Seperti yang sudah kita tahu, setiap tanggal 14 Februari remaja di seluruh dunia diarahkan untuk merayakan Valentine Day atau yang mereka sebut Hari Kasih Sayang, tidak mengenal apa agama atau kepercayaan yang dianut. Permasalahan yang satu ini memang sudah menjadi “mainstream” di kalangan remaja, bahkan orang dewasa pun ikut-ikutan merayakan dan mengajakan pada anak-anaknya untuk itu. Dan ketika ada tang sadar bahwa itu dilarang dalam Islam, ada pula yang generasi baru yang bermunculan dan menerima dengan tangan terbuka. Menganggap itu hal sepele yang tak perlu dipermasalahkan.
Cinta adalah karunia dari Allah yang harus dikelola dengan baik oleh manusia yang menerima dan merasakan. Sudah wajar bila manusia merasakan cinta, baik pada Allah, orang tua, saudara, ataupun lawan jenis. Namun yang terakhir inilah yang menjadi sorotan pembahasan yang tidak ada henti-hentinya dalam setiap kajian dimanapun. Karena memang rasa cinta pada lawan jenis, apalagi pada yang bukan mahram akan membawa kita ke lubang kegelapan dan jauh dari rahmat Allah bila kita bertindak sebagaimana orang jahiliyah melampiaskan gharizah na’u ini.
Kembali pada pembahasan kita yaitu V’Day, yang sudah identik dengan adat saling tukar kado, cokelat, bunga sebagai ungkapan cinta, atau sekadar ‘greeting card’ menjadikan pemikian para remaja semakin hedonis. Bagaimana tidak, semua itu pasti didapat dengan mengeluarkan uang yang tentu tidak sedikit. Dan itu jelas merugikan si pemilik cinta, dan menguntungkan pengusaha yang meraup keuntungan dari usaha berlandas syahwat.
Dan berdasar sejarah, sebelum dunia mengenal istilah V’Day ini bangsa Romawi mengenal perayaan “Festival Lupercalia” yang mana merupakan rangkaian hari raya yang dipersembahkan untuk Lupercus, dewa kesehatan dan kesuburan serta Juno Februa dewi pernikahan dan kesuburan. Peringatannya sendiri diadakan setiap tanggal 13-15 Februari. Yang mana kita tahu bahwa Romawi menjadi poros peradaban barat dalam gaya hidup yang mementingkan kepuasan badaniah (money,drink, and seks).
Lupercus sendiri digambarkan seperti lelaki yang lekaki dan berkepala kambing yang setara dengan Pan dalam mitologi Yunani. Dalam tradisi para pemuja iluminati, Pan menjelma menjadi Baphomet yang menjadi perlambangan regeneratif antara lelaki dan wanita yang juga lambang seks.
Dulunya V’Day adalah sebuah peaaanang penuh dengan nafsu dan sahwat, Mengapa?
Kita simak beikut ini.
Dimulai dengan sebuah kegiatan yang mana di sana para lelaki diminta untuk maju memilih kertas yang berisi nama-nama wanita perawan secara acak. Dan siapa yang terpilih akan menjadi rekan untuk melakukan hubungan terlarang sepanjang malam yang nantinya berlanjut ke tahun berikutnya.
Dan semua itu berlanjut berabad-abad lamanya hingga muncullah penempatan tanggal 14 Februari sebagai hari kasih sayang untuk memperingati upaya St.Valentino dalam pengorbanan cinta yang ia lakukan hingga menjadi seorang martir pada tanggal itu. Namun anehnya Gereja Paus Paul VI tiba-tiba menghapuskan perayaan ini dalam kalender pada tahun 1969.
Dan faktanya, walaupun itu sudah dihapus dalam kalender, kaum nasrani dan yahudi tetap saja merayakannya dan parahnya mereka mengajak kita sebagai umat muslim untuk mengikuti ajaran mereka. Dengan dalih pengungkapan kasih sayang pada orang yang kita kasihi dan sebagainya.
Tidak hanya itu, buktinya praktek seks bebas memiliki presentase yang melonjak tinggi setiap kali ada perayaan V’Day ini.
Di Indonesia misalna, 26,4% dari 413 orang ang disurvey mengaku suka meaakan V’Day bersama pacar atau gebetannya dengan hang-out, m2m (makan-makan) ciuman lalu nge-seks, Astaghfiullah…
Bukan cuma itu, penjualan kondom di seluruh dunia juga meningkat seminggu sebelum dan sesudah tanggal 14 Februari itu.
Di Inggris, tanggal 14 Februari dijadikan “The National Impotence Day”, yaitu himbauan agar remaja tidak melakukan seks pada minggu-minggu tersebut. Tapi cara ini tidak efektif. JELAS, bila hanya dalam minggu-minggu Valentine day saja yang dilarang, maka minggu-minggu sebelum atau setelahnya mereka akan melakukan itu.
Sedangkan di AS, tanggal 14 Februari dijadikan “The National Condom Week”, yang mana semua orang wajib memakai kondom untuk menghindari kehamilan pada wanita, karena mereka tahu bahwa V’Day seks. Naudzubillah…
Lalu, bagaimana pandangan Islam mengenai ini? dan bagaimana solusinya?
Baginda Nabi SAW telah melarang, dalam sebuah hadits ” Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ” (HR. At-Tirmidzi).
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ” Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM “.
Karena memberikan ucapan selamat tandanya mendukung mereka-mereka yang menyekutukan Allah Swt. Bahkan perbuatan ini lebih besar dosanya di sisi Allah Swt dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.
Jadi, kesimpulannya jika kita mengaku jiwa, raga, dan ruh kita seorang muslim maka jauhilah dan tinggalkan hal-hal seperti merayakan hari raya non-Islam, perbuatan-perbuatan yang menyekutukan Allah Swt, dan meniru kebiasaan hidup glamor peradaban barat.
Adakalanya barat memang bisa menjadi acuan dalam segi IPTEK, namun aqidah yang teguh haus menjadi landasan utama bertindak bagi seorang muslim.
Dan jika kita pernah mendengar kata ”cinta sejati”, maka itulah cinta yang harus dipersembahkan ‘Hanya’ untuk Allah Swt Sang Maha Mencintai, Maha Mengasihi. Apalagi rahmat Allah itu tidak hanya orang-orang yang bertaqwa, namun bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Jika masih ada saja orang yang rela membuang uangnya untuk membeli kado untuk diberikan pada sang kekasih, ‘gebetan’ atau untuk keluarga sekalipun. Rela dianggap ‘murahan’ karena mau dilecehkan oleh lawan jenisnya, berarti aqidah mereka patut dipertanyakan. Sudah sangat jelas bahwa Islam itu mengajarkan kita untuk selalu mengasihi saudara kita setiap waktu, tidak hanya pada Valentine saja. Bila mereka menganggap hari kasih sayang hanya pada tanggal 14 Februari saja, berarti selama hidup ini, hari-hari anda dipenuhi dengan kebencian dan kekecewaan pada saudara?
Sumber : http://mymoen.wordpress.com/2010/02/12/sejarah-valentine-day-dan-hukum-merayakannya-dalam-islam/ , gaulislam edisi 329 “Say with Love…”
[Zahrotun Nissa, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren Media]