Liputan Khusus Diskusi Aktual Pesantren Media, Rabu, 7 Maret 2012
Suriah, salah satu negeri di Timur Tengah, sudah lama menjadi bagian penting dalam sejarah Islam. Hal ini dimulai saat Islam menjejak di negeri ini pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Suriah juga tercatat memberikann peranan penting karena pernah menjadi salah satu pusat Khilafah Islam di masa lalu. Tak hanya berkaitan dengan sejarah masa lalu, Suriah juga memegang peranan penting di masa depan Islam. Rasulullah saw. memberikan kabar bahwa Nabi Isa AS akan turun di menara Masjid Damaskus bagian timur.
Dalam hadits Nawwas bin Sam’an yang panjang yang membicarakan kemunculan Dajjal dan turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika Allah telah mengutus al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyiq dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za’faran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara. Maka tidak ada orang kafirpun yang mencium nafasnya kecuali pasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lalu ‘Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian ‘Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi Allah dari Dajjal, lalu ‘Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang derajat mereka di surga.” (HR Muslim)
Ini menunjukkan bahwa di masa depan, Suriah akan kembali menjadi pusat dunia Islam. Oleh karena itu, negeri ini sudah selayaknya selalu dalam pengamatan kaum muslimin sedunia, termasuk para peserta Diskusi Aktual Pesantren Media yang pada Rabu sore 7 Maret 2012 berkumpul di Rumah Media dan bersiap-siap mengikuti diskusi kali ini.
Itulah sekelumit pengantar yang dipaparkan oleh pimpinan diskusi, Ustadz Umar Abdullah. Hal ini juga menjadi alasan kenapa diskusi kali ini mengambil topik: Suriah Membara. Di mana saat ini terjadi pergolakan di sana. Rakyat Suriah meminta Presiden mereka, Bashar al-Assad untuk turun dari jabatannya. Mereka mengadakan serangkaian aksi damai di negeri itu. Namun, aksi ini direspon pemerintah dengan kekerasan. Akibatnya banyak yang terbunuh. Rakyat tidak terima dengan hal ini. Mereka membalas dengan mengangkat senjata. Beberapa tentara pemerintah membelot membela rakyat. Akhirnya, peperangan tak dapat dihindari. Kelompok oposisi menjadikan Kota Homs sebagai pusat perlawanan dan pertahanan.
Diskusi Aktual kali ini nampak lebih ramai dibandingkan hari Rabu sebelumnya dengan hadirnya rombongan mahasiswi dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor. Mereka hadir guna mengikuti langsung jalannya Diskusi Aktual Pesantren Media ini. Beberapa di antaranya juga tampak membawa netbook guna mencatat poin-poin diskusi.
Selalu ada pertanyaan
Sesi pertanyaan ditandai dengan diberinya kesempatan bagi Muhammad Mujahid, bocah berumur 2 tahun, untuk bertanya. Kesempatan ini diberikan karena sebelumnya dia juga mengacungkan tangan, berebut kesempatan untuk bertanya. Namun, setelah diberi kesempatan bertanya, Muhammad malah bengong sambil senyum-senyum sendiri. Kesempatan bertanya pun dilimpahkan pada Abdullah. Abdullah memanfaatkan kesempatan ini dengan menanyakan tentang alasan Suriah membara. Selanjutnya, pertanyaan datang dari Taqi. Adik kandung Abdullah ini menanyakan apakah suatu saat nanti semua manusia di bumi akan berperang.
Selanjutnya Novia, santri Pesantren Media mendapatkan giliran untuk mengajukan pertanyaan. Ada empat pertanyaan yang diajukan Novia, yakni penyebab kenapa pemerintah Suriah melakukan pembantaian di Kota Homs. Yang kedua, tentang alasan kenapa pemerintah Suriah melarang bantuan ICRC masuk ke Kota Homs. Ketiga tentang bagaimana pandangan Islam tentang masalah yang terjadi di Suriah. Dan, yang keempat adalah bagaimana caranya menyelamatkan TKI yang ada di sana.
Selanjutnya Ilham, santri Pesantren Media, tampil mengajukan pertanyaan. Ada dua pertanyaan yang diajukannya. Pertanyaan pertama menanyakan tentang apa arti oposisi, apakah berasal dari rakyat sendiri atau dari luar/asing. Pertanyaan kedua Ilham menanyakan tentang apa hubungan Suriah dengan Iran dan juga Rusia.
Pertanyaan terakhir datang dari salah seorang anggota rombongan mahasiswi UIKA, Raras. Ada dua petanyaan yang diajukannya. Yang pertama, dia menanyakan tentang makna QS ar-Rum: 2-4 tentang bangsa yang dilakahkan di negeri terdekat. Pertanyaan kedua berkaitan dengan Ibnu Taimiyah, apakah dia ini adalah orang yang bersama Wasil bin Atha’ yang menyebarkan Mu’tazilah. Pertanyaan Raras ini muncul mungkin karena Ustadz Umar Abdullah menjelaskan bahwa banyak ulama di Damaskus yang hebat-hebat seperti Ibnu Qayyim, Ibnu Katsir dan juga Taqiyuddin Ibnu Taimiyah. Namun pertanyaan tentang Ibnu Taimiyah dijawab langsung bahwa itu berbeda zaman. Jauh sekali dan jelas bukan orang itu yang dimaksud. Sembari Ustadz Umar menjelaskan bahwa ada banyak kesamaan nama dan kisah, tetapi dilihat terlebih dahulu sejarahnya sehingga tidak campur aduk apa yang kita pahami dan juga akan memberikan penilaian yang benar terhadap suatu fakta.
Pertanyaan dari Raras mengakhiri sesi pengumpulan pertanyaan dari para peserta diskusi. Sesi selanjutnya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Menjawab persoalan
Pertanyaan Abdullah tentang kenapa Suriah membara mendapat tanggapan dari dua orang, Bu Lathifah dan Ustadz Umar. Menurut Bu Lathifah, hal ini terjadi karena ada protes damai dari masyarakat yang direspon dengan senjata sehingga terjadilah peperangan antara kaum oposisi dengan pemerintah. Masyarakat sudah tidak takut lagi dengan pemerintah. Ustadz Umar menambahkan bahwa konflik ini sebenarnya adalah bagian dari revolusi yang terjadi di dunia arab. Revolusi ini diawali pertama kali dari Tunisia, kemudian secara cepat menyebar ke seluruh dunia arab.
Pertanyaan kedua yang datang dari Taqi tidak dijawab karena si penanya sendiri malah ‘kabur’ ke halaman Rumah Media. Taqi lebih sibuk bermain-main di halaman rumah.
Pembahasan selanjutnya beralih ke pertanyaan Novia. Pertanyaan Novia yang pertama tentang kenapa pemerintah Suriah melakukan pembantaian di Homs dijawab oleh Ustadz Umar. Beliau berpendapat bahwa setidaknya ada tiga alasan kenapa pemerintah Suriah melakukan pembantaian di Homs. Pertama, karena rakyat sudah melawan pemerintah sehingga pemerintah bereaksi dengan melakukan pembantaian di sana. Kedua, itu bahasa mereka. Dengan kata lain, mereka hanya mengenal kata kekerasan dalam menyelesaikan sebuah masalah. Ketiga, pemerintah merasa kuat. Jika pemerintah merasa lemah, mereka tidak akan sampai melakukan pembantaian.
Pertanyaan kedua Novia tentang kenapa bantuan ICRC dilarang masuk ke Homs juga mendapat jawaban dari Ustadz Umar. Beliau mengutarakan bahwa ada sekitar dua alasan kenapa pemerintah melarang ICRC masuk dan memberikan bantuan ke Homs. Pertama, jika ICRC diijinkan memasuki Homs, dikhawatirkan hal ini akan semakin menambah kekuatan dari para pemberontak. Kedua, pemerintah takut kejahatannya di Homs terbongkar. Pemerintah Suriah takut jika dokumentasi tentang kekacauan dan kesewenang-wenangan mereka tersebar keluar.
Menanggapi pertanyaan ketiga Novia tentang apa solusi Islam dari permasalahan ini, Ustadz Umar memberikan tiga poin jawaban. Pertama, bahwa di dalam Islam, sesama muslim tidak dibenarkan untuk saling membunuh. Kedua, tidak boleh main tembak. Perlu ditanya dahulu, apa maunya rakyat. Ketiga, Pemerintahnya dicuekin saja. Jika pemerintah bereaksi, maka perlawanan dengan mengangkat senjata diperbolehkan.
Selanjutnya adalah pembahasan pertanyaan yang diajukan oleh Ilham. Pertanyaan pertamanya tentang apa itu oposisi dan berasal dari mana mereka, apakah berasal dari luar/asing. Seluruh peserta diskusi sepakat bahwa kelompok oposisi adalah kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. Mereka berasal dari kalangan rakyat sipil atau elemen pemerintahan dari sebuah negara. Jadi, kelompok oposisi bukan berasal dari luar atau asing. Dan pertanyaan kedua Ilham tentang hubungan Suriah dengan Iran dan Rusia mendapat tanggapan dari Ustadz Umar dan Bu Lathifah. Keduanya sepakat bahwa hubungan Suriah dengan Iran terjalin karena mereka memiliki identitas yang sama yakni sama-sama penganut Syi’ah. Sedangkan hubungan dengan Rusia ialah adanya latar belakang sosialis di kedua negara.
Pertanyaan Raras tentang QS ar-Rum—yang terinspirasi dar uraian prolog Ustadz Umar Abdullah dalam diskusi ini dijawab oleh Bu Lathifah bahwa kejadiannya bukan pada saat Muhammad al-Fatih menaklukan Romawi Timur atau Byzantium, tetapi kejadiannya saat masih ada Rasulullah saw. dan para sahabatnya di Makkah. Yakni ketika Romawi dikalahkan Persia dan beberapa tahun kemudian giliran Persia yang dikalahkan oleh Romawi.
Kemudian Ustadz O. Solihin menambahkan jawaban dari penjelasan surat ar-Ruum ayat 2-4 yang dibacakannya ke peserta diskusi dengan membacakan surat ar-Ruum dan menjelaskan terjemahan serta keterangannya: “Allah Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman” (QS ar-Ruum [30]: 2-4)
Penjelasannya adalah, bahwa yang dimaksud negeri Romawi yakni Rumawi Timur yang berpusat di Konstantinopel. Maksud negeri terdekat terdekat ke negeri Arab yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Rumawi Timur. Maksud sesudah dikalahkan akan menang adalah bahwa bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai Kitab Suci sedang Bangsa Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). Kedua bangsa itu saling perang memerangi. Ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. Sedang kaum muslimin berduka cita karenanya. Kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. Hal itu benar-benar terjadi. Beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. Dengan kejadian yang demikian nyatalah kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah.
Sementara penjelasan “beberapa tahun lagi” ialah antara tiga sampai sembilan tahun. Waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun 614-615) dengan kemenangannya (tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.
Penjelasan yang disampaikan Ustadz O. Solihin diamini oleh Ustadz Umar Abdullah.
Paling akhir dari sesi menjawab pertanyaan adalah pembahasan pertanyaan keempat Novia tentang bagaimana caranya menyelamatkan TKI yang saat ini berada di Suriah. Ustadz Umar Abdullah kembali memberikan pendapatnya. Menurut beliau, ada tiga hal yang perlu dilakukan guna menyelamatkan TKI. Pertama, para TKI ini disuruh membawa senjata sebagai perlindungan diri. Kedua, mereka disuruh berlindung di tempat yang aman. Ketiga, mau tidak mau mereka harus pulang ke tanah air.
Demikian laporan diskusi kali ini. Semoga bermanfaat. [Farid Ab, Santri Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini sebagai tugas tambahan dalam pelajaran Menulis Kreatif di Pesantren Media