Liputan Khusus Diskusi Aktual Pesantren Media, Rabu, 22 Februari 2012
Rabu sore, 22 Februari 2012, Rumah Media yang biasanya ramai kini nampak sepi. Tak ada tanda-tanda akan dimulainya Diskusi Aktual Pesantren Media yang biasanya diselenggarakan pada tiap Rabu sore di tempat ini. Namun, ini bukanlah pertanda diskusi kali ini tidak diadakan. Diskusi Aktual ini akan tetap ada guna merespon dan memberikan solusi atas segala permasalahan yang muncul di tengah masyarakat. Hanya saja, untuk sementara, tempatnya memang dipindah dari Rumah Media ke kantor Media Islam Net yang berada di Komplek Laladon Permai.
Pemberitahuan tentang perubahan tempat dilakukan mendadak, kurang lebih lima menit sebelum jam 16.00 WIB. Ini terjadi karena sebelumnya memang tidak ada rencana menyelenggarakan diskusi di kantor MediaIslamNet. Sore itu, hujan turun begitu deras. Dan jika hujan deras terjadi, kantor MediaIslamNet sering kebanjiran. Perubahan mendadak ini menyebabkan diskusi yang sejatinya dijadwalkan dimulai jam 16.00 WIB molor hingga jam 16.30 WIB.
Seperti biasa, setelah peserta mendapatkan makanan ringan dan minuman, acara dimulai dengan pemaparan alasan pemilihan topik: Republik Suap Indonesia oleh pimpinan diskusi, Ustadz Umar Abdullah. Topik ini diambil mengingat akhir-akhir ini, kasus suap di Indonesia semakin marak diberitakan oleh media massa. Seolah-olah suap (dan menyuap) sudah menjadi hal yang lazim dilakukan guna mencapai apa yang diinginkan.
“Kasus suap (dan menyuap) serta korupsi yang terjadi di dalam tubuh Partai Demokrat. Partai yang sekarang berkuasa ini guncang karena ulah sebagian besar anggotanya yang diduga (bahkan ada yang sudah menjadi tersangka) melakukan beberapa tindak kejahatan termasuk di antaranya kasus suap. Dalam seminggu terakhir ini publik sempat dibuat gerah oleh kebohongan Angie (Angelina Sondakh) yang tak mengakui kepemilikan Blackberry pada saat berkomunikasi dengan Mindo Rosalina Manulang. Dia juga menyangkal ikut membagikan sejumlah uang guna memenangkan kubu Anas Urbaningrum,” demikian beberapa prolog yang disampaikan Ustadz Umar Abdullah.
Kini tibalah saatnya peserta diskusi mengajukan pertanyaan. Seperti pada diskusi sebelumnya, yang paling bersemangat untuk bertanya adalah dari kelompok anak-anak. Sebagai pimpinan diskusi, Ustadz Umar Abdullah memberi instruksi bagi peserta yang ingin bertanya agar mengacungkan tangan. Berhubung kelompok anak-anak paling bersemangat, maka mereka mendapat kesempatan pertama untuk mengajukan pertanyaan. Namun, pertanyaan yang berasal dari anak-anak banyak yang tidak jelas dan tidak fokus sehingga tak dapat diterima. Hal ini wajar karena mereka masih dalam tahap belajar menyusun pertanyaan dengan baik.
Kesempatan bertanya selanjutnya diberikan kepada Novia, santriwati Pesantren Media. Novia memanfaatkan kesempatan ini dengan mengajukan tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama tentang apa hukum melakukan suap menyuap. Pertanyaan kedua tentang bagaimana pandangan Islam dan bagaimana cara mencegahnya. Pertanyaan ketiga tentang apa dampak dari kedua negara yang sedang bentrok. Pertanyaan Novia yang ketiga masih membingungkan sehingga Ustadz Umar Abdullah menanyakan kembali tentang negara mana yang sedang bentrok itu. Dengan ragu-ragu Novia menjelaskan bahwa dua negara yang saling bentrok itu adalah Amerika dan Republik.
“Ha.. ha..ha…” Ustadz Umar Abdullah dan beberapa peserta yang lain tertawa.
Ustadz Umar Abdullah menjelaskan bahwa diskusi kali ini tidak sedang membahas hal itu. Lagi pula tidak ada negara bernama Republik yang bentrok dengan Amerika. Negara bernama Republik itu sendiri juga ‘diragukan’ keberadaannya. Oleh karena itu pimpinan diskusi menegaskan bahwa pertanyaan terakhir Novia tidak bisa diterima.
Selanjutnya Ustadz Umar Abdullah memberi kesempatan Neng Ilham, yang juga salah seorang santriwati Pesantren Media untuk bertanya. Kesempatan ini digunakannya untuk menanyakan apa maksud dari Republik Suap Indonesia. Mendengar pertanyaan Neng Ilham ini, Ustadz Umar balik bertanya kepada Neng Ilham, kenapa hal ini ditanyakan. Tapi akhirnya, sambil tertawa Ustadz Umar menerima pertanyaan ini.
Kemudian, Abdullah, salah seorang peserta dari kelompok anak-anak meminta kembali kesempatan untuk bertanya. Ustadz Umar Abdullah pun memperkenankan. Abdullah menanyakan kenapa orang Indonesia suka suap menyuap. Pertanyaan ini langsung disetujui oleh Ustadz Umar.
Selanjutnya giliran saya, Farid, yang saat ini bertugas sebagai notulen, mengajukan pertanyaan. Kesempatan ini saya pergunakan untuk menanyakan kenapa akhir-akhir ini banyak kasus suap menyuap muncul, kira-kira apa penyebab kemunculannya.
Sesi mengumpulkan pertanyaan dari para peserta diskusi telah berakhir. Kini, tiba saatnya memutar otak guna menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul.
Pertanyaan Neng Ilham tentang apa maksud dari Republik Suap Indonesia mendapat respon dari tiga orang, yakni Fathimah, Abdullah, dan Ustadz Umar Abdullah. Fathimah berpendapat bahwa ini terjadi karena kasus suap menyuap banyak diberitakan di media massa. Sedangkan Abdullah berpendapat bahwa hal ini terjadi karena kasus suap menyuap terjadi di Indonesia.Ustadz Umar membenarkan jawaban Abdullah. Kasus suap menyuap memang sering terjadi di Indonesia. Hampir di semua lini kehidupan masyarakat, kasus suap menyuap mudah dijumpai. Tak hanya dalam urusan politik saja suap menyuap terjadi, suap juga terjadi pada urusan lain semisal perijinan dan urusan tilang-menilang di jalanan. Oleh karena itu, seolah-olah negeri ini telah menjelma menjadi “Republik Suap”.
Pembahasan beralih kepada pertanyaan Abdullah tentang alasan kenapa orang Indonesia suka suap menyuap. Fathimah tergerak untuk menjawab pertanyaan ini. Fathimah berpendapat hal ini terjadi dikarenakan orang Indonesia mata duitan dan semaunya sendiri. Tak ketinggalan, Ustadz Umar Abdullah juga ikut memberikan jawaban atas pertanyaan Abdullah ini. Menurut Ustadz Umar Abdullah, ada tiga penyebab mengapa orang Indonesia suka suap menyuap. Pertama, orang-orang beranggapan bahwa inilah masanya mengejar kekayaan. Mereka menganggap akan gampang menjadi kaya jika mereka menduduki sebuah jabatan. Dari menjadi pejabat inilah dia bisa mendapat suap dari apa yang dia putuskan. Kedua, mereka menganggap bahwa jika mempunyai uang, mereka akan bahagia. Akhirnya, uang jadi tujuan hidupnya. Ketiga, mereka lupa bahwa Allah Maha Melihat.
Selanjutnya giliran pertanyaan saya tentang penyebab munculnya kasus suap menyuap ke permukaan. Ustadz Umar Abdullah menjawab bahwa munculnya kasus suap menyuap tak lepas dari peran serta media massa. Media massa-lah yang memberitakan semuanya sehingga masyarakat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Lalu ada anggapan, berarti di masa sekarang kondisi negeri ini lebih buruk dibandingkan di masa lalu. Anggapan itu belum tentu benar. Di masa lalu, negeri ini belum tentu bersih dari praktek suap menyuap. Hanya saja, di masa itu pers masih dalam kondisi di bawah kontrol dan tekanan pemerintah. Itulah mengapa masyarakat jarang mendengar adanya kasus suap menyuap.
Pertanyaan Novia tentang hukum, pandangan Islam, dan cara mencegah suap mendapat respon dari tiga orang, Fathimah, Abdullah, dan Ustadz Umar. Fathimah menjawab bahwa hukum melakukan suap menyuap adalah haram serta pandangan Islam terhadap suap menyuap adalah buruk. Ustadz Umar Abdullah menambahkan bahwa tak hanya buruk melainkan bisa merusak tatanan masyarakat. Sedangkan Abdullah menjawab bahwa kegiatan suap menyuap tidak baik karena menduduki sebuah jabatan seharunya tidak bertujuan untuk mencari uang.
Ustadz Umar Abdullahb memaparkan bagaimana cara menanggulangi praktek suap menyuap. Ada empat cara yang dikemukakan beliau, yaitu penguatan akidah, sesama muslim harus senantiasa mencegah dan mengingatkan, negara memberikan fasilitas yang cukup terhadap para pegawai, dan pemerintah harus menjelaskan bahwa sebenarnya jabatan adalah sebuah amanah.
Demikian laporan Diskusi Aktual kali ini. Semoga bermanfaat. [Farid Abdurrahman, Santri Pesantren Media]