Loading

Siapa sih orang yang tidak suka dengan jalan-jalan. Aku yakin kalian yang membaca ini pasti suka dengan jalan-jalan, atau paling tidak kalian juga pernah jalan-jalan kan. Jalan-jalan itu dapat berati luas. Bisa diartikan rekreasi, liburan, kunjungan, cuma mondar-mandir, berbelanja, keling-keliling, bokoknya banyak deh. Begitu juga diriku, aku senang jika diajak jalan-jalan, tapi terkadang tidak senang juga kalau tidak punya uang.

Ngomong-ngomong tentang jalan-jalan, aku punya cerita tentang perjalanan yang seru ni. Pokoknya wajib dibaca deh. Sebenarnya jalan-jalanku kali ini bisa dibilang rekreasi, tapi tidak sepenuhnya rekreasi, karena selain untuk rekreasi, jalan-jalan ini juga merupakan bentuk penerapan dari apa yang telah aku pelajari sebelumnya di pesantren medai. Sekitar 3 bulan sudah aku bersekolah di pesantren media ini, sudah banyak pelajaran yang aku dan kawan-kawan terima, dan sekarang adalah waktunya kami menerapkan semua ilmu yang telah diberikan itu, mulai dari fotografi, menulis perjalanan, aqidah Islamiyah, membaca fakta, wawacara, dan banyak deh ilmu yang telah kami pelajari. semua itu harus kami tuangkan dalam sebuah tulisan, dan itulah mengapa tulisan ini dapat aku buat.

Kali ini, kami semua (santri-santri pesantren medai) akan  berekreasi ke curuk luhur yang terletak di lereng gunung salak. Untuk mengetahui bagiama keseruan ceritanya, aku akan menceritakan semua nya. Dan cerita pun dimulai,

Usai sholat subuh di masjid Nurul Iman, aku dan teman-temanku lainnya (santri pesantren media), sibuk menyiapkan barang-barang  sebelum berangkat rekreasi ke curuk luhur. Baju ganti, minum, kantong kresek, HP, dan payung, semuanya sudah kupersiapkan dengan matang, dan berulang-ulang aku memeriksa lagi semua barang-barang itu agar tidak ada yang tertinggal. Semua nya benar-benar kupersiapkan dengan baik.

Jam setengah tujuh, kami semua ngumpul di pesantren media. Selain untuk makan pagi, tapi juga untuk mendengarkan pengumuman dan pengarahan dari Ustad Umar, diantaranya adalah pengumuman mengenai barang-barang yang harus dibawa, mengenai transportasi, dan yang lainnya.

Jam tujuh kurang lima belas menit, dua angkot sudah datang ke pesantren media utuk menjemput kami, dan tepat jam tujuh kami pun berangkat. jumlah peumpang yang tidak sesuai dengan ukuran angkot membuat kami semua  bersempit-sempitan, ada 12 orang penumpang  di dalam angkot yang kami naiki itu. Yaitu, aku, Musa, Kak Farid, hawari, Heri, Yusuf, Abdullah, Taqi, dan 4 orang akhwat yang taku tidak tahu namanya, di tambah lagi satu sopir. Suasana di angkot kurang nyaman karena ada penumpang akhwat juga, duduk nya berhadapan lagi. Pandangan jadi terbatas, sehingga di dalam perjalanan aku banyak menundukkan kepala.

Mobil pun berangkat ke arah pagelaran, di pertigaan pagelaran kami belok kanan, kurang lebih 300 M, kami belok kanan lagi, kemudian dari situ kami lurus terus melewati jalan raya pangkalan taman pasir, desa sukajadi. Aku tidak terlalu memperhatikan jalan lagi,aku ngantuk shingga hanya bisa tertunduk-tunduk lesu. Yang aku tahu semakin lama jalanan semakin sempit, daerah semakin sunyi, suasana pedesaan semakin terasa, dan yang paling terasa adalah suhu udaranya yang lebih dingin.

Sudah sekitar setengah jam kami melakukan perjalanan, tapi sepertinya kami belum juga sampai ke lereng gunung salak, tapi gunung salak terlihat semakin dekat dan sangat dekat, hingga tak terasa lama-kelamaan kami sudah berada di tempat yang tinggi. Gunung salak sudah tidak terlihat lagi, mungkin kami sudah berada di lerengnya, namun jalanan tetap menanjak dan berliku-liku, dan berkali-kali pula mobil angkot yang kami naiki mati, sehingga membuat aku dan para penumpang lainnya sedikit panik. Tak terasa kami sudah berada di lereng gunung salak, tadi gunung salak masih terlihat jelas di depan kami, tapi seakan gunung salak itu bergerak mendekati kami, padahal kenyataannya kami yang bergerak. Tapi gunung bergerak mungkin memang benar lo, karena dalam al-Qur’an Allah menjaskan tentang gunung yang sebenarnya bergerak, yaitu pada surah an-Naml ayat 88 yang artinya:

Dan kamu lihat gunung-gunung itu. kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai hal  jalannya awan. (begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. An-Naml : 88).

Kalau mendengar ayat tersebut, tak dapat dibayangkan betapa besar kuasa Allah ini, yang telah menciptakan gunung-gunung  yang sebenarnya bergerak seperti hal nya awan seperti yang dijelaskan pada surah diatas, padahal jika dilihat dengan mata manusia, sepertinya tidak mungkin sekali kan gunung itu bergerak, tapi itulah kuasa Allah yang tidak kita ketahui.

Dan aku juga aku sempat membayangkan betapa pentingnya keberadaan gunug di Bumi ini, bayangkan saja jika tidak ada gunung, pasti bumi ini akan goyang. Karena sesungguhnya Allah menciptakan gunung di bumi ini antara lain sebagai pasak agar bumi ini tidak goyang, seperti firman Allah dalam surah An-Naba’ ayat 7 yang artinya, dan telah kami jadikan gunung-gunung sebagai Pasak( pasak bumi). Dan dalam suarah al-Anbiya yang artinya:

Yang artinya: dan telah kami jadikan di bui ini gunung-gunung yang kokoh, supaya bumi itu tidak goncang bersama mereka  dan telah kami jadikan pula di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk

Dari dua ayat diatas, jelas sekali bahwa, Gunung itu diciptakan Allah untuk menjaga bumi agar tidak guncang.

Itu sedikit mengenai penciptaan gunung. Baiklah cerit pun berlanjut.

Aku tak menyangka ternyata perjalanan ke curuk luhur bisa membutuhkan waktu selama ini, padahal dari pesantren, gunung salak itu terlihat dekat. Namun akhirnya setelah 50 menit perjalanan, kami akhirnya sampai juga ke curuk luhur. Dari luar tempat ini tidak terlihat seperti tempat wisata, bahkan air terjunnya pun belum terlihat, aku masih bertanya-tanya  dalam hati, seperti apa ya air terjunnya, apakah seindah yang aku lihat di internet, ataukah lebih jelek. Yang pasti aku sudah tidak sabar untuk masuk dan mengambil foto air terjunnya.

Dan tibalah saatnya kami masuk ke dalam tempat wisata ini, setelah masuk, aku terkesima saat melihat ke bawah, bukan karena kagum dengan air terjunnya, tapi  aku heran sekali, karena dari atas tidak terlihat sama sekali ada air terjun yang mengalir, aku hanya melihat banyak nya kolam renang, waterslide dan waterboom seperti yang terlihat pada gambar di samping. Aku heran sekali, aku berpikir bahwa kami salah tempat, tapi jelas sekali dari luar tertulis CURUK LUHUR.

Untuk memastikan semua nya, dan agar kami semua tidak bertanya-tanya terus, akhirnya kami semua turun ke bawah dan mencoba mencari air terjun itu, dari bawah barulah terlihat air terjun yang mengalir deras, kami semua langsung menuju air terjun itu. saat dekat sengan Curuk itu, Suara kami hampir tidak terdengar karena kalah dengan suara air terjun yang ada. Tapi air terjun yang aku lihat ini, berbeda sekali dengan airu terjun yang aku lihat dari internet, di internet lebih terlihat alami dan indah, sedangkan yang aku lihat ini sudah berbeda jauh,  suasana alami nya sudah hilang. Tapi tak apalah, semua nya tetap terlihat indah.

Berdasarkan yang aku baca di sekiatar lokasi, tinggi curuk luhur ini sekitar 39 meter. Sedangkan kedalamannya mencapai 3 meter.

Oia temen –temen, ngomong mengenai air terjun, aku jadi teringat mengenai air tawar dan air asin. Kalian pernah kan mendengar berita adanya sungai di bwah laut, dan anehnya lagi air tawar itu tidak mau menyatu dengan air asin. Mungkin fenomena itu terasa aneh dan tidak masuk akal, tapi sebenarnya di dalam al-Qur’an Allah sudah menjelaskan tentang hal ini sebelumnya, jadi sebenarnya kalian tidak perlu heran jika mendengar berita demikian. Karena itu semua kan sudah dijelaskan Allah di dalam surah al-Furqan ayat 53 yang artinya

dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan dia jadikan diantara keduanya dinding dan batas yang menghalaginya.

Jelas lah, bahwa air aisn dan air tawar itu memang sudah ditakdirkan untuk tidak bercampur. Bayangakanlah jika semua air di bumi ini terasa asin, manusia pasti bingung, apa yang harus diminum. Tapi Allah telah menciptakan adanya air tawar untuk manusia dan makhluk lainnya yang membutuhkan.

Jadi jagalah dan manfaatkanlah air tawar ini sebaik-baiknya, jangan di sia-siakan. oia untuk mengettahui bagaimana kisah selanjutnya, baiklah kita lanjutkan lagi ceritanya

Aku tak mau melupakan sedikit pun kenangan ini, aku langsung memotret-motret air terjun dan sekitarnya, dan untuk memuasakan diri, kami semua(santri ikhwan) pun terjun ke telaga air terjun itu. Airnya sungguh dingin dan segar. Beberapa menit mandi di telaga itu membuat kami semua kedinginan, padahal Cuma beberapa menit, tapi sungguh dingin sekali, akhirnya kami semua pun menyudahkan mandi di telaga ini, tapi sebelum itu kami foto-foto terebih dahulu.

Meskipun kami sudah kedinginan akibat mandi di telaga itu, tapi tidak membuat kami menyudahi semua ini, kami mencoba untuk mandi di kolam renang yang ada di curuk ini. untuk yang pertama kalinya, kami mencoba ke kolam kecil yang ada waterboomnya. Wah pasti seru ni menahan terpaan air dari waterboom itu. Saat ember waterboom itu sudah mulai terisi penuh, kami semua berdiri di bawah nya dan menunggu hingga air itu tumpah. Byurrrrr, saat air itu tumpah kami semua terdorong dan terpental jatuh akibat dari dorongan air itu, tapi seru sekali rasanya, hingga berulang kali kami mengulangi nya.

Bosan bermain-main di kolam wateboom, kami pun beralih menuju kolam lainnya, satu persatu kolam renang yang ada di curuk luhur ini  kami coba. Hingga kolam yang dalam sekalipun tetap aku coba, walaupun aku belum bisa berenang, tapi aku tetap berani mencobanya, justru malah aku merasa senang, tidak ada rasa takut yang kurasakan.

Selain kolam, kami juga mencoba waterslide(sebut saja luncuran) yang ada disini, dari yang kecil, yang pendek, berliku-liku, yang pajang, taupun yang tinggi sekalipun. Yang biasa hingga yang membuat histeris dan ketakutan.

Kemudaian saat kami merasa capek dan benar-benar kedinginan, kami semua memutuskan untuk segera menyudahi semua kesenangan ini. Tapi sebelum menyudahi itu semua, kami semua telah sepakat untuk mencoba satu buah wateslide lagi yang belum kami coba sejak tadi, dan seperti nya akan lebih menyenangkan karena lebih panjang dan lebih tinggi daripada waterslide lain yang telah kami coba. Seperti biasa yang mencoba pertama adalah Yusuf, karena dia yang paling pemberani diantara kami. Setelah itu Musa dan Hawari, lalu Heri. Dan tibalah giliranku, aku ragu karena dari atas terlihat menyeramkan sekali, aplagi aku  paling takut dengan yang namanya ketinggian, tapi aku keinginan itu mendorongku untuk tetap mencobanya, dan saat aku meluncur kebawah, awalnya terasa biasa saja, namun ketika saat sudah sampai di tengah, aku serasa seperti melayang di udara, aku melesat semakin kencang,  jantungku berdebar kuat sekali,  dan reflek saja aku berteriak, hingga akhirnya aku pun mendarat di air dengan hempasan yang lumayan.  Asyik sekali meluncur dari waterslide yang memiliki panjang 30 Meter ini.

Setelah berhasil mecoba waterslide yang berukuran 30 meter itu, kami merasa ketagihan. Kami terus mencoba berkali-kali, bahkan Yusuf malah meluncur dengan posisi kepala di depan sambil tiarap. Berani sekali dia, padahal itu tidak dibolehkan dalam peraturan yang telah dibuat. Waterslide yang ini adalah yang paling seru dan menantang dibandingkan dengan yang lainnya, buktinya kami semua terus saja berulang-ulang mencobanya, hingga pada akhirnya waktu mandi pun selesai, kami semua harus ganti baju. Yaaa padahal aku masih pingin mencobanya.

Lama bermain di air membuat kedua telingaku kemsaukkan air, aku bingung cara mengeluarkannya. Aku pasrah saja, dengan berharap semoga dapat keluar sendiri, kemudian aku langsung ganti baju.

Karena kami sudah lapar, jadi Ustad Umar memutuskan untuk makan dulu, padahal baru jam 10, tapi semua nya sudah lapar. Setelah kami semua sudah kenyang, tugas kami selanjutnya adalah mengerjakan tugas yang diberikan, seperti mengamati fakta, wawancara, dan fotografi.

Kami semua berkeliling-kliling mencari objek yang bagus untuk bahan fotografi sambil mengamati keadaan sekitar. Di lain sisi aku masih merasa bingung karena air yang sejak tadi mengganggu kedua telingaku ini belum keluar juga hingga saat ini, aku semakin takut kalau air ini tidak mau keluar. Beberapa kali aku sudah menyuruh temanku untuk meniupkan telingaku, tapi tetap saja tidak bisa. Karena tidak tahu lagi caranya, maka aku biarkan saja.

Aku sudah mondar-mandir cukup lama, dan foto yang kuambil pun seperti nya sudah cukup. Aku duduk-duduk sebentar, sambil memikirkan cara mengeluarkan air yang masuk ke telingaku ini. lalu Musa memberi tahu kan suatu cara untuk mengeluarkan air ini, aku langsung memperaktekkan apa yang dikatakan Musa dengan cara memasukkan air lagi ke dalam telingaku. Ternyata cara yang diberikan Musa ini berhasil, kedua telingaku kini sudah terasa nyaman dan kembali sperti semula.

Sekarang sudah jam 11 lewat 15, Ustad Umar sudah menyuruh kami semua untuk kumpul untuk persiapan sholat Jumat.  Saat itu, aku melihat seorang remaja tangung yang sepertinya sedang menunggu dagangannya, lalu Kuhampiri dirinya, dan aku pun berbincang-bincang dengan remaja itu.

Saat kutanya, ia memperkenalkan dirinya, namanya Tauik, berumur 17 tahun.

Menurut remaja berumur 17 tahun ini, setiap hari ia datang ke curuk luhur ini untuk berjualan. Kasihan sekali  dia, karena tidak setiap hari dagangannya laku, bahkan menurutnya, seringkali ia tidak mendapatkan satupun pelanggan dalam satu hari. Tapi Taufik juga menambahkan, jika Sabtu dan Minggu pasti ada saja pelanggan, karena Curuk luhur ini hanya ramai jika pada hari Sabtu dan Minggu.

Rumah yang jauh tidak membuat taufik menyerah dengan Usaha nya, meskipun rumahnya terbilang jauh dari Curuk ini, namun setiap hari ia tetap berusaha untuk datang untuk berjualan menggunakan motornya.

wawancara pun dilanjutkan, menurut remaja berumur 17 tahun ini, sudah satu tahun ia berjualan pakaian di curuk ini, sebenarnya ia ingin sekali mencari pekerjaan lain, tapi tak ada pilihan lain, sehingga ia hanya bisa bersyukur karena masih diberi pekerjaan.

Taufik juga menceritakan suka duka saat berjualan di Curuk ini, ia terkadang merasa sedih sekali jika pengunjung sepi, karena dagangannya juga pasti tidak laku. Dan sebaliknya ia merasa senang jika pengunjung curuk ini ramai, karena dengan demikian dagangan akan laku.

Perbincangan singkat itu pun selesai, semua santri laki-laki naik ke atas untuk sholat jumat, dengan meggunakan mobil Ustad Umar, kami semua pun berangkat ke masjid. Dan disinilah insiden baru menyeramkan telah terjadi. Insiden yang membuat kami semua hanya pasrah dengan takdir ini. sebuah ketegangan yang tak diduga sebelumnya.

Kami telah menemukan masjid untuk sholat Jumat, tapi Ustad Umar bingung mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya, jalananya kecil sehingga jika diparkir di pinggir jalan dapat menggannggu pengguna jalan yang lain. Tapi ada sebuah jalan kecil menurun yang mengarah ke tempat parkir Masjid, sebelum Ustad Umar  melewari jalan itu, ia menyuruh Musa untuk keluar dan memastikan apakah jalan kecil itu layak untuk dilewati. Musa pun keluar lalu melihat jalan kecil itu, dan ia mengangguk pertanda jalan itu bisa digunakan.

Selain kecil dan menurun, untuk melewati jalan itu juga harus belok sekitar 30 derajat, sugguh belokan yang sangat tajam dan mengerikan. Dengan instruksi Musa dari luar, perlahan Ustad Umar membelokkan mobil nya dan memaksakan melewati jalan kecil itu. Sudah setengah belokkan dilewati, dan kemudian saat Ustad Umar akan memundurkan mobilnya, entah mengapa mobil itu malah melaju ke depan ke arah jalan setapak yang curam ke bawah. Melihat mobil yang kami naiki tak terkendali dan berjalan terperosok ke bawah, kami semua yang ada di mobi berteriak ketakutan, aku berulangkali mngucapkan “Astaghfirullah”. Hawari yang saat itu sedang tidur langsung terbangun dan berteriak “Allahuakbar”. Sdangkan Musa yang sedang berada didepan mobil berusaha menahan laju mobil yang tak terkendali hingga Musa terdorong terus sampai ke bawah. Mobil yang kami naiki terperosok cuku  jauh ke bawah, menabrak tanaman-tanaman yang ada di depannya, hngga tanama-tanaman itu rusak bersama tanahnya. Untungnya mobil itu pun berhenti karena Ustad Umar langsung mengerem mobil itu, bayangkan saja jika mobil itu terus saja maju hingga ke bawah, pasti nyawa yang menjadi taruhannya.

Kami belum benar-benar aman, karena mobil masih dalam posisi yang rawan, bisa saja mobil itu maju lagi. Takut mobil itu akan maju lagi, kami langsung keluar. Sedangkan Ustad Umar masih menahan rem mobil itu, karena jika rem itu dilepaskan, mobil itu pasti akan jatuh hingga ke bawah. Musa langsung mengambil batu untuk mengganjal mobil itu agar tidak terus maju. Dan barulah Ustad Umar bisa keluar dari mobilnya.

Mendengar suara mobil yang terjebak ini, hampir semua jamaah yang sedang menunggu di dalam Masjid itu keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi, mereka bertanya-bertanya, tapi aku tak tahu entah apa yang mereka ucapkan karena semua jamaah itu menggunakan bahasa sunda. Tapi yang aku tahu ada salah satu jamaah yang menyuruh agar kami tetap tenang, karena setelah usai sholat jumat nanti, mereka berjanji akan membantu mengeluarkan mobil itu. Sungguh baik sekali penduduk disini, ujarku dalam hati.

Untuk sementara mobil itu ditinggalkan, karena ada panggilan Allah yang lebih utama. Kami semua langsung berwudhu, lalu masuk ke dalam masjid. Khotib sudah mulai berbicara, tapi tak ada satupun kata yang kumengerti dari ucapan khotib itu, bagaimana tidak, khotib itu berkhotbah menggunakan bahasa sunda. Aku semakin yakin kalau daerah ini dihuni oleh orang sunda. Sholat pun dimulai, sungguh aku tidak bisa khusyuk dalam sholat jumat ini, aku teru saja memikirkan mobil itu.

Usai sholat Jumat, dengan dibantu para jamaah masjid, mereka semua bergotong royong menarik mobil itu agar keluar dari posisi rawan itu. sungguh beruntung sekali mobil itu terjebak di daerah yang penduduknya sangat mementingkan kebersamaan, terlihat sekali kepedulian mereka terhadap kami yang sedang dilanda musibah ini.

Dengan tali tambang yang sudah diikatkan ke mobil, warga sekitar pun menarik mobil itu dengan semangat gotong royong, dan tidak butuh waktu lama untuk menrik mobil itu, hanya sekitar 5 menit, mobil pun berhasil tertarik hingga kembali diatas.

Sungguh baik sekali penduduk warga itu, kami tidak tahu harus bagaimana untuk memabalas jasanya, kami semua hanya bisa berterima kasih.

Aku bersyukur sekali, karrena ternyata Allah masih memberikan kesempatan kepada kami utnuk tetap hidup di dunia ini. aku tahu Allah masih sayang kepada kami.

Kemudian, kami langsung kembali ke curuk, kembali bersama rombongan, dan kemudian langsung pulang menggunakan angkot. Dan selesai lah kisah kali ini.

[Ahmad Khairul Anam, santri tahun pertama SMA di Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini adalah sebagai tugas reportase kelas menulis kreatif Pesantren Media.

 

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *