Panggil saja namanya Bunga, hal yang sangat menyakitkan untuk menerima semua ini. Begitu sulit hati menerimanya, seperti terombang ambing di lautan, sulit untuk melawan ombak yang begitu dahsyatnya. Ditambah badai yang begitu besar dengan amukannya. Bunga menangis tersedu-sedu, merasa sangat terpukul dengan semua ini.
“Mengapa harus aku ya Allah? Engkau gak adil!” Ujar bunga dengan marah.
“Sabar Bunga, jangan menyalahkan Allah! Istighfarlah!” Ujar Pak Doni, seorang dokter.
“Apa? Dokter menyuruh saya istighfar? Dokter ini siapa ? Dokter gak punya hak untuk menyuruh saya!” Jawab Bunga dengan lancang.
“Maaf, tapi memang gak baik Bunga bicara seperti itu!” Jawab Pak Doni dengan santai.
Bunga terdiam, dan menangis. “Dokter bohong, mana mungkin saya terkena AIDS, itu bohong! Saya bukan PSK yang murahan di pinggir jalan atau di club. Saya ini wanita terhormat! Mengapa harus saya yang terkena? Dok ? Jawab Dok! Jawaaaaab!” Bunga membentak seolah tak percaya.
“Bunga, penyakitmu bukan karena semua itu. Tapi karena melalui transfrusi darah waktu kamu kecelakaan, dan kekurangan darah.” Jelas dokter.
Orang tua Bunga hanya bisa diam kebingungan, karena yang mereka tahu Bunga adalah seorang gadis yang baik, dan sholehah. Mereka tidak percaya mengapa semua itu terjadi pada anaknya. namun hanya bisa bertawakal kepada Allah.
“Yang sabar ya Nak, mungkin Allah sayang sama kamu,sekarang Dia sedang menguji kesabaranmu.” ujar ayahnya.
“Ayah, mengapa semuanya terjadi sama Bunga, Ayah? Apa salah Bunga sebenarnya? Bunga mengeluh sama ayahnya.
“Bunga, Ayah harap kamu bisa bersabar menghadapi semua ini. Semoga Allah menyembuhkanmu!” Ayah mencoba menenangkan bunga.
Bunga mengangguk, “Ya, semoga saja Ayah.” Jawabnya.
=====================================oOo=========================================
Esok harinya Bunga kembali ke Rumah Sakit bersama orang tuanya, namun ternyata kondisi Bunga semakin parah.
“Bunga, untuk sementara, kamu tinggal di Rumah sakit ya?” Dokter memulai pembicaraan.
“Tapi kenapa Dok?” Tanya Bunga dengan kaget.
“Kondisimu mulai parah, saya harap kamu mau di rawat dulu di sini.” Jawab dokter.
“Ya Allah, mengapa harus seperti ini?” Bunga menangis, lalu mengangguk dengan pasrah.
Orang tua bunga ikut menangis.
“Nak yang tabah, serahkanlah semua ini pada Allah!” Kata Ibunya sambil menangis, lalu memeluk Bunga.
“iya Bu, Bunga akan selalu sabar menghadapi cobaan ini.” Jawab Bunga.
Tiba-tiba Bunga terjatuh dan …
bersambung.
[Tya Intan, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren Media]