Ketika sedih, cobalah kita tanamkan dalam hati bahwa kita tak sendiri merasakan kesedihan ini. Masih banyak sekali orang yang merasakannya, malah mungkin lebih menderitanya dari kita. Yakinlah bahwa kita bukan satu-satunya yang tertimpa musibah.
Sesekali tengoklah ke rumah sakit atau paling tidak membayangkan banyak orang yang terbaring sakit tak berdaya, tak bisa beaktivitas sebagaimana kita bisa, sudah tidak bisa merasakan enaknya hidup, sudah tak peduli penilaian orang terhadapnya, sudah pasrah dengan penyakit yang tak kunjung sembuh.
Atau kita bayangkan kehidupan orang-orang di kolong jembatan atau di tempat-tempat kumuh. Kedinginan saat hujan, untuk makan susah, banyak yang putus sekolah dan mereka harus pindah tempat tinggal saat digusur atau banjir.
Kalau kita membandingkan dengan mereka siapakah yang lebih menderita? Kalaupun ya, misalnya kehidupan ekonomi kita susah, apa yang mau dilakukan? Orang-orang kayapun sama seperti kita, tidak menjamin mereka hidup bahagia. Apalagi masalah orang-orang kaya biasanya lebih berat dibandingkan dengan orang-orang yang tak mampu. Misalnya saja, punya hutang, kalau orang-orang yang tak mampu paling hutangnya 10 ribu sampai 20 ribu sedangkan mereka bisa mencapai milyaran bahkan triliunan.
Apapun musibah yang menimpa kita, hadapi dengan penuh kesabaran dan jika mendapat nikmat jangan lupa bersyukur. Karena semua itu adalah pemberian dari Allah SWT. Dan musibah yang datang pada kita karena Allah tahu kita mampu menghadapinya dan menyelesaikannya. Hambar bukan kalau hidup tanpa ujian?
Kalau kita mau sedikit saja membuka mata kita, musibah yang menimpa kita akan membuat kita lebih kuat dalam menghadapi hidup. Tentu Allah berikan ujian itu untuk mengetahui seberapa dalam iman kita kepadaNya. Jika kita bersabar dalam menghadapinya maka Allah akan meninggikan derajat kita.
[Neng Ilham Raudhatul Jannah, santriwati Pesantren Media, angkatan 1 tingkat SMA]