajar Islam dulu baru ketika membaca tulisan syiah kita tahu bahwa tulisan itu pahamnya berbeda dengan pemahaman Islam yang benar.

Neng Ilham juga tak mau ketinggalan. Ia berpendapat bahwa untuk membedakannya bisa bertanya kepada orang yang sudah mengerti Islam. Apakah itu tulisan dari orang Islam atau bukan.

Lanjut ke pertanyaan dari M. Qois. Menurut Fadlan sikap kita terhadap orang syiah adalah lemah lembut. Sedangkan Umar mengatakan bahwa kita harus waspada karena orang syiah itu sering mengajak orang untuk masuk syiah. Lain lagi dengan pendapat Ustadz Sanusi yang lebih menekankan pada wawasan Islam yang harus diperdalam.

“Jika sudah punya dasar pemikirin Islam yang kuat, Allah pun tahu arahnya ke mana. Intinya, nggak ngaji nggak trendi.” Ungkapnya. Mendengar kata-kata itu sontak para santri tertawa. Termasuk saya sendiri. Alasannya, karena kata ‘nggak ngaji nggak trendi’ adalah jargo di Radio Kisi 93, 4 FM Bogor. Beberapa santri Pesantren Media menjadi presenter dan narasumber di sana.

Tetapi Maila berpendapat lain. “Sikap kita terhadap mereka biasa saja, tidak terlalu keras. Agar mereka mau dekat dengan kita dan akhirnya kita bisa berdakwah kepadanya.” Tuturnya.

Khusus untuk pertanyaan Nissa, Ustadz Sanusi mengatakan bahwa pertanyaan itu sudah dibahas sebelumnya. Kini tersisa satu pertanyaan dari Kak Farid yang belum dibahas. Ia menanyakan tentang cara mencegah penyebaran ajaran syiah. Anam menjawab, “Caranya adalah dengan menguatkan aqidah Islam.” Ucapnya santai. Setelah Anam, tak ada lagi santri yang menjawab.

Pukul 11.30 WIB. Pertanyaan demi pertanyaan telah dibahas. Pada menit-menit terakhir diskusi, Ustadz Oleh Solihin menyampaikan kesimpulan dari diskusi kali ini.

“Saat ini syiah itu sepertinya sudah mulai menggeliat.Tapi nggak usah khawatir, seperti kata Ustadz Abdurrahman Al Baghdadi-yang merupakan Guru Besar dan Ahli Tafsir Al-Qur’an dan Hadits asal Yordania- mengatakan bahwa walaupun mereka jumlahnya banyak tapi biasanya diisi oleh orang-orang yang nggak tahu.” Tutur Ustadz Oleh Solihin.

“Ketika acara Idul Ghadir pihak dari Trans 7 bertanya kepada peserta. Banyak yang tidak tahu apa syiah itu. Mereka mengaku ikut Idul Ghadir karena diajak oleh teman. Entah itu mereka tutup-tutupi. Karena kita bingung juga ya prinsip syiah tadi kan boleh berbohong. Maka dengan demikian, kita sulit ketemu dengan orang seperti itu kalau melalui ucapannya. Tapi kita tidak akan kesulitan kalau melalui perbuatannya atau tulisan di web dan lain-lain. Media massa pentingnya adalah karena kita di Pesantren Media, kita harus membentengi atau memberikan alternatif bacaan-bacaan atau informasi yang kaitannya ke-Islaman agar orang tahu bahwa Islam itu beda dengan syiah. Kita harus hati-hati.” Tambah beliau.

Setelah menyampaikan kesimpulan, Ustadz Oleh mempersilahkan Hawari untuk menutup diskusi. Pada detik-detik menjelang sholat Zhuhur, Hawari meminta seluruh peserta untuk membaca do’a kafaratul majlis sebagai penutup. Dan, diskusi aktual tanggal 20 November 2013 dengan tema ‘Syiah, Media Massa dan Masyarakat Awam” berakhir.

Demikianlah acara diskusi aktual. Saya, sebagai notulen menghaturkan maaf jika ada kesalahan kata dalam notula ini.

[Siti Muhaira,  santri kelas 2 jenjang SMA, Pesantren Media]  

 

By Siti Muhaira

Santriwati Pesantren Media, angkatan kedua jenjang SMA. Blog : http://santrilucu.wordpress.com/ Twitter : @az_muhaira email : iraazzahra28@ymail.com Facebook : Muhaira az-Zahra. Lahir di Bogor pada bulan Muharram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *