Tepi Danau Laut Tawar.
Tahukah anda ? di Aceh juga mempunyai danau. Di Aceh sendiri mempunyai 2 danau dan salah satunya adalah danau yang lumayan besar seperti Danau Laut Tawar, dan satu lagi yang cenderung kecil namun dalam Danau Aneuk Laot, yang terdapat di pulau Weh—Sabang.
Letaknya di Kabupaten Aceh Tengah. Persis ditengah-tengah kota Takengon. Di kota ini memiliki kenangan manis buatku karena di kota dingin inilah aku di lahirkan.
Jarak antara rumahku dengan danau ini terbilang dekat. Walaupun begitu aku jarang sekali bermain ke tempat yang eksotis itu. Oleh karenanya aku selalu merindukan untuk bertandang kembali ke kota Takengon. Salah satunya dengan cara mempostingkan artikel tentang Danau Laut Tawar ini.
Kota kelahiranku ini terkenal juga dengan kopinya. Kopi Arabica khas suku Gayo ini sangat terkenal akan citarasa dan aromanya hingga menembus level dunia bahkan menempati peringkat pertama kopitermahal di seluruh dunia.
Jadi jangan heran jika Anda melintasi dan menjelajahi Kota Wisata Takengon ini banyak para penduduk yang sebagian besar petani kopi tengan menjemur biji kopi di teras-teras rumahnya. Dan semerbak aroma khas kopi pun merasuk hingga ke rongga-rongga dada.
Keberadaan Danau Laut Tawar menjadi kebanggaan masyarakat Aceh. Ia merupakan objek wisata alam yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Danau ini menjadi sumber air yang dimanfaatkan tidak hanya oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah, namun juga oleh masyarakat di kabupaten-kabupaten lainnya.
Di danau ini juga melahirkan banyak legenda-legenda. Ada legenda Malem dewa yang ceritanya hampir mirip dengan cerita rakyat Jaka Tarub. Lalu ada legenda Gajah Putih. Dan salah satu yang terkenal adalah cerita tentang Ikan Depik. Beredar cerita tradisional masyarakat Gayo tentang ikan depik, bentuknya seperti ikan hias bertubuh ramping bersisik putih berkilau dengan ukuran sebesar jempol tangan yang hidup di Danau Laut Tawar. Ceritanya, depik berasal dari butiran nasi yang dibuang ke danau. Ia akan muncul ke permukaan pada musim tertentu, khususnya pada saat musim hujan. Sebelum musim tiba, gerombolan depik bersembunyi di selatan danau, di kaki Gunung Bur Kelieten. Depik merupakan sebuah anugerah Tuhan kepada masyarakat Gayo, meski terus-menerus dikonsumsi, ia tidak pernah habis.
Keistimewaan
Dua bukit yang mengapit danau ini, semakin memperlihatkan keindahan danau. Penyatuan perairan dan dataran memberi banyak sumber penghidupan bagi masyarakat, terutama di sekitar dataran tinggi Gayo. Sebutan laut karena luasnya seperti laut dan sebutan tawar karena airnya tidak asin. Air tawarnya menyimpan banyak flora dan fauna, salah satunya yang paling terkenal ialah ikan depik yang merupakan spesies ikan yang hanya ada di Danau Laut Tawar.
Di lokasi ini pengunjung dapat melihat masyarakat yang bercocok tanam dan memancing. Suatu aktivitas yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar danau. Komoditi unggulan yang ditanam di dataran tinggi Gayo antara lain, adalah kopi Gayo (kopi arabika) yang sangat terkenal di Jepang, kentang, markisa, tomat, cabe, jagung, dan sayur-sayuran. Hasil komoditi perkebunan yang cukup terkenal adalah jeruk keprok Gayo dan alpukat.
Lokasi
Danau yang teduh ini terletak di sebelah timur Kota Takengon, di dataran tinggi Gayo (1.250 meter di atas permukaan laut), Kecamatan Lut Tawar, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ia merupakan danau terluas di Propinsi Aceh dengan luas sekitar 5.472 Ha, panjang sekitar 17 km dan lebar 5,5 km.
Akses Menuju Lokasi
Akses menuju Takengon lebih mudah ditempuh melalui Kota Bireun. Ada sebuah terminal kecil tempat mangkal angkutan elf yang khusus ke Takengon. Lamanya perjalanan sekitar 5 jam dengan biaya kurang lebih sebesar Rp. 25.000. Selain dari Bireun, jalan alternatif menuju Takengon dapat juga ditempuh melalui Blang Kejeren dan Kutacane.
Secara letak geografis, dari Banda Aceh—ibukota Provinsi Aceh—untuk ke kota dingin Takengon perlu menempuh waktu sekitar 8 jam. 4 jam Banda Aceh-Bireuen, 4 jam lagi Bireuen-Takengon.