Loading

Kembali ke Rumah

 

Esok harinya, terlihat Bunga dan Ibunya sedang beres-beres untuk pulang. Tidak lama kemudian, teman-teman Bunga datang lalu membantu Bunga bersiap-siap untuk pulang. Hati Bunga sangat bahagia sekali, 1 bulan lebih berlalu tinggal di rumah sakit, namun ia berpikir “Apakah aku bisa sembuh? Penyakit yang menjijikkan ini bukannya belum ada obatnya?” pertanyaan itu muncul lagi, namun tidak lama, karena teman-temannya langsung menyadarkan Bunga yang sedang melamun memikirkan sesuatu.

“kamu lagi memikirkan apa Bunga?” Tanya Resa menatap mata Bunga.

“Enggak, aku nggak lagi memikirkan apa-apa Res, hanya merasa senang aja, karena sudah bisa pulang.(sambil tersenyum tipis).” Jawab Bunga sedikit berbohong.

“Sudahlah Bunga, kamu jangan bohong pada kami semua.” Sonya menyambung pembicaraan Bunga dan Resa.

“Hmm.. aku lagi bingung Res, Sonya. Apa aku bisa sembuh ya? Bukannya penyakit yang aku derita belum ada obatnya?” Jawab Bunga terus terang.

“Kata siapa? Emang dokter apa penyembuh kita? Bukan Bunga, tapi Allahlah yang maha penyembuh! Kamu harus ingat itu!” Jawab Resa pada Bunga.

“Iya benar kata Resa, Bunga. kamu harus yakin ya? Jangan putus asa begitu! Kan masih ada kita yang selalu nemani kamu.” Tambah Sonya.

“Makasih ya? Kalian semua memang sahabat terbaikku.” J?awab Bunga dengan menangis terharu.

“Tenang aja Bunga, kita akan selalu ada buat kamu.” Jawab Resa lalu memeluk Bunga, lalu teman yang lainnya ikut meluk Bunga, dan menangis.

Perasaan mereka semua beraduk campur, rasa takut kehilangan, rasa sedih, rasa bahagia, rasa senang.. semua bercampur dalam satu harapan. Yaitu teman-temannya menginginkan Bunga sembuh, termasuk diri Bunga sendiri. Yang selalu merasa tertekan dengan kondisinya itu.

Suasana itu tidak berangsur lama, karena Ayah Bunga datang memecahkan suasana di Ruang Inap tempat Bunga di rawat.

“Ayo semua, kita pulang!” Ayah Bunga mengajak semua untuk segera pulang.

Mereka langsung keluar dari ruang rawat Bunga. dan masuk ke mobil milik Bunga, lalu segera pulang.

 

===================ooOoo======================

Sesampai di rumah, Bunga langsung masuk dan melihat-lihat suasana rumah yang selalu ia rindukan. Lalu Bunga masuk ke kamar tercinta, bersama teman-teman yang selalu menemaninya. Canda tawa selalu mengiringi mereka semua,membuat Bunga senang, begitu erat  persahabatan mereka. Terlihat sangat indah. Karena waktu berputar begitu cepatnya, Tanpa terasa siang telah berlalu, teman-teman Bunga harus segera pulang. Lalu mereka pamit pada Bunga dan keluarganya. Setelah mereka pulang, bunga terlihat kesepian lagi dan sedih karena selalu datang dipikirannya mengenai nasib buruk yang menimpanya. Akhirnya Bunga memutuskan untuk menulis buku hariannya lagi yang sempat kosong selama 3 hari karena tidak menyempatkan diri.

selalu terlintas kata tanya dalam hati, mengapa aku bisa mempunyai penyakit seperti ini? Sebenarnya apa dosaku? Meski memang ini sudah takdir Allah untukku, pasti ada penyebabnya. Apa ini semua keteledoran dokter waktu mencarikan pendonor darah untukku atau memang ada yang tidak suka padaku? Semua itu terus berputar dalam pikiranku, terkadang ingin aku mencari tahu penyebabnya, atau mungkin sebelum aku mengetahuinya aku sudah dipanggil oleh sang maha kuasa, aku selalu berpikir ini cobaan.. cobaan..cobaan. hanya cobaan berat untukku supaya aku lebih sabar lagi. Namun, entahlah.. rasa yang ada dalam hati belum bisa menerima kenyataan. Jika memang ini dari kesalahanku sendiri, semoga dengan penyakit ini Allah bisa menghapus dosa-dosaku, namun jika memang ada orang yang sengaja atau teledor, Allah pasti memberi petunjuk padaku. Baik di dunia maupun nanti di akhirat. Aku akan berusaha menerimanya, semoga Allah mempunyai rencana baik untukku.

Ya Allah… aku memohon kepadamu, semoga engkau selalu melindungiku, member petunjuk kepadaku atas apa yang telah menimpaku, ku serahkan semaunya padamu. Karena tiada Illah selain engkau.. amin”

Setelah menulis buku hariannya, Bunga terlihat sangat capek dan akhirnya dia ketiduran dengan buku hariannya. Tidak lama kemudian Ibu Bunga datang untuk melihat anaknya. terlihat anaknya sedang tidur di atas meja belajarnya. Lalu ibunya membangunkannya karena tidur di waktu sore. Lalu menyuruhnya untuk segera shalat asar, Karena belum shalat. Ketika Bunga di kamar mandi sedang mengambil whudlu, ibunya tidak sengaja melihat buku harian yang baru dia tulis lalu membacanya. Ibunya tersadar, lalu berpikir Bunga mempunyai penyakit itu gara-gara dokter teledor. Entah mengapa setan mudah sekali menghasut ibunya itu. Dia langsung main hakim sendiri dan menfitnah dokter tanpa ada bukti. Lalu ibu Bunga memanggil suaminya, dan memintakan pendapat tentang hal itu. Namun suaminya tidak satu pemikiran dengannya, sampai mereka berdebat terus, Hingga suasana kacau tak terkendali lagi, mereka berdua saling emosi dan tidak ada yang mau mengalah. Sampai terdengar oleh Bunga. Bunga yang waktu itu tidak mengerti apa-apa hanya bisa terdiam dan langsung bertanya-tanya mengapa Ayah dan ibunya bisa bertengkaran? “ Sebenarnya Ayah dan Ibu sedang berdebat tentang apa?  aku takut. Aku tidak bisa memisahkan mereka.” Bunga hanya terus bisa diam mendengar pertengkaran mereka. Sampai akhir di ujung tanduk, Bunga mendengarkan terus perdebatan mereka, ternyata mereka berdebat karena penyebab penyakitku. Mulai terasa tubuhku lemah, tidak berdaya. Karena aku…….

Bersambung

[Tya Intan Kasih, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *