#10
Matahari semakin tinggi. Udara di luar sangat panas. Tapi jendela mobil panter sengaja kami biarkan terbuka. Jika ditutup, udara di dalam mobil akan semakin panas. Biarlah hembusan angin masuk ke dalamnya. Sekarang kami masih dalam perjalanan ke Pesantren Media. Jalan raya dipadati oleh kendaraan roda empat dan dua. Kami juga sempat terjebak macet. Ya, lagi-lagi macet. Kapan ya, Bogor bisa terbebas dari kemacetan?
Lamunan penulis seketika terpecah. Tiba-tiba penulis ingat perkataan Om Dedy beberapa menit sebelum kami naik bajaj ke Stasiun Gondangdia. Beliau bilang, sebelum pulang ke PM mampir dulu ke tempat beliau mengajar. Ada teman yang ingin melihat mobil panter. Oh, ya! Penulis baru mengingatnya. Yaah, bagaimana pun penulis, Ica dan Ela sudah menyetujuinya. Itu artinya, kami tidak akan langsung ke PM. But, ok deh! Itu artinya jalan-jalan lagi. Yeayy! Apalagi kami belum pernah pergi ke tempat beliau mengajar. Pengalaman baru. Xixi
Di perjalanan menuju tempat tujuan, penulis merenung sejenak. Ternyata mobil yang sedang kami tumpangi ini rencananya akan dijual. Jika berhasil dijual, insya Allah akan digantikan dengan mobil yang daya tampungnya lebih banyak. Mungkin semacam bus angkutan anak sekolah. Alhamdulillah, mengetahuinya saja sudah membuat bahagia. Apalagi jika PM benar-benar memiliki bus sekolah. Amiin deh!
Oya, buat pembaca yang belum tahu, Om Dedy adalah guru musik. Selain mengajar di Pesantren beliau juga mengajar di Purwacaraka.
Renungan penulis berakhir ketika Om Dedy tiba-tiba bercerita tentang rumah makan yang ada di sebelah kanan jalan. Sebuah rumah makan bercat putih dengan tulisan Abuba. Ya, Rumah Makan Abuba. Beliau memberitahu kami tentang menu dan harga makanan yang ada di sana. Menu yang disediakan adalah steak. Sepertinya beliau pernah ke tempat itu. Wah, Om, bikin ngiler aja deh! Astaghfirullah… kami lagi puasa (kecuali Ela).
Perjalanan ke tempat kerja Om Dedy masih berlanjut. Eits, di belokan beliau memutar balik arah laju mobil. Sekarang RM Abuba berada di sebelah kiri kami. Lah, kini mobil panter yang dikemudikan Om Dedy masuk ke sebuah jalan dekat RM itu. Di seberang RM Abuba ada sebuah bangunan dan warung makan. Mobil panter parkir tepat di halaman bangunan itu. Loh, sebenarnya kita mau ke mana, OM? Apa sudah sampai?
Owalah… ternyata bangunan berlantai dua itu adalah tempat beliau mengajar. Ternyata kami sudah sampai. Tempat beliau mengajar ternyata berseberangan dengan RM Abuba. Pantas saja beliau bercerita. Jaraknya cukup dekat. Sesampainya di tempat tujuan, Om Dedy meminta kami untuk menunggu di tempat duduk yang berada di bawah pohon pala. Jaraknya tak jauh dari mobil. Sementara beliau masuk ke tempat mengajarnya. Mungkin untuk menemui orang. Sedetik kemudian Om Dedy membawa seorang laki-laki untuk melihat mobil panter. Mungkin calon pembeli.
Penulis, Ica dan Ela duduk di kursi di bawah pohon pala yang rindang. Ditambah hembusan angin dan udara yang segar. Tiba-tiba penulis ingat sesuatu. Oh no! Sore ini ada jadwal on air di Kisi Fm. Tepatnya jam 5 sore. Dalam program syiar Ramadhan penulis akan membahas mengenai ‘Asmara Aktivis Dakwah’. Dan, penulis belum menyiapkan bahannya. Langsung saja penulis melihat jam di hand phone. Oh, sudah jam 1 siang. Belum shalat lagi. Mana ya Om Dedy?
Akhirnya, beliau keluar kemudian mempersilahkan kami untuk sholat di mushola. Dengan segera kami berjalan menuju tempat berwudhu. Ternyata tempat berwudhu itu letaknya berdekatan dengan salah satu ruang untuk latihan main alat musik. Buktinya, suara drum yang sedang dimainkan terdengar jelas. Bahkan bergema sampai di kamar mandi dan tempat berwudhu.
Penulis dan Ica sholat di dalam mushola yang berukuran kecil dan tidak luas. Mungkin hanya cukup untuk 5/6 orang saja. Ela yang sedang berhalangan menunggu di depan pintu mushola. Ica sengaja menutup pintunya. Alhamdulillah sekarang sudah sholat. Lega rasanya. Kemudian kami bertiga kembali ke tempat duduk di bawah pohon pala. Ohya, bagaimana nasib on air di Kisi? Ah, lagi-lagi penulis cemas. Ingin segera sampai di PM dan langsung membuat bahan untuk on air. Tapi harus menunggu sampai urusan Om Dedy selesai.
Ternyata orang yang melihat mobil panter tak hanya satu orang. Ada tiga orang lagi yang sedang melihat-lihat mobil. Tak hanya melihat bagian luar mobil bahkan ada yang sampai masuk ke dalamnya. Om Dedy menghampiri mereka. Setelah ketiga orang tadi pergi, Om Dedy masuk ke tempat beliau mengajar. Penulis, Ica dan Ela tetap setia menunggu di bawah pohon pala. Penulis semakin khawatir. Sekarang jam setengah dua siang. Sampai kapan ya akan menunggu?
Beberapa menit kemudian…
Akhirnya, Om Dedy keluar juga. Beliau meminta kami untuk masuk ke dalam mobil. Itu artinya, kami akan pulang ke PM. Wah, alhamdulillah. Semoga sampai di PM dengan cepat dan selamat. Amiin. Mobil pun melaju menuju tempat tujuan kami berikutnya. Bismillaah.
~~~
Alhamdulillah kami sampai di PM sekitar jam dua siang. Sesampainya di PM, penulis buru-buru ke asrama. Ica dan Ela menyusul. Setelah istirahat beberapa menit, penulis menyalakan netbook dan mulai membuat bahan untuk on air jam 5 nanti. Masih ada waktu. Penulis langsung sibuk membaca artikel dan rekaman Voice of Islam tentang ‘Asrama Aktivis Dakwah’. Ternyata Ica juga sedang asyik dengan laptopnya.
Waktu seakan berjalan dengan cepat. Adzan Ashr sudah berkumandang. Sementara penulis belum selesai membuat bahan. Banyak artikel yang penulis baca. Belum lagi mendengarkan rekaman dan mengulangnya beberapa kali. Ditambah rasa lelah yang sebenarnya sangat-sangat penulis rasakan. Berada di luar dalam waktu lama membuat mata penulis agak perih. Ya, terkena asap dan segala macam yang beterbangan di jalan raya. Penulis tidak bisa berlama-lama menatap layar netbook.
Dalam membuah bahan on air tersebut penulis membuat 4 pertanyaan beserta jawabannya. Sebenarnya belum selesai. Tapi Teh Yuni sudah meminta penulis untuk segera bersiap-siap karena jam setengah lima sore kami akan pergi ke Kisi Fm. Yap, apa boleh buat. Penulis merapikan tulisan yang telah diketik dan menyudahinya. Kemudian bersiap untuk mandi.
Setelah mandi dan sholat Ashr penulis menyiapkan netbook, pena dan buku untuk dibawa. Bagaimana pun Teh Yuni sudah menunggu. Penulis tidak sempat mencetak bahan untuk on air. Oleh karenanya, penulis membawa pena dan buku tulis untuk mencatat pertanyaan yang nantinya akan diserahkan kepada presenter yang akan menemani penulis saat on air nanti.
Penulis berangkat ke Kisi Fm diantar Teh Yuni dengan naik sepeda motor. Sekitar jam setengah lima kami berangkat. Semoga saja jalanan tidak macet. Oya, penulis juga belum mencatat pertanyaannya. Penulis akan mencatatnya setelah sampai di tempat tujuan. Well, kami pun ‘meluncur’ ke Kisi Fm.
[Siti Muhaira, santriwati kelas 3 jenjang SMA, Pesantren Media]