Jum’at, 07 Februari 2014 yang lalu, hari libur yang aku manfaatkan untuk me-refresh pikiran. Maklum, sekolah di Pesantren Media sehari-harinya tidak lepas dari alat-alat elektronik, terutama laptop/notebook, hehehe. Aku berangkat dengan salah satu teman pesantrenku, Chairunisa Bayu Parameswari (Icha) namanya, kami mau pergi ke Kebun Teh. Kami berangkat sekitar jam setengah sembilanan.
Sekitar jam setengah sepuluhan kami sudah sampai di tempat tujuan. Tempatnya cukup jauh dari pesantren. Masih di Bogor siiih, tapi bukan di Cisarua, Puncak. Melainkan di Cihideung, Pasir Pogor. Aku tahu tempat itu dari teman SMPku. Aku pun sudah sering main ke tempat itu. Menurutku tempatnya bagus banget. Makanya aku ajak Icha ke tempat itu.
Sesampainya disana, aku dan Icha banyak-banyak menyebut nama Allah. Subhanaallah Begitu indahnya tempat ini. Apalagi waktu itu turun hujan, ditambah lagi ada kabut. Kebun tehnya ga begitu luas tapi pemandangannya keren banget. Di sana juga ada gunungnya. Ada air terjun juga, tadinya pengen ke sana. Karena hujan jalanannya licin jadi ga jadi deh.
Waktu itu aku merasa berdiri di tengah-tengah gunung. Sungguh, ini pemandangan yang ga biasa aku rasakan. Aku merasa, hari itu aku menyatu dengan alam. Aku merasakan hembusan angin yang menyapu lembut pipiku. Hujan yang membasahi tubuhku. Suara baling-baling yang terbuat dari bambu. Ketika angin datang baling-baling pun berputar dan berbunyi.
Rasanya tidak mau meninggalkan tempat ini. Tempat yang membuat jiwa dan hatiku tenang. Namun waktu terus berjalan. Hari mulai siang, aku dan Icha memutuskan untuk pulang. Kami pulang dengan jalan yang berbeda saat berangkat. Aku ajak Icha lewat jalan di mana waktu SMP, aku sering ke tempat itu bareng teman-teman pramuka. Sekitar setengah jam perjalanan sampailah di rumahku.
[Holifah Tussadiah, santriwati kelas 2 jenjang SMA, Pesantren Media]