Aku menyusuri ruang yang begitu sempit ini
Tubuhku berdesakan dengan ribuan rasa di sana
Aku bertanya pada diriku,
Dimanakah kini aku berada?
Aku terus berjalan,
Memohon agar aku bisa keluar dari sini
Aku telah sadar,
Kini aku berada dalam pusaran rindu
Rasa ini,
Membuat kelu dan ngilu di sini
Di dalam sini
Di hati ini
Tuhan,
Untuk apa Engkau hadirkan rasa ini?
Begitu menyesakkan
Mata air bercucuran dari dua mata bola ini
Kini,
Bayangannya nampak begitu jelas menari dalam kubikelku
Menari dalam puasaran rindu yang tiada hentinya
Mengapa ia harus pergi meninggalkanku?
Ia biarkan aku sendiri dalam dinginnya malam
Ia tinggalkanku dalam bayang-bayang belaian cintamu
Tuhan,
Mengapa tak Kau berikan aku kesempatan untuk yang terakhir kalinya?
Aku ingin menatap wajahnya dalam-dalam
Menyaksikan akhir hayatnya
Yang menyisakan luka dan goresan yang menyayat
Tuhan,
Mengapa tak Kau biarkan aku mengecup keningnya
Untuk yang terakhir kalinya?
Untuk terakhir kalinya…
Ibu,
Selamat jalan untuk selamanya.
Ini, memang kenyataan yang harus ku kecap rasanya
Memang begini jalan yang telah diberikan Tuhan
Semoga, engkau bahagia di sana
Ibu,
Hati ini begitu rindu
[Noviani Gendaga, Santri Angkatan ke-2, Jenjang SMA, Pesantren Media]