Rabu tanggal 5 Maret 2014 minggu lalu adalah hari yang istimewa, bukan karena itu hari ulang tahunku, tetapi karena semua penghuni Pesantren Media mengunjungi IBF (Islamic Book Fair).Tepatnya pukul 08.00 kami para santri Pesantren Media pergi mengendarai bus APTB menuju senayan. Saat di dalam bus APTB kami mulai beraksi ada yang foto-foto,merekam dan ada juga yang bersendagura.
Kami sangat menikmati perjalanan. aku hanya memandang keluar jendela memerhatikan jalanan hingga aku tak sadar kalau bus sudah meninggalkan Kota Bogor dan memasuki jalan tol. Aku mulai bercakap-cakap dengan maila membicarakan hal-hal yang enggak jelas hanya sekedar untuk menghilangkan rasa bosan seperti menghitung roda” kontener “dan sampai sekarang aku dan maila tidak tau berapa aslinya jumlah roda “kontener” tersebut.
Perjalan kami pun terhenti pada pemberhentian bus APTB. Kami pun langsung turun dan bergabung sesuai dengan kelompoknya masing-masing, untuk sampai di IBF kami harus melewati jembatan layang. Sebelum kami berangkat kami sudah di bagi kelompok terlebih dahulu jadinya sampai di IBF kami langsung aja berpencar bersama kelompok masing-masing.
Kali ini akulah yang menjadi ketua kelompok yang anggotanya Fathimah, Mufiddah dan Maila. Kelompok kami mengawali perjalanan kami di stan yang paling bawah terlebih dahulu. Setelah kami berkeliling akhirnya kami berhenti di beberapa stan dan kami mendapatkan buku apa yang kami inginkan. Karena sudah cukup lelah kami pun beristirahat di tribun untuk meluruskan kaki kami yang sudah mulai pegal-pegal .
Karena rasa lelah itu sudah mulai menghilang kimi pun kembali meneruskan perjalanan kami. Tujuan terakhir kami adalah mencari poster untuk adik fathimah. Setelah itu kami pun langsung kembali ketempat awal dimana kami berkumpul tadi.
Hari sudah semakin siang kami pun bersiap untuk pulang sebelum pulang kami berfoto-foto dulu di depan poster bertuliskan IBF untuk dokumentasi dan barulah kami memulai perjalanan kami untuk kembali ke Pesantren.
MENANTI…
Kami berhenti di depan loket busway. Satu persatu kami mengatri untuk membeli tiket busway yang jurusan kota. Setelah lama menunggu akhirnya busway yang kami nantikan datang juga, sebagian dari kami langsung masuk kedalam busway tapi malang kelompok kami, kami harus menunggu busway jurusan kota selanjutnya karena yang awal tadi sudah tidak cukup lagi.
Alhamdulillahnya busway yang selanjutnya tidak cukup lama akhirnya kami pun masuk kedalam busway tersebut. Akhirnya setelah melewati beberapa pemberhentian sampaialah pada tujuan kita yaitu pemberhentian kota. Kami kaget sekaligus bingung ternyata kami hanya naik busway berempat tidak bersama ikhwan, kami pun menunggu ikhwan “mungkin ikhwan ada di busway belakang kali” batinku.
Karena kami tidak tahu setelah ini harus pergi kemana lagi fathimah akhirnya menelepon Via beberapa kali untuk menanyakan mereka ada di mana. Kami tetap menunggu ikhwan karena takutnya kita di cari nanti malah akan merepotkan dan memperlama perjalanan. satu busway lewat tidak ada dua busway lewat tidak ada sampai beberapa busway lewat pun tidak ada sampai pada akhirnya Fathimah kembali menelepon via untuk menanyakan apakah ikhwan sudah sampai disana terlebih dahulu tetapi karena tidak jelas dan putus-putus akhirnya Fathimah mematikan telepon tersebut dan kami pun memutuskan untuk berjalan menyusuri koridor dan kami bertemulah dengan santri akhwat yang lain.
SERASA SATU BANDING SERIBU
Selesai shalat ashar dan semuanya sudah berkumpul kami pun langsung berjalan lagi menuju stasiun kereta kami langsung membeli karcis. Setelah kami memegang masing-masing kami langsung menaikin kereta khusus perempuan. Karena kereta sudah mulai penuh kereta pun berjalan menuju stasiun selanjutnya.
Hingga kereta berhenti pada stasiun dimana sebenarnya sudah penuh tetapi tetap saja orang-orang masuk kedalam kereta. kami yang berdiri pun sudah merasa tidak nyaman lagi yang lebih tambah tidak nyaman lagi kami terhimpit sampai benar-benar nempel di pintu ada juga maila yang tanganya tidak bisa di gerakan gara-gara terhimpit kita bagai satu banding seribu orang. sempitnya bukan main. Dan ini baru pertama kalinya aku naik kereta dalam keadaan penuh sesak seperti ini. Dan kenangan yang tak terlupakan. Walaupun lelah tapi hal ini sangat menyenangkan untuk di ingat karena belum tentun hal ini terulang kembali.[Chairunisa, Santri Angkatan ke-2, Jenjang SMA, Pesantren Media]