Loading

 

Breaking Dawn Part 2 pun kalah pamor dengan serial Omar yang begitu memikat santri-santri Pesantren Media dan penduduk Laladon Permai

Dalam rangka menyambut tahun baru Hijriyah 1434, Pesantren Media mengadakan pemutaran serial Omar. Acara ini dibuka untuk umum, dengan tempat pemutaran di lapangan Komplek Laladon Permai. Namun karena kota Bogor sudah mulai memasuki musim hujan, lapangan pun menjadi tempat yang tidak nyaman untuk digunakan menonton bersama sehingga jika hujan turun pada sore hari atau hingga malam, maka pemutaran serial Omar diadakan di Masjid Nurul Iman. Bahkan, saking seringnya hujan turun –hampir setiap hari- maka serial tersebut pun lebih sering diputar di masjid.

Serial Omar sendiri sebenarnya pernah ditayangkan oleh MNC TV. Film serial yang disutradarai oleh Hatem Ali tersebut diputar oleh berbagai stasiun TV di seluruh dunia sepanjang bulan Ramadhan 1433 H kemarin. Serial ini sempat menuai kontroversi karena di dalamnya ditampilkan sosok keempat Khulafah Ar-Rasyidin dan beberapa sahabat nabi, sehingga banyak pihak yang menentangnya. Namun, film serial hasil kerjasama MBC Group asal Dubai dan Qatar Television itu tetap mengudara selama bulan Ramadhan kemarin, seperti yang telah dijadwalkan.

Pemutaran serial Omar di Masjid Nurul Iman Laladon Permai pun menyimpan beragam kesan dan cerita di kepala kami, santri-santri Pesantren Media. Seperti akhwat yang selalu ribut dengan bau asap rokok, histeris saat ada kecoa nyasar, rasa bandrek jahe yang selalu berubah rasa setiap malam, Taqi yang mengamuk saat dikatakan bahwa dia pantas memerankan tokoh Hindun, dan masih banyak lagi cerita berkesan yang mengisi setiap malam kami menonton.

Pada awal pemutaran, beberapa dari kami sudah memasang wajah mengantuk karena sejujurnya kami tidak tertarik. Bahkan ada yang sengaja berpura-pura sakit agar terbebas dari serial tersebut setidaknya 2 episode –setiap malam 2 episode-. Setidaknya menurut penulis, hal ini dirasa karena banyak kejadian di awal film yang penulis sudah tahu ceritanya, dan sudah berulang-ulang penulis baca dan tonton dari film-film sebelumnya. Tentunya hal ini masih anggapan dan dugaan awal saja, namun ternyata semakin lama, serial ini terasa semakin mengasyikkan.

Serial ini ternyata lebih detil dari film-film tentang sejarah masa awal Islam seperti The Message dan Ar-Risalah. Dialognya pun lebih sesuai dengan ucapan-ucapan sungguhannya yang tertulis di sejarah. Dialog yang sangat cerdas. Penulis sampai tidak menyangka, karena selama ini buku-buku yang pernah dibaca oleh penulis tidak cukup jelas menuliskan dialog-dialog secara cerdas dan umpan balik yang berupa ucapan, mimik dan tindakan yang ada menjadi seolah terkaburkan. Namun dialog yang dipakai dalam film tersebut mampu merekonstruksi missing link yang ada di kepala penulis tentang percakapan-percakapan 1400 silam, tanpa merubah fakta sejarah yang ada.

Serial ini juga menampilkan wajah kota-kota bersejarah 1400 tahun dengan sangat apik. Replika kota Mekkah yang mengambil lokasi di Maroko tersebut dapat memberi kesan bahwa itu memang kota Mekkah dimana Rasul pertama kali mendakwahkan risalah kerasulan. Belum lagi tempat-tempat lain seperti Madinah, Damaskus, Alexandria, sampai Ethiopia digambarkan dengan serius. Memang ada beberapa kekurangan tentang penggambaran kedetilan tempat-tempat tersebut, namun hal ini sudah cukup untuk menjelaskan sejarah-sejarah keislaman yang pernah terjadi di tempat-tempat tersebut.

Film serial ini memang digarap dengan serius. Semua pernik-pernik di masa Rasulullah dibuat ulang dan ditiru semirip mungkin. Pencarian tokoh yang pas pun dilakukan dengan selektif dan memakan waktu yang cukup lama.

Pembelajaran melalui film pun menjadi lebih menarik dan ditunggu-tunggu. Serial ini bahkan dengan sukses mengaduk-aduk perasaan kami, terutama penulis. Saya sempat beberapa kali meneteskan air mata saat menonton serial ini. Adegan saat Rasulullah SAW wafat, adegan saat banyak sahabat Nabi yang meninggal di perang Yamamah, sukses membuat airmata saya menetes jatuh. Perasaan haru, tegang, bahagia, sedih, mendomonasi perasaan kami saat serial-serial epik drama tersebut diputar setiap malam –kecuali malam Jum’at.

Overall, serial ini sangat dianjurkan ditonton oleh seluruh ummat Islam dari berbagai kalangan, agar ummat Islam bisa tahu bagaimana sejarah gemilang Islam dalam mendominasi peradaban dunia.

[Hawari, @hawari88, santri kelas pertama jenjang SMA di Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini adalah sebagai tugas menulis reportase kelas menulis kreatif.

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *