Ya, perjalananku dengan buku sejauh ini hanya sebatas dengan novel genre fantasy atau family dan buku ilmu pengetahuan dengan visual yang apik menurut diriku. Tentu ada niatan lain selain membaca buku-buku tersebut sehingga membuatku berulang-ulang membeli buku dengan jenis diatas jika ada kesempatan membeli buku atau berada ditoko buku.
Ketika membeli novel biasanya aku memilih genre fantasy dan family , hal paling aku sukai pada saat membaca novel adalah ketika aku memposisikan diri seolah sebagai penonton dalam sebuah film namun bedanya aku bisa lebih bebas menentukan dari mana pengambilan angel ingin kulihat layaknya seorang DOP (Director Of Photography) dalam mengolah sebuah naskah menjadi audio visual, bisa dikatakan bagiku novel sama layaknya film namun otak sebagai layar tancapnya.
Lalu kenapa genre fantasy dan family menjadi genre yang mempunyai ketertarikan tersendiri bagiku, karena dengan membaca novel fantasy aku bisa membayangkan visual-visual yang belum pernah ada dan tidak lazim didunia nyata, dan kenapa genre family? Kupikir ada beberapa cerita-cerita tentang perjalanan hidup walaupun hanya fiksi tapi pasti ada makna baik yang ingin disampaikan melalui novel tersebut, kita tidak membaca maknanya langsung dalam 1 sampai 2 kalimat namun dikemas dalam cerita panjang yang diisi dengan banyak suka dan duka inspiratif yang dituangkan oleh seorang novelis, juga genre ini banyak membantu dalam hal menyangkut dunia perfilman yang aku senangi, tentu pada saat pembuatan naskah yang detail kadang butuh referensi kata-kata agar mudah dipahami dan dibayangkan maka aku banyak mengambil kata-kata yang menunjukkan suatu gerakan dari novel (walau sebenarnya dari cara penulisan antara novel dengan naskah berbeda tapi kadang-kadang bagiku membantu sekali). Kadang juga aku sering bergumam “keren juga kalo dijadikan film” jika sudah menyelesaikan novel yang kubaca.
Beda lagi ceritanya kenapa aku lebih suka membeli buku-buku ilmu pengetahuan (tentang apasaja) yang disajikan dengan visual-visual illustrasi keren, dikarenakan dibeberapa kejadian ketika membaca buku-buku ilmu pengetahuan ada susunan kata yang membingungkan dan harus berulang-ulang dibaca, coba kalau disajikan dengan visual gambar atau illustrasi tentu sangat mudah bahkan cepat paham, namun disatu sisi memiliki kekurangan contohnya dalam tebal buku yang sama, membaca buku tidak bergambar mendapat 10 ilmu sedangkan membaca buku yang disajikan dengan visual hanya mendapat 5 ilmu karena dipenuhi dengan visual dari kata-kata penting dari buku tersebut.
Kurang lebih begitu pengalaman diriku bersama buku, target aku selanjutnya adalah bisa beratahan lama dan nyaman ketika membaca buku ilmu pengetahuan tentang agama, sains, sejarah, dll yang tidak ada visualnya. [Ukkasyah Quwwatulhaq, santri Kelas 3 SMA]