Loading

Pada hari ini adalah hari ke-7 aku hidup dengan kaki buatan ini. Setiap kali aku melihat kaki ini aku selalu merasa menyesal karena hari itu aku melanggar perintah ibu. Sehingga kakiku harus diamputasi. Sedih sekali rasanya.

Pada saat akumeminta izin kepada ibuku untuk bermain sepak bola dengan teman-temanku. Dan seperti biasanya, ibuku mengizinkanku. Tapi kali ini ditambah dengan sedikit pesan dari ibuku. Ibu berkata dengan wajah yang sedikit cemas “Udin, jangan pergi ke warnet ya dan jangan ninggalin sholat”. “Baiklah ibu” jawabku sambil berlari keluar rumah.

Pada saat aku sedah sampai di lapangan, aku melihat tidak ada orang. “Kemana semua anak-anak?” tanyaku dalam hati. Tiba-tiba Fajar menegurku dari belakang. “Lagi ngapain kamu, Din?” tanyanya. “Lagi nyariin anak-anak nih” Jawabku. “Mereka lagi di warnet, Din. Lagi main Fifa Online, game baru. Keren banget gamenya. Ini aku mau pergi ke warnet,, tadi barusan ngambil uang. Yuk kita ke warnet!” Katanya. “Tapii…” kataku terpotong. Fajar langsung menarik tanganku dan langsung berlari ke warnet karena takut kehabisan tempat untuk bermain.

“Jar, aku gak bisa pergi ke warnet” Kataku.

“Kenapa?” tanyanya.

“Karena ibuku melarangnya” jawabku.

“Tapi kan ibumu tidak melihat. Tenang aja deh aku gak bakalan kasi tau ibumu tentang ini” tegasnya.

“Bener ya?” tanyaku.

“Ya” jawabnya.

Sesampainya di warnet jam setengah tiga sore, Fajar langsung mengambil tempat untuk bermain. Sedangkan aku masih berfikir-fikir. Bila nanti aku bermain, maka selesainya sekitar jam setengah empat dan pasti bakalan lalaikan sholat. Jadi melanggar perintah ibu lagi. Tapi kalau aku tidak bermain sekarang, makan aku akan kehabisan tempat untuk bermain. Dan setelah sekian lama aku berfikir, maka aku memutuskan untuk bermain saja.

Setelah selesai bermain game, aku lupa untuk sholat dan langsung pulang ke rumah. Di tengah jalan aku ditabrak oleh sebuah truk pengangkut tanah yang dikendarai oleh seorang supir yang sedang mengantuk. Setelah ditabrak, aku koma selama 3 hari. Dan setelah aku bangun, aku menyadari bahwa kaki kiriku sudah tidak ada lagi. Semenjak itu aku menyesal dan berniat tidak akan melanggar perintah orang tua lagi.

[Rizky Yannur, santri angkatan ketiga SMA di Pesantren Media]

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *