Melihat indahnya pemandangan, ditemani alunan music dari ujung headset membuatku tak henti-hentinya tersenyum menahan rasa senang di hatiku. Aku sangat merindukan momen-momen seperti ini. Momen dimana aku bisa berkumpul dengan teman-temanku yang sudah kuanggap saudara seperjuanganku. Aku tahu, saat aku menatap wajah teman-temanku satu-persatu, tampak raut wajah senang dan tidak sabar terukir jelas saat itu.
Senda gurau dan canda tawa diantara kami membuat perjalanan kami menjadi terasa cepat dan seru.
Perjalanan pertama kami saat itu yakni, pergi menuju Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai yang kapan saja bisa mengancam Jakarta. Jika hujan turun dengan deras, air yang mengalir dari sungai tersebut mengalir menuju Jakarta dan menyebabkan Jakarta menjadi banjir.
Tapi untungnya, saat kami tengah datang kesana, sungai dalam keadaan tenang dan tidak terlalu banyak sampah. Belum lagi dengan jembatan yang berada di tengah sungai itu, tampak di jembatan tersebut, kendaraan motor dan mobil tengah berlalu lalang disana.
Oh iya, tidak hanya Sungai Ciliwung saja yang kami tuju saat itu, masih ada beberapa tempat menarik yang masih belum kami tuju saat itu yakni, tembok panjat tebing dan lapangan sempur.
Tembok panjat tebing adalah tembok pelatihan bagi mereka yang suka dengan naik gunung. Tanpa berlatih terlebih dahulu di tembok tersebut, mereka tidak mungkin bisa memanjat tebing yang ada di gunung yang mereka tuju. Lagipula, panjat tebing di gunung itu lebih extream dan menantang, dibanding berlatih di tembok panjat tebing biasa. Beda lagi dengan Lapangan Sempur, Lapangan Sempur adalah salah satu kawasan yang menjadi tempat penampungan air banjir. Jadi, jika sungai ciliwung tengah meluap, lapangan tersebut akan berubah menjadi sebuah waduk yang penuh dengan air hujan.
Lapangan Sempur juga biasa digunakan untuk tempat berolahraga bagi warga dan anak sekolah yang tengah berada disana.
Tapi sayang, kami tidak lama berada disana, karena kami hanya diberi waktu 20 menit oleh Ustad Umar.
Perjalanan selajutnya yakni Bendungan Katulampa. Bendungan Katulampa adalah salah satu bendungan yang airnya itu mengalir dari beberapa sungai yang ada di Bogor, dan jika hujan deras, air itu akan mengalir menuju Jakarta dan menyebabkan Jakarta kembali banjir.
Selain itu, Bendungan Katulampa sendiri tidak bisa lepas dari yang namanya sorotan media. Karena, pusat dari awal banjir Jakarta adalah, air yang dikirimkan dari Bendungan Katulampa menuju Jakarta.
Jadi, kita tidak akan asing lagi jika Jakarta Banjir akibat air kiriman dari Bendungan Katulampa.
Galeri Fotoku
Puncak, 12-12-2012
Yang namanya puncak, pasti kalian tidak akan asing lagi mendengar kata itu. Apalagi, mengunjungi tempatnya.
Yupz, tepat di hari ini, aku dan teman-temanku pergi menju puncak setelah kami menghampiri 2 tempat tujuan yaitu Sungai Ciliwung dan Bendungan Katulampa. Tujuan kami ke puncakpun, karena kami ingin mendatangi saah satu masjid yang ada disana, yakni Masjid Ata’Awun.
Masjid Ata-Awun adalah salah satu masjid yang berdiri di tengah bukit yang ada di puncak. Jadi, wajar saja jika pemandangan yang ada di sekeliling masjid tersebut bagus dan indah dan pantas untuk dijadikan objek foto. Belum lagi dengan kabut yang menambah dingin suasana di sana membuatku betah dan tidak ingin pulang.
Selain itu, ada juga hal-hal menarik lainnya yang ada disana. Dimulai dari air yang dingin, masjid yang besar, air terjun yang deras, tangga yang tinggi dan halaman masjid yang luas. Pokoknya masih banyak lagi yang tidak bisa aku sebutkan secara satu-persatu. Jadi, bagi kalian yang penasaran, lebih baik kalian kesana saja untuk memastika kebenaran itu.
*
Sobat, pasti kalian tahukan apa itu jagung Bakar. Jagung Bakar adalah salah satu makanan yang selalu tersedia di puncak dan terfavorit disana. Meskipun harganya mahal, tapi banyak para pendatang dari beberapa wilayah disana berbondong-bondong membeli jagung bakar. Bahkan, sampai ada juga yang bilang kalau pergi ke puncak tanpa memakan dan membeli jagung bakar itu tidak afdhol.
Maka dari itu, sebelum kami pulang dan kembali ke Bogor. Terlebih dahulu kami membeli jagung bakar yang tersedia disana. Dan jagung bakar yang paling banyak dipesan adalah jagung bakar pedas manis. Selama kami menunggu jagung bakar matang, kami dikejutkan dengan asap yang keluar dari mulut kami. Bahkan, salah satu dari teman kami tampak senang sekali bisa mengeluarkan asap dari mulutnya. Dan itupun ia lakukan selama beruang-ulang kali sampai teman-teman yang lain tertawa melihat kelucuannya itu.
Selain itu, ada juga kelucuan lain saat kami berada disana yakni saat kami ingin pergi ke tempat penjualan tas. Karena kebetulan kami pergi kesana terburu-buru, salah satu dari teman kami memberikan aba-aba lucu kepada kami, dan aba-aba itu tidak hentinya membuat kami tertawa sampai kami tiba di tempat penjualan tas.
Tapi sayang, belum lama kami melihat tas-tas bagus disana, salah satu dari teman satu mobil kami menyusul kami dan meminta kami untuk segera masuk mobil. Dengan cepat, aku dan teman-temanku langsung pergi meninggalkan tempat penjualan itu dan masuk ke dalam mobil yang sudah dalam keadaan di panaskan.
Barulah setelah itu, Ustad Umar langsung memeriksa santri-santrinya dan menjalankan mobilnya. Baru sampai di tempat keluar parkir, seluruh santri yang satu mobil dengan Ustad Umar merasa senang karena kami tidak langsung pulang, melainkan kami akan diajak terlebih dahulu ke Puncak PASS yang ada di kota Cianjur. Awalnya, aku mengira Puncak PASS itu adalah sebuah bukit tinggi yang banyak pemandangan indah dan kebun tehnya. Tapi ternyata, saat kami sudah masuk ke kota Cianjur dan sampai di Puncak PASS, kami hanya sekedar melewatinya saja. Bahkan, ada temanku yang bilang kalau kami hanya beberapa detik berada di kota Cianjur setelah itu keluar lagi menuju Bogor. [Novia Handayani, santriwati angkatan ke-1, jenjang SMA, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini sebagai tugas menulis feature di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media