Minggu lalu, aku pergi ke Masjid Az-Zikra, Sentul, untuk takhosus Al-Qur’an. Alasanku adalah agar aku bisa fokus untuk tilawah dan hafalan Al-Qur’an tanpa gangguan laptop dan hp. Karena itu Umi mengantarku ke sekolah Mutiara Qur’an yang berada di pemukiman Az-Zikra. Umi juga mengajar di sana seminggu sekali.
Mutiara Qur’an adalah sekolah boarding school yang berada di bawah yayasan Mutiara Ummat juga seperti Pesantren Media. Aku bertemu Bu Eva di sana. Juga bertemu dengan teman-teman yang baru. Ada beberapa santri yang memang sudah ku kenal. Tetapi aku juga jadi mengenal lebih banyak lagi. Aku diajari Bu Eva bagaimana metode menghafal yang benar. Yaitu dengan pengulangan.
I’tikaf di Masjid Az-Zikra kali ini adalah yang pertama kali bagiku. Walau pun bukan I’tikaf yang sebenarnya karena aku juga bolak-balik keluar Masjid untuk makan sahur dan mandi. Tetapi aku benar-benar merasakan suasana senang beribadah ketika berada di Masjid.
Saat di masjid, aku bisa berlama-lama duduk sambil menghafal atau tilawah. Bahkan ketika merasa bosan saat berada di ruko tempat aku menaruh barang dan tidur, aku memikirkan untuk pergi ke masjid. Aku bahkan heran dengan diriku saat itu. Tetapi itu adalah sesuatu yang bagus.
Ketika kamis malam, aku memutuskan untuk bermalam di masjid dan tidak kembali ke ruko. Aku berencana untuk tilawah Al-Qur’an semalaman. Malam itu adalah malam ke-21 Ramadhan. Aku bahkan meminum sebotol kopi agar tidak tidur. Dan aku memang tidak tidur semalaman dan tilawah selama itu. Aku juga ikut sholat tahajjud berjama’ah. Sholat kali ini adalah sholat tahajjud terlamaku. Yaitu 8 rakaat. Ditambah dengan witir 3 rakaat dan qunut yang panjang sekali. Masya Allah. Belum pernah aku sholat sampai kakiku pegal. Aku bahkan terharu saat qunutnya.
Oh, iya. Khusus pengalamanku tahun ini, menurutku aku benar-benar beruntung. Iman sholat Shubuh pagi itu adalah Tabarak Al Laboudy. Dan Muadzinnya adalah adiknya, Yazid Tamamudin Al Laboudy. Bagi yang belum tahu, Tabarak dan Yazid adalah hafizh asal Mesir yang hafizh 30 juz ketika masih umur balita. Keduanya juga menguasai 10 rasm bacaan yang berbeda. Luar biasa, ya. Keluarganya adalah keluarga penghafal Al-Qur’an. Tabarak mengimami sholat Shubuh terpanjangku. Baru pertama kali aku melaksanakan sholat Shubuh dengan durasi selama itu. Bayangkan saja, ketika sholat berakhir, sudah masuk waktu syuruq. Dan langit di luar Masjid sudah terang. Masya Allah. Sungguh pengalaman yang sangat berharga.
Sebenarnya banyak sekali yang ingin kutulis untuk kuceritakan di tulisan ini. Tapi aku tidak tahu harus memulai atau melanjutkan atau menceritakan bagian yang mana. Karena pengalaman yang kurasakan sungguh tak bisa kulupakan dan beberapa adalah hal yang tidak bisa kuceritakan. Karena itu, aku hanya akan mengingatnya dalam diari pribadiku.
Aku tidak membawa hp saat I’tikaf. Karena itu tidak ada foto yang bisa disertakan.
[Fathimah NJL, Kelas 2 SMA, Pesantren Media]