Bogor, rabu 19 februari 2014 kami mendapat tugas dari ustadz yang mengajar di kelas menulis kreatif untuk mewawancarai seseorang di tempat yang sudah ditentukan yaitu Taman Topi. Tepat pukul 07.00 kami berangkat ke tempat lokasi.
Sesampainya di sana kami bergabung dengan kelompok masing-masing untuk melakukan wawancara. Kami terbagi atas satu kelompok dua orang agar lebih mudah untuk mewawancarai yang satu bertugas mewawancarai sedangkan yang satunya merekam dan begitu sebaliknya kami bergantian. Dan dimulailah kami mencari orang yang bersedia diwawancarai.
saya mewawancarai seorang laki-laki tua bernama Manaf. Beliau adalah seorang yang setiap harinya mencari barang rongsokan untuk dijual kembali, salah satunya kardus. Sebelumnya saya minta izin dahulu agar orangnya bersedia diwawancarai.
“Sehari saya mendapatkan penghasilan sepuluh sampai dua puluh ribu rupiah”ujarnya saat aku menanyakan penghasilan setiap harinya dari hasil penjualan kardus .
Beliau memulai pekerjaannya pada pukul 05.00 atau 06.00 pagi untuk menafkahi istri dan tiga orang anaknya.
“saya bekerja pada pukul 05.00 atau 06.00 pagi”katanya sambil memasukan kardusnya ke dalam karung.
Ketika aku bertanya “ penghasilan dari menjual kadus ini untuk membiayai diri sendri atau ada keluarga yang dinafkahi ?” jawabnya “buat menafkahi istri dan tiga orang anak saya, dan salah satu anak saya sudah ada yang lulus sekolah.”
Begitulah hasil wawancara saya dengan bapak manaf. Hikmahnya yang bisa diambil adalah kita harus bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kita. Karena di luar sana masih ada orang yang tidak seberuntung kita, untuk mendapatkan uang sepuluh ribu rupiah harus mencari dengan cara menjual kardus terlebih dahulu. [Chairunissa Bayu Parameswari, santri angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]