Sebagai warga dari negara yang memiliki keberagaman bahasa yang mungkin menjadi salah satu kebanggaan, ciri khas dan aset negara yang menjadi daya tarik warga asing untuk berkunjung bahkan tinggal di Indonesia ini, tidak heran lagi bila kita sering menjumpai orang yang berbeda daerah atau bahasa kesulitan mengerti satu sama lain jika mereka menggunakan bahasa mereka sendiri-sendiri.
Contoh gampangnya saja yang saya alami sendiri, di asrama. Pastilah jika teman satu asrama sedang bergumam atau keceplosan menggunakan bahasa daerahnya, pasti yang lain akan kebingungan mendengarnya.
Kali, ini saya akan sedikit membahas “Salah Kaprah, Bener Ora Lumrah”. Ya, ini adalah kata kiasan dari bahasa jawa yang berarti “Salah itu Biasa, Bener Tidak Biasa”. Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan ungkapan ini. Maksudnya, ketika sesuatu yang salah di masyarakat itu menjadi sesuatu yang lumrah atau sudah terbiasa, baik dilakukan atau didengar, sedangkan jika ada kebenaran di dalamnya akan menjadi sesuatu yang tidak lazim.
Dan pada kesempatan ini, saya akan sedikit ngulik apa saja hal-hal yang dikaitkan dengan Islam dalam masalah ini.
Pertama, mengenai pemakaian kerudung. Banyak sekali kita jumpai remaja-remaja muslimah sekarang memakai kerudung yang istilahnya itu “Nggak niat”. Apa maksudnya? Misalnya, memakai kerudung yang transparan/tipis sehingga membentuk bagian kepala seperti telinga dan leher. Kerudung turban, berpunuk, dan fashion-fashion yang digemari remaja muslimah sekarang. Akankah mereka tidak sadar mengenai hal itu?
Kedua, mengenai pacaran dan gaul bebas. Jika kita berperan menjadi remaja di zaman sekarang pasti kita pernah merasakan pergaulan yang sangat bebas diantara teman-teman kita yang sangat sulit untuk dicari jalan pintas selain ketaqwaan dan pengorbanan untuk bertaubat darinya. Tidak heran lagi bila sering kali masyarakat awam bercuap-cuap menggunakan tema ini, seperti : “Single gak trendy!” “Buruan gih cari cowok/cewek yang pas buat temenin lo, daripada lo galau mulu tiap hari” “Galau, malam minggu ditemenin sama hujan doang” “Kalau gak pacaran, nanti nikahnya gimana?” “Kudet lo, hari gini masih jomblo?” dan segudang kalimat-kalimat lain yang membuat jati diri orang yang pacaran seolah-olah baik,harus dicontoh dan diikuti semua orang. Bahkan, para remaja muslimah yang berkerudung, mereka rela mempertontonkan lekuk tubuh mereka menggunakan kaos lengan panjang yang “Ngepas” dengan bentuk tubuh mereka dan celana “LeJins” kemudian dibalut kerudung tipis yang berpunuk di atas kepalanya. Yang mereka katakan itu adalah suatu yang lumrah dan dibolehkan dalam Islam, naudzubillah…
Ketiga, mengenai para muslimah yang memakai jilbab atau yang menutup aurat mereka dengan sempurna. Pernah tidak mendengar muslimah yang bercadar diejek “Ninja Hatori”?. Mengatai bahwa muslimah yang berjilbab itu “kudet” alias kurang update, atau bisa dibilang kampungan, “Sok alim”, “Nggak fashionable”.
Keempat, tabarruj yang menjadi keseharian remaja-remaja gaul. Mereka sering kali mempertontonkan kecantikan mereka dengan bertabarruj. Apalagi trend “Hijabers” menjadi trend yang paling digandrungi. Menjadikan hijab sebagai ajang menarik perhatian para laki-laki di luar sana. Sampai-sampai tahun kemarin diadakannya “Miss Muslimah 2013” yang sangat menyimpang dan menyesatkan.
Jadi, apasih yang sebenarnya mereka inginkan dengan melakukan tindakan yang sangat licik. Apalagi bagi seorang muslim yang seharusnya tahu bagaimana akhlak dan aqidah mereka seharusnya ditata dengan ajaran Islam yang kaffah.
Sebenernya, adanya fenomena seperti ini terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim malah banyak yang menyimpang karena ajaran yang mereka tanamkan dalam diri itu bukanlah ajaran Islam, pedoman yang setiap saat dan setiap masa yang dijejalkan pada mereka bukanlah keyakinan Islam, aqidah islamiyah, melainkan keyakinan demokratis, pancasila, UUD’45, slogan “Bhineka Tunggal Ika” yang membuat umat muslim di negeri ini merasa karena ada sila pertama dalam pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, maka mereka bisa dan mau menerima pancasila sebagai pedoman.Melupakan Islam yang mana sebenar-benar hukum.
Coba kita bayangkan dan pikirkan, mana yang lebih layak kita yakini dan patuhi, peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau negara sedang mereka yang membuat sama-sama dari manusia yang bisa saja berbuat kesalahan dan lalai, daripada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan yang menciptakan makhluknya dengan segala yang melengkapinya, yang menjadikan kehidupan itu ada.
Jika kita berpikir, pastilah kita bisa memilih mana hukum, tata aturan, perintah, dan aqidah yang harus kita ambil untuk menuntun jalan kita untuk kembali ke jalan yang lurus, kembali pada Sang Pencipta, Allah Semesta Alam.
[Zahrotun Nissa, santriwati kelas 1 SMA, Pesantren Media]