Ilham Raudhatul Jannah (Santri Pesantren Media)
Senang banget rasanya bertemu dengan penulis novel terkenal, malahan bukan bertemu lagi tapi ngobrol secara langsung. Novelis Andrea Hirata! Tahu nggak? Itu lho penulis novel “Laskar Pelangi”. Kenapa yang aku katakan novel “Laskar Pelangi”, bukan bukan “Sang Pemimpi” atau “Edensor” atau yang lainnya? Karena novel “Laskar Pelangi” adalah novel yang paling dikenal oleh masyarakat, bahkan nih masyarakat desa masuk ke desa lagi mengetahuinya (nggak segitunya juga kale heheh…). Nggak lah bohong. Maksudnya, novel “Laskar Pelangi” itu yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dibandingkan dengan novel-novel yang lain. Betul? Ditambah ada filmnya kan? Wuih hebat! Menguras air mata gitu deh.
Tapi yang “Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, dwilogi Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas” tidak kalah bagusnya kok. Tapi sayang yang “Sebelas Patriot” itu, aku belum baca. Hiks. Lain kali aja deh. Kalau punya uang, nanti beli (kasihan banget sih! Hahahah…). Ih tadinya itu, aku benar-benar tidak percaya tahu. Kok bisa gitu ya… ngobrol secara langsung lagi. Oh iya lupa, pertemuan itu atas perantara ustadz Oleh Solihin, guru menulis kami di Pesantren Media, lho! Dia yang ngajak kami ke SMAKBo (Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor). Soalnya dia diundang untuk menjadi juri menulis cerpen. (makasih ustadz Oleh Solihin).
Waktu sampe di sekolah itu, kami sempat di tanya-tanya gitu sama security di situ. Ya wajarlah, soalnya hanya orang-orang tertentu aja kali ya yang boleh masuk. Udah gitu, dijelasin. Dan kami dibolehkan masuk deh. Nah! Ketika udah masuk itu, kami memutuskan untuk menunggu ustadz Oleh Solihin aja. Lalu aku SMS ustadz Oleh Solihin, memberi tahu kalau kami sudah sampai. Tak lama kemudian ustadz Oleh Solihin menjeput kami dan mengantar menuju aula tempat acara berlangsung.
Dagdigdug cer jantungku, kayak lagi goyang dangdut… saat masuk aula itu. hahahahah…
1… 2… 3… duar!!!! Jantungku serasa berhenti berdetak waktu melihat,” ih! Itu lho ANDREA HIRATA!!” ini ceritanya aku lagi ngomong sendiri di dalam hati. Heheheh… lebay deh!
Aku kira waktu aku melihat Andrea Hirata itu aku senang gitu kan? Tapi nyatanya nggak, tahu. Ih bosan banget aku berada di situ. Rasanya penget cepat-cepat keluar dari situ. Udah panas, berisik lagi (ya iyalah namanya juga banyak orang. Heheheh).
Andrea Hirata lagi sharing, aku nggak dengerin semuanya. Yang aku dengar itu cuma satu kalimat saja yaitu “Jangan mempercayakan semuanya pada bakat, kalau mempercayai bakat kamu nggak bakalan bisa dan meraih apa yang kamu mau”. Kira-kira seperti itulah bunyinya. Ya, kalimat itu buat aku merasa tersindir tapi nggak begitu aku fikirkan apalagi masukin ke dalam hati karena aku sibuk ngomel-ngomel sendiri dalam hati, “ih kok gini, ternyata cuma gini ya. Sebel! Pengen pulang!”
Mungkin aku kesal karena melihat perempuan dan laki-laki campur juga kali ya. Iya tuh! Aku sebal! Masa’ disatuin gitu sih! Kan nggak boleh. Apalagi di depan aku itu ada yang pacaran, tambah aja deh aku kesal. iiihh… sebel! Bel! Bel! Tapi aku baru tersadar, kata aku dalam hati, “Mungkin nggak dipisahin karena yang sekolah di sini, bukan muslim semua kali ya?” tapi tetap aja, mau kayak gimana pun aku tetap nggak bisa terima. Pokoknya yang aku mau perempuan dan laki-laki dipisah tempat duduknya titik.
Ketika sibuk ngomel-ngomel dalam hati itu, tiba-tiba acara tanya jawab itu udah selesai. Ya udah, kami keluar. Ketika di luar, ada Andrea Hirata lagi berdiri di depanku. Di samping Andrea Hirata ternyata ada ustadz Oleh Solihin, lalu ustadz memperkenalkan kami pada Andrea Hirata bahwa kami adalah muridnya dari Pesantren Media. Lalu foto bareng. Oh iya, waktu foto bareng itu, Andrea Hirata pegang lengan atas aku lho! Spontan aku kaget, soalnya yang aku tahukan nggak boleh, bukan mahrom. Mungkin dia belum tahu mengenai hal itu kali ya atau karena itu sudah menjadi hal biasa bagi dia. Nggak tahulah aku juga. Nanti aku dikatain sotoi lagi. Ya aku tahu sih maksud dia narik lengan aku, kan itu mau difoto, sedangkan aku berada jauh banget dari dia, singkatnya supaya dekat.
Sesudah foto-foto itu, Kak Farid minta izin untuk pulang. Terus kata ustadz Oleh Solihin, “ikut aja”. Kata aku, “Iya ikut aja”. Akhirnya setuju. Ya udah kami ikutin ustadz Oleh Solihin berdampingan dengan Andrea Hirata. Aku di situ merasa kok aku kayak tamu istimewa ya? Hanya kami lho yang masuk ke ruangan yang oleh sekolah itu disediakan untuk tamu istimewa. Ada AC-nya lagi. Berarti benar kan itu ruangan istimewa, soalnya waktu di aula itu nggak ada AC-nya, ada juga kipas angin, gede tapi aku masih merasa kegerahan. Eh kembali lagi ke yang tadi, siswa siswi situ nggak ada yang dibolehin masuk lho! Kan ruangan itu ada di dalam gerbang ya dan gerbang itu ditutup waktu kami sudah masuk ke dalamnya. Ada yang jaga tahu. Makanya aku merasa seperti tamu istimewa, padahalkan tamu tidak resmi hahahahah… maksudnya itu, kami adalah tamu yang ustadz Oleh Solihin ajak. Bukan sekolah itu yang ngundang.
Ternyata seru tahu ngobrol sama Andrea Hirata, ya Allah… senang banget. Emang sih tadinya aku kesal tapi waktu ngobrol itu aku jadi nggak kesal lagi sama dia. Dan tentang ngebosenin itu, aku salah besar. Dia buat aku ketawa. Dan yang paling berharga dia buat aku semangat untuk menulis. Waktu itu aku nanya ke dia tentang ‘percaya pada bakat’ itu lho. Soalnya yang nyantol diotak aku kan cuma kalimat itu aja, waktu di aula itu lho. Dia jelasin bla-bla-bla (yang ini rahasia heheh…) dan akhirnya aku semangat lagi untuk menulis, berkobar lagi seperti api. Idih lebay! Heheh… Pokoknya aku akan berusaha untuk tetap menulis. Habis aku kesal kecewa juga sih, aku selalu saja salah hampir nggak pernah ada yang benarnya belajar teknik menulis. Tapikan itu dulu, sekarang insya Allah nggak. Akan terus berusaha. Cayo![]