SANTRI, MEDIA SOSIAL DAN TANTANGAN DAKWAH
Rabu, tanggal 3 oktober 2018 santri Pesantren Media melaksanakan diskusi aktual dengan tema Santri, Media Sosial dan Tantangan Dakwah.
Santri di Indonesia sudah banyak dan pesantren juga banyak. Berdasarkan penelitian, media sosial juga banyak di kalangan anak muda rata-rata penggunanya dari usia 17-25 tahun, khususnya pengguna facebook dan instagram, kalau generasi tua biasanya menggunakan twitter. Kalau tantangan dakwah itu seperti apa? Kalau dihubungkan dengan media sosial berarti tantangannya di dunia maya.
Apalagi di zaman sekarang tidak hanya orang umum tapi generasi santri saat ini juga terlibat di dalamnya atau juga terbawa. Media Sosial berkembang seiring zaman, dari telepon benang hingga smartphone canggih.
Sesi pertanyaan di buka oleh moderator Hanan (3 SMP) dan Estu (1 SMA)
Pertanyaan :
- Zuyyina : “Apa gambaran dari tema ini?”
Jawaban :
Estu : “Santri itu ada yang muda dan juga ada yang tua. Santri muda biasanya tidak mau ketinggalan zaman khususnya dalam sosial media missal, Instagram dan facebook. Menyebarkan islam, berdakwah di sosial media itu pasti ada tantangannya, berupa itu komentar yang menyindir, hoax yang disampaikan haters. Dan tidak semua santri itu benar dalam menggunakan media sosial yang digunakan bukan untuk berdakwah. Cuma untuk bersenang-senang saja, mencari hiburan dan chattingan. Seharusnya santri itu menggunakan media sosial untuk berdakwah dan menyebar kebaikan.”
Hanan : “Santri muda biasanya mudah menerima berita-berita hoax di media sosial. Santri muda zaman sekarang harus siap melewati tantangan-tantangan di media sosial. Mungkin seperti itu gambaran dari topik ini.”
Pertanyaan :
- Qais : “Bagaimana cara kita menghadapi orang yang menentang dakwah kita di sosial media?”
Jawaban :
Tasha : “kalau menurut saya,ini singkat ya kalau saya sih saya cuekin aja karna kalau ngeladenin pasti cape, nah kalau seandainya dia terus-terusan mencaci kita lama-lama dia juga yang cape sendiri. Jadi kita milih kita yang cape atau dia yang cape. Dari pada ngeladenin dia mending teruskan dakwah kita. Mengabaikan kritikan itu juga salah karna kita harus intropeksi diri dan cari dulu informasi yang benar. Jadi yang pertama di cuekin dan yang kedua intropeksi diri.”
Zulfa : “Selain harus cuekin dan intropeksi, yang ketiga itu sabar. Dakwah itu ga mudah, pasti ada orang yang nentang dan jangan dijadiin beban, terserah mereka mau nerima atau tidak. Yang penting kita sudah menyampaikan.”
Pertanyaan :
- Rafi : “Menjadi pendakwah zaman sekarang lebih baik secara langsung atau melalui media sosial? Potensi lebih besarnya di medsos atau di dunia nyata?”
Jawaban :
Ukkasyah : “Kalau lebih baiknya secara langsung tapi bagi pemula mungkin dari media sosial dulu supaya tertarik. Kalau tingkat lanjutnya mungkin Lebih efektif kalau secara langsung Tapi supaya lebih tertarik di media sosial.”
Pertanyaan :
- Ukkasyah: “Di zaman sekarang di sosial media lebih efektif yang mana agar orang tertarik melihat dakwah kita apakah jenis video, desain, challenge, atau tulisan?”
Jawaban :
Qais : “Kalau dakwah ikutin passion sendiri. contoh kita jago desain tapi harus dakwah melalui video, ya nggak bisa.”
Tasha :”Tapi, menurut saya lebih baik foto karena. Video tidak memungkinkan, karena kalau foto atau desain ga sengaja muncul di search terus orang melihat dakwah kita tanpa sengaja. Video kurang yang minat karena orang jarang membuka you tobe kalau buka juga untuk nonton atau dengar musik.”
Pertanyaan :
- Zulfa : “Kan di zaman sekarang udah banyak orang yang dekat di media sosial, apa tantangan dakwah di media sosial?”
Jawaban :
Qais : “Yang pertama likersnya sedikit yang kedua online jadi gini tergantung orang awam itu ilmunya banyak atau sedikit. Kalau misalnya ilmunya banyak tapi ga ngerti sosial medial tapi ntar dapat resiko peminatnya dikit dan orang yang lihat cuman dikit atau likersnya dikit.”
Ukkasyah : “Apa lagi kalau followersnya banyak pasti lebih banyak lagi tantangannya berupa komenan atau sindiran yang menyakiti.”
Bintang : “Ada aja orang tiba-tiba komen yang buruk. Tantangan yang terberat ya itu. Kita harus kuat dan terima orang yang seperti itu. Misalkan ada yang mencaci maki ya kita sabar.”
Qais : “Dilihat dari konten, pasti mereka mengklik siapa yang memposting dan ternyata seseorang itu ga sesuai syariat islam. Dan akun kita ada yang melenceng, jangan sampai kita berdakwah tapi kitanya masih melenceng.”
Ukkasyah :”Tantangannya mengejar like, sebenarnya like itu hanya sebagai pendorong untuk kita semangat lanjut untuk berdakwah lagi.”
Tasha : “Ya kita harus positif thinking jadi, itu ada hikmahnya. Selain tantangan likers dan lain-lain pasti ada tantangan dalam diri kita yaitu riya.”
Pertanyaan :
- Qais : “Kan dakwah itu wajib bagi setiap muslim, terkadang seseorang malas untuk berdakwah, bagaimana cara membangkitkan semangat orang untuk berdakwah?”
Jawaban :
Ukkasyah : “Karya dakwahnya bisa di update supaya banyak yang liat karyanya dan banyak yang like dan share karya kita, karna banyaknya kita jadi semangat lagi.”
Bintang : “Agar semangat kita kembali salah satunya adalah reward, ini ga terlalu bagus juga. Ini bisa dicoba juga, ketika sudah naik semangatnya, kita tata ulang lagi niat kita. Atau dengan seperti yang dibilang Ukkasyah tadi like, comment dan share.”
Itu tadi adalah serangkaian hasil diskusi. Kesimpulannya adalah, tantangan dakwah itu ada yang dari dalam dan ada yang dari luar. Yang dari dalam itu kita melihat tanggapan orang terhadap dakwah kita, apakah mereka merespon baik dan buruk. Tantangan dari dalam itu mulai dari isi kontennya dan cara kita menyampaikan, kontennya harus sesuai dengan yang Rasul ajarkan, tidak boleh asal. Diskusi ditutup oleh Ustad Oleh jam 22.00.
Faziera Putri (Santriwati jenjang SMP kelas 3)
bagaimana tantangan dakwah dalam media sosial ?