Saat Adit beranjak dewasa, Adit mulai mengenal kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagian memiliki banyak fans di sekolah, kebahagian karena kecerdasan Adit yang dibanggakan banyak guru. Itulah kehidupan Adit, tapi ada satu baginya yang harus disembunyikannya dari kehidupan kesenangannya ini, yaitu memilkiki Ibu buta. Adit sangat malu memiliki Ibu buta. Matanya yang tidak ada satu. Adit sangat ingin memiliki kesempurnan dari dirinya, dan juga dalam keluarganya.
Dulu ketika Ayah Adit masih hidup. Ayahnya lah yang menjadi tulag punggug keluarganya. Sekarang, Ayah Adit sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Allah SWT. Tinggallah Adit anak semata wayang yang seharusnya mejadi tulang punggung pengganti Ayahnya. Tapi semua itu Adit acuhkan. Adit hanya mementingkan kebutuhan dan keperluanya saja. Sedangkan Ibu Adit bekerja keras membuat makanan untuk para karyawan di sebuah rumah tenun. Dulu ketika Adit masih SD. Adit masih mau memulung. Sekarang Adit sangat gengsi memegang barang rongsokan itu.
ooOoo
Pada suatu hari, Ibu Adit datang ke sekolah Adit. Untuk menjenguk keadaan Adit. Karena sudah beberapa hari Adit tidak pulang kerumah. Dia tidur dirumah temannya. Karena baginya rumah kumuh itu membuatnya muak. Membuat kesempurnan yang dimilikinya menjadi cacat. Adit berjanji pada dirinya untuk menggapai kesempuraan ini.
Tepat ketika Adit sedang waktunya istirahat sekolah, dilihat olehnya sosok waita tua berdiri di pintu kelas 12A. bajunya bersahaja rapih dan sopan. Dan yang selalu membuat Adit malu adalah kenapa aku memiliki Ibu yang tidak mempunyai mata satu. Dan paling memalukan dia memanggilku.
“Adit,” Kata Ibu memanggil sambil tersenyum. Adit bergegas menuju Ibu. Dan membawanya keluar gerbang sekolah.
“Ibu, ngapain sih ibu kesini?” Kata adit sambil menghempaskan tangan Ibu.
“Ibu cuma mau menjengukmu nak? Bagaimana kabarmu nak. Kenapa kamu tidak pulang kerumah nak?” Kata ibu sambil mengelus bahuku.
“Sudahlah Bu. Ibu datang kesini hanya mempermalukan aku saja!” Bentakkan dari Adit untuk Ibunya. Adit berlari menuju kelasnya da membiarkan Ibunya pulang.
Karena kehadiran Ibunya Adit sangat malu sekali. Sampai beberapa teman Adit berkata dan menanyakan.
“Dit, itu nyokap lo?” Kata Irfan yang memegang bahu Adit.
“Mata nyokap lo Cuma satu yah?” Kata Budi yag menyambung perkataan Irfan.
“Sudahlah lupakan. Gue mau ke kelas dulu” Kata Adit yang meninggalkan teman-temannya begitu saja.
Bagi Adit, pertanyaan yang dilontarkan teman-temannya itu bagai disambar petir di siang hari.
[Saknah Reza Putri, santriwati kelas 2 jenjang SMP, Pesantren Media]