Bagaimana aku harus memulai
Untuk mengatakan apa yang ada di kalbu
Hal yang sepele mungkin didengar
Namun sangat sulit kuungkapkan
Saat aku masih belajar menapak di tanah
Merangkak dari sudut ke sudut
Kemudian berdiri dengan bantuan dinding
Lalu kuberjalan hingga terjatuh
Tangisku mengejutkan hatimu
Sontak kau peluk aku dengan sayang
Kau bangunkan aku hingga aku mampu
Untuk kokoh berjalan arungi hidup
Beranjak, masa demi masa aku hidup
Dalam dekap kasih dan sayang
Yang tercurah dengan tulus
Dari sosok lembut hati dan tindaknya
Di lain waktu aku terlihat seperti orang bodoh
Yang tak punya hati dan perhatian
Mengabaikan masa lalu yang dulu kau lukis
Dengan pena ketulusan dan kanvas kebahagiaan
Tak peduli dengan apa yang kau rasa
Tak peduli dengan apa yang kau derita
Pahit dan gelapnya dunia
Getir dan luka yang kau alami
Seperti menerima mainan darimu dengan mengemis
Seolah itu milikku sepenuhnya
Dan kupikir wajar bila kuterima kasih sayangmu
Namun sekarang aku akan mulai sadar
Hingga aku terbangun dari mimpi kelabu
Ketika aku merasakan dukamu
Merasakan luka, tapi tak sesakit
Yang kau alami dari dulu hingga kini
Mungkin puisi ini
Yang akan mengatakannya
Bahwa apa yang ada dalam kalbuku
Adalah kata cinta yang paling dalam
Aku sangat ingin mengatakan
Bahwa aku mencintaimu
Bahwa aku sangat mencintaimu
Bahwa aku akan selalu mencintaimu
[Zahrotun Nissa, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren Media]