Loading

Aku memiliki banyak sekali impian. Ingin jadi penulis, pelukis, pemusik, guru, hafizh, dan banyak lagi yang lainnya. Aku sering sekali terinspirasi dari beberapa orang yang sudah ahli dari berbagai keterampilan. Melihat mereka sungguh asyik menekuni kebolehan mereka, aku jadi memiliki keinginan menjadi seperti mereka.

Tidak seperti kebanyakan anak-anak lain, aku dididik oleh umi dan abiku untuk terus beristiqomah dalam menjalani suatu pekerjaan. Namun, namanya juga anak-anak. Aku dulu masih sangat labil. Sehingga, melakukan pekerjaan sesuai mood-ku.

Teman-teman, kali ini, aku akan menceritakan beberapa dari sekian banyak impianku, serta caraku menggapainya.

Dulu, waktu aku mesih kecil, umi suka membelikan aku buku-buku cerita bergambar untuk anak. Kadang aku minta diceritakan. Tapi tidak jarang aku membaca buku itu sendiri.

Aku sangat senang membaca cerita anak-anak. Terutama cerita fabel. Cerita ini sangat mengasyikkan bagiku juga bagi sebagian besar anak seusiaku dulu. Saat membaca, aku membayangkan. Andai aku bisa menulis cerita, aku pasti bisa membuat anak-anak seusiaku pandai membaca. Aku juga bisa memberikan hiburan yang menyenangkan bagi mereka. Jadi sejak kecil, aku bercita-cita menjadi penulis.

Kemudian, aku melihat gambar-gambar dibuku ceritaku. Aku juga melihat gambar-gambar buatan umiku. Umiku sangat pandai menggambar. Aku ingin seperti umiku yang pandai menggambar. Aku jadi ingin pandai menggambar juga. Karena, jika aku bisa menggambar sendiri dengan bagus. Mungkin aku bisa menjadi pelukis  terkenal.

Namun, menjadi pelukis juga ada kendalanya, lho. Kata umi, aku tidak boleh menggambar makhluk bernyawa dengan lengkap. Misalnya menggambar manusia, binatang, atau jin. Kalau tanaman tidak apa-apa. Tanaman kan tidak bernyawa.

Mendengar itu, aku jadi bingung sendiri. Memang bisa, menggambar manusia yang tidak lengkap? Umi bilang, “Bisa, kok.” Lalu, umi dan abi mengajarkan aku membuat manusia yang tidak mirip manusia. Misalnya, yang kepalanya besar tapi badannya kecil.

Kemudian, aku mulai belajar menghafal Al-Qur`an. Aku menghafal bersama umi. Umi sangat pintar membaca Al-Qur`an. Aku senang mendengar umi membaca Al-Qur`an.

Umi menyuruhku menghafal Al-Qur`an. Kata umi, Allah mencintai orang yang membaca dan mengajarkan Al-Qur`an. Kalau kita hafal Al-Qur`an, kita pasti akan lebih sering dan lebih mudah mengajarkan kepada orang lain.

Aku ingin bisa menghafal keseluruhan Al-Qur`an. Yakni, 30 Juz. Atau 114 Surat. Aku ingin seperti doktor-doktor cilik yang sudah hafal seluruh Al-Qur`an beserta pemahaman-pemahamannya. Seperti Ustadz Rahmatullah, guru Tahfizh Pesantren Media.

Alhamdulillah. Sekarang, aku sudah hampir menyempurnakan surat Al-Baqoroh. Aku masih harus terus berusaha. Karena Al-Baqoroh itu baru Juz 3. Aku masih harus menyempurnakan juz-juz lainnya.

Aku juga suka bermain musik. Aku belajar musik bersama Om Dedhy. Om Dedhy adalah teman abi. Aku belajar vokal, keyboard, juga biola. Bermain musik itu menyenangkan, bisa menghilangkan rasa jenuh. Aku akan semangat bila mendengar musik semangat. Karenanya, aku akan membuat hatiku semangat dengan bermain musik.

Dulu, aku suka melihat kakak kelasku bermain pianika. Aku mendengar alunan suara pianika mereka enak didengar. Aku menceritakan hal itu kepada abiku. Aku ingin bermain pianika. Kemudian, abi membelikanku pianika dan buku panduannya. Aku belajar sendiri hingga aku bisa memainkan beberapa lagu.

Namun, kendala ketika bermain pianika adalah, aku sering kehabisan nafas ketika meniup pianika. Akibatnya, aku sering sesak nafas. Sejak itu, aku jarang melanjutkan bermain musikku.

Setelah lama berhenti, aku melihat Mbak Ayya, kakak sepupuku membeli sebuah keyboard. Kemudian, Mbak Ayya belajar bersama Om Dedhy. Karena Mbak Ayya belajarnya di rumah umi, aku bisa ikut belajar dengannya. Sambil Mbak Ayya diberi pelajaran oleh Om Dedhy, aku duduk memperhatikan. Kemudian, aku ikuti. Dalam hati, “Ternyata lebih enak bermain keyboard. Selain musiknya lebih bervariasi, aku juga tidak usah susah-susah meniup.” Akhirnya, aku menekuni bermain keyboard.

Lama-lama, Mbak Ayya mulai jarang menggunakan keyboardnya. Akhirnya, aku memainkannya. Hingga sampai kini, keyboard itu sangat berjasa dalam hal tampil menampil.

Kemudian aku melihat iklan-iklan tv yang menampilkan orang yang sedang bermain biola. Aku sangat senang mendengar alunan biola yang merdu. Aku ingin bisa bermain biola.

Aku belajar biola bersama Om Dedhy. Ternyata, bermain biola itu tidak mudah, lho. Aku sering kesulitan menekan senar-senar biola itu. Tapi, karena aku sangat ingin bisa memainkannya, aku terus berusaha sampai aku akan benar-benar bisa.

Lalu aku berpikir. Aku ingin bisa ini, aku ingin bisa itu. Akhirnya, aku beranggapan, “Kalau bisa ini dan itu, aku bisa menjadi guru, dong.” Ya. Aku ingin menjadi guru untuk semua hal yang aku bisa, terutama Al-Qur`an. Karena, dengan mengajarkan Al-Qur`an, aku akan menjadikan anak-anak didikku dan juga aku menjadi umat kebanggaan Rasulullah SAW yang mampu mengahafal kitab suci kita, yaitu Al-Qur`an. Selain itu, aku juga bisa menjadi Mujtahid yang bisa menentukan kepada masyarakat mana yang benar, dan mana yang salah, seperti Umar bin Khaththab ra.

Teman, sebenarnya masih banyak impian-impianku yang belum aku ceritakan. Namun, akan sangat panjang bila aku ceritakan semua. Jadi sampai di sini dulu, ya.

[Fathimah NJL, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMP, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *