Loading

Aku Hana siswi kelas 10 di salah satu SMA di Kota Bogor. Aku masih sama seperti dulu saat di SMP, tidak punya banyak teman. Berinteraksi dengan teman hanya saat ada urusan saja, atau sekedar hanya untuk basa-basi. Duduk di perpustakaan saat istirahat sudah menjadi kebiasaanku. Tidak banyak guru yang mengenalku kecuali Guru Bahasa Indonesia, itupun karena ia pamanku. Aku suka membaca, terutama pada novel.

Pagi ini sekolah masih sepi, mungkin aku yang terlalu cepat datang. Aku duduk di depan kelas sambil membaca buku matematika dan memakan roti yang kubawa dari rumah. Aku tidak begitu suka dengan pelajaran matematika, tapi mau gimana lagi, nanti akan diadakan ulangan. Siswa sudah banyak berdatangan, aku bergegas masuk kelas, 10 menit kemudian bel bunyi menandakan pelajaran akan dimulai.

Seperti biasa saat istirahat aku menghabiskan waktu di perpustakaan. Aku berjalan di lorong rak-rak buku mencari novel yang belum kubaca.

“ Hai..! “ tiba-tiba seseorang menepuk pundakku

“ Hmm hai, ada apa? “ jawabku heran

Sedikit berbisik dia menanyakan ,“ rak komik di mana ya? ”

“ di deket rak buku bahasa, ga jauh kok dari sini, “ sambil menunjuk rak bahasa, “ anak baru ya? “ lanjutku

“ iya, pindahan dari Bandung. Aku Seira 10.A, kamu? “ Seira mengulurkan tangannya

“ Hana 10.B, hmm aku duluan ya, “

Basa basi banget sih, kataku dalam hati.

Bel berbunyi, tanda waktu pulang sudah tiba. Aku menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Aku biasa di jemput ojek langganan dekat rumah yang sudah di sewa bunda untuk mengantar dan menjemputku sekolah. Tiba-tiba…

“ eh Hana, lagi nunggu jemputan ya? “ tanyanya dengan tersenyum lebar

Kenapa ketemu lagi??? Teriakku dalam hati. Aku paling anti sama orang yang suka basa-basi. Untung aja ojeknya udah keliatan dari kejauhan.

“ Iya, tuh udah dateng, duluan yaa, bye.. “ aku bergegas meninggalkan Seira

Di perjalanan aku memikirkan perlakuanku kepada Seira, apa kayaknya jahat banget ya. Aku bertekad untuk minta maaf besok di sekolah,  ya walaupun pasti jealous abis. Saat di rumah aku memikirkan gimana caranya minta maaf ke dia. Terlalu lebay sih menurutku sampe-sampe dipikirin banget. Kalo ngobrol di sekolah mungkin bakal aneh diliat anak-anak. Mungkin langsung ke rumahnya aja kali yaa?

Besoknya, saat istirahat yang biasanya aku hanya duduk di perpustakaan, namun tidak untuk hari ini. Aku mencari kelas Seira dan menanyakan alamat rumahnya kepada teman-teman sekelasnya, dan saat itu Seira tidak masuk sekolah, kata temennya sih Seira sakit. Kebetulan banget nih, aku jadi punya alasan “mengunjungi”, biar gak jealous banget. Aku berencana setelah pulang sekolah nanti akan ke rumahnya.

Aku membeli sedikit makanan untuk dibawa ke rumah Seira, gak mungkin kesana dengan tangan kosong. Hari ini aku sengaja menyuruh ojek langgananku untuk tidak menjemput, dan meminta izin ke bunda. Sesampainya di rumah Seira aku sedikit ragu, bener apa enggak ya rumahnya. Lebih baik ketuk aja dulu pintunya, semoga aja bener ini rumahnya.

“ Assalamualaikum.. “

 

“ walaikumsalam, temennya Seira ya? “ ibunya Seira yang membukakan pintu. Ia langsung mengenaliku sebagai temannya Seira, mungkin karena aku memakai seragam yang sama dengan Seira.

“ iya tan, Seira nya ada? Ini juga ada sedikit bingkisan, “ aku memberi bingkisan yang kubawa

Ibu Seira menerima dan mempersilahkanku langsung masuk ke kamar Seira.

Aku melihat wajah Seira pucat, tapi wajah ramahnya masih tetap terpancar. Seira sedikit kaget dan mempersilahkanku masuk. Melihat kondisi Seira mungkin hanya sakit demam saja, pikirku. Aku mengambil kursi belajarnya yang tidak jauh dari kasurnya dan meletakkannya di samping kasur Seira.

Kali ini aku yang membuka percakapan,

“ lekas sembuh ya sei, “

“ iya makasih han, “ Seira kembali tersenyum seperti biasanya.

“ pasti kamu kaget kenapa tiba-tiba aku ke rumah kamu, “

Aku menjelaskan tujuanku datang ke rumahnya.

“ Iya gapapa kok han. Wajar kok kamu kayak gitu, akunya terlalu SKSD, hehehe “ kami pun tertawa

Sekarang, jam istirahatku tidak lagi kuhabiskan duduk membaca di perpustakaan. Aku lebih sering ngobrol, belajar, makan di kantin bersama Seira. Bahkan 5 menit sebelum jam istirahat Seira sudah menunggu di depan kelasku, begitupun sebaliknya, tapi di jam-jam tertentu saja. Ternyata memiliki sahabat tidaklah buruk seperti yang ada dalam pikiranku, aku sedikit trauma pada sahabat kecilku dulu.

7 hari lagi kami akan melaksanakan Ujian kenaikan kelas. Aku belajar bersama Seira di rumahnya, karena jika di rumahku pasti adik-adikku akan mengacaukan agenda belajar bersama kami. Ujian demi ujian sudah dilaksanakan dan hasilnya memuaskan, namun tidak di mata pelajaran matematika. Aku berharap di kelas 11 bisa satu kelas dengan Seira, namun ternyata tidak. Seira masuk 11.D dan aku 11.A.

Sekarang kami sudah kelas 11. Hari pertama di kelas 11 sama saja seperti di kelas 10, hanya saja gurunya yang berbeda. Gurunya lebih galak. Jam istirahat tiba, aku dan Seira menuju kantin untuk mengisi perut yang dari tadi cacingnya udah drum band.

“ Han, kamu mau ngambil jurusan apa?, “ tiba-tiba Seira menanyakan itu, padahal hari ini masih awal kami di kelas 11.

“ gak tau, belum mikirin itu. Kamu? “ aku memang belum memikirkannya karena bingung. Bunda ingin aku menjadi dokter, sedangkan ayah ingin aku menjadi pakar ekonomi. Mungkin nanti akan aku diskusikan dulu bersama ayah dan bunda.

“ ntar deh kalau udah semester 2 aku kasih tau hahahaha, “

“ yaelah bikin penasaran aja, “

Semester 1 berlalu begitu cepat. Aku, ayah, dan bunda sudah mendiskusikan jurusan apa yang akan aku pilih. Aku memilih jurusan IPA. Bunda memang selalu menang, dan ayah memang selalu mengalah. Sudah 2 minggu Seira tidak masuk sekolah, awalnya aku kira hanya demam, tapi demam kok sampe 2 minggu. Pulang sekolah nanti aku akan menjenguknya.

Namun pada saat aku sampai, rumahnya kosong, tidak ada orang. Tetangganya bilang keluarga Seira udah 2 minggu ini di rumah sakit, dan katanya keluarga Seira memang sering ke rumah sakit. Aku menelfon Seira tapi tidak ada jawaban, akhirnya aku menelfon ibunya Seira. Aku mendapat alamat rumah sakit sekaligus kamar Seira. Ternyata yang dirawat di rumah sakit adalah Seira.

Seira memang tidak pernah cerita kalau dia mempunyai penyakit, tapi Seira sering mengeluh pusing. Aku mencari kamar Seira yang berada di lantai 5. Aku berusaha santai saat masuk kamar Seira. Disana aku melihat Seira dan ibunya, Seira terlihat sedang tidur. Ibunya mengajakku keluar dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Dulu saat SD, Seira mengalami kecelakaan bersama ayahnya, Seira selamat namun ayahnya tidak. Selama aku mengenal Seira, aku memang tidak pernah melihat ayahnya, dan aku tidak berani menanyakan keberadaan ayahnya. Seira terkena benturan yang sangat dahsyat yang membuat dia harus selalu mengecek kondisinya di rumah sakit. 2 minggu yang lalu Seira jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri,ibunya segera membawa dia ke rumah sakit.

Kondisinya sangat memprihatinkan, Seira belum sadar sejak 2 minggu yang lalu. Aku merasa gagal manjadi seorang sahabat. Kenapa aku tidak tau apa yang dialami sahabatku, padahal ia begitu memperdulikanku. Saat melihat Seira terbaring, tiba-tiba aku merindukan senyumannya. Senyumannya yang bisa membuat senin menjadi hari yang indah.

[Zuyyina Hasanah, Kelas 1 SMA, Pesantren Media]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *