Badai Pasti Berlalu
By: Ilham Raudhatul Jannah
SINOPSIS
Izza, seorang wanita yang sekarang sedang bekerja sebagai guru disebuah Taman Kanak-kanak (TK). Izza bekerja untuk membiayai hidup dan juga untuk adik serta neneknya. Izza tinggal di rumah neneknya sejak masih kecil, karena kedua orangtuanya yang sekarang entah dimana keberadaannya, meninggalkan Izza dan adik kandung satu-satunya Yusuf, yang sekarang sudah kelas 6 SD.
Izza juga memiliki sahabat karib sejak kecil, namanya Balqis. Balqis juga bernasib sama dengan Izza. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya bekerja sebagai TKW di Hongkong. Sekarang Balqis bekerja di Bandung. Mereka bersahabat dengan baik dari kecil hingga kini. Mereka saling berhubungan walaupun dengan jarak yang sangat jauh karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Izza memiliki seseorang yang spesial bagi dirinya. Seorang ikhwan yang di mata Izza memiliki akhlak yang sholeh, pintar, luas ilmu agamanya, murah senyum dan hal-hal unik lainnya. Namanya Arif. Banyak perempuan yang menyukainya. Termasuk Izza sendiri. Arif pernah bilang ingin menta’arufi Izza, tapi Izza harus mencari uang untuk membiayai sekolah adiknya dulu selama beberapa tahun.
Tapi sayang, Arif yang sudah lama menunggu kepastian dari Izza, memilih untuk mudur dan sekarang menikahi teman sepengajiannya Izza. Dan sekarang Izza merasa sakit untuk menerima kenyataan itu.
Written by Amilah
- GEDUNG PERNIKAHAN DIAN DAN ARIF – DAY
Suasana acara pernikahan dan para tamu undangan
CUT TO:
- PANGGUNG PELAMINAN – DAY
(Izza, Dian, Arif)
IZZA
(nanar sambil menyalami Dian)
Selamat ya ukhti Dian, akhi Arif, semoga bahagia.
DIAN
(memeluk)
Iya terima kasih ukhti
IZZA (VO)
(membatin pilu)
Ya Allah, kenapa jadi seperti ini? Sakit sekali hatiku.
IZZA
Aku turut bahagia ya ukhti.
Terasa sesak mengatakan hal yang tidak sesuai keinginan Izza. Sambil melihat Arif sekilas dan mata Arif pun melihat ke Izza. Cepat-cepat Izza mengalihkan pandangannya.
DIAN
(tersenyum)
Ukhti silahkan menikmati makanan seadanya.
Melihat suaminya diam, Dian mencubit pinggang Arif.
DIAN
Eh jangan diam saja dong, persilahkan makan kek, ke teman sendiri juga.
IZZA (VO)
(membatin)
Ya Allah lengkap sudah. Kenapa sih harus di hadapanku. Sakit sekali.
Tidak tahan lagi, Izza menangis di hadapan Dian dan Arif.
DIAN
(kaget)
Ukhti menangis? Kenapa?
Arif juga memperhatikan Izza menangis. Izza tahu Arif pasti juga merasakan apa yang Izza rasakan, keterlaluan kalau Arif tidak bisa menebaknya. Arif yang dari tadi diam saja wajar, karena takut tambah melukai perasaan Izza.
IZZA
Nggak, aku nggak apa-apa. Aku menangis karena aku bahagia melihatmu menikah dengan orang yang subhanallah, cocok buat kamu
Dengan penyesalan Izza mengatakan hal itu. Tidak sanggup melihat mereka duduk berduaan, bercanda di depannya.
IZZA
(terbata-bata)
Ma-maaf ukhti, sepertinya aku harus pergi, aku mau jemput sahabatku di stasiun.
Tanpa basa-basi, Izza langsung pergi meninggalkan Dian dan Arif. Berjalan keluar sambil menangis. Orang-orang menatap Izza.
- PINGGIR JALAN – DAY
(Izza)
Tiba-iba handphone Izza berdering. Ia yakin itu pasti telfon dari Balqis. Balqis akan pulang untuk liburan.
- STASIUN KERETA – DAY
INTERCUT:
BALQIS
(marah)
Hallo, Assalamu’alaikum… Za, kamu di mana sih?! Sejam ini aku tunggu. Mau jemput nggak? Kalau nggak aku mau pulang sendiri ini.
IZZA
(terbata-bata)
Wa wa wa’alaikumussalam…
BALQIS
(khawatir)
Za, kamu kenapa? Kamu nangis?
Izza menangis terisak-isak. Balqis bisa menebak kenapa Izza menangis.
BALQIS
(tegas)
Kamu datang ke pesta pernikahan Arif, Za?! Iya Za? Buat apa sih? Aku kan sudah bilang jangan datang. Jangan datang. Kamu menyakiti dirimu sendiri. Sekarang kamu di mana? Biar aku saja yang ke sana. Sms alamatnya!
Balqis menutup telfon. Dan bersegera mencari Izza.
- PINGGIR JALAN – DAY
(camera follow) Balqis berlari ke arah Izza.
BALQIS
(berteriak)
Zaaa!
IZZA
(menangis)
Balqis! hiks..hiks..hiks
BALQIS
(memeluk)
Kamu datang, iya Za? Kenapa kamu lakukan?
Balqis mengusap air mata Izza. Balqis pun ikut menangis.
IZZA
(terisak)
Hiks..hiks..hiks.. ma.. maa.. maaf Qis. Aku… aku…
Izza memeluk erat Balqis.
BALQIS
(menangis)
Sabar ya Za, aku yakin Allah sedang merencanakan yang terbaik buat kamu. Aku merasakan apa yang kamu rasakan Za.
IZZA
(setengah berteriak)
Aku sakit Qis!
Balqis mencoba menenangkan Izza.
BALQIS
Istighfar Za, aku tahu.
IZZA
(menangis)
Qis, kenapa sih jadi seperti ini. Kenapa aku harus mengalami ini Qis? Kalau akhirnya dia menikah dengan orang lain, kenapa dulu seolah-olah dia memberikan aku harapan. Kenapa aku mesti dipertemukan denagn dia Qis. Hiks..hiks..hiks..
BALQIS
Za, kamu nggak boleh ngomong seperti itu. Itu ujian dari Allah buat kamu Za. Walaupun sakit tapi kamu juga harus bersyukur Za, karena kamudiberi kesempatan untuk bisa merasakan cinta dan suka pada laki-laki. Bukankah selama ini kamu belum pernah merasakannya? Iya kan? Za, ingat waktu SMA dulu kamu pernah bilang kan sama aku, kalau kita tidak boleh mencintai manusia melebihi kita mencintai Allah. Ingat kan? Kenapa kamu kayak gini…
Izza mengiyakan kata-kata Balqis tadi dalam hati. Balqis mengusap tangan Izza.
BALQIS
(menangis)
Istighfar Za, Istighfar. Jangan seperti ini ukhti…
IZZA
Astaghfirullahal’adzim… Ya Allah ampuni aku.
BALQIS
Ayo kita pulang.
Sambil berjalan kecil, Izza merenungi perbuatannya.
IZZA
Maafin aku ya Qis, kamu lama tunggu aku di stasiun. Dan aku nggak jemput kamu, malahkamu yang menjemput aku ke sini.
BALQIS
(tersenyum)
Nggak apa-apa. Nggak perlu minta maaf segala. Aku ngerti kok.
IZZA
(gumam)
Terima kasih ya Qis, aku nggak tahu kalau misalnya nggak ada kamu.
- HALAMAN RUMAH IZZA – NIGHT
Tampak Izza sedang tiduran di atas panggung beranda rumahnya.
Izza sedang asyik melamun, tiba-tiba Balqis sms.
SPLIT SCREEN:
BALQIS
ASsalaMu’ALaiKuM? Za Km dmNa?
IZZA
Wa’alaikumussalam… biasa di beranda rumah, lagi tiduran liatin langit malam, hehehe. Ke sini ya?
INSERT:
Balqis siap-siap pergi menuju rumah Izza.
CUT TO:
BALQIS
(mengagetkan)
Wey! Jangan bengong mulu ah! jangan inget-inget terus Za.
IZZA
Iya, nggak bakalan mengingat-ingatnya lagi. Lagian dia bukan mahromku, haram hukumnya membayangkan wajah laki-laki yang bukan mahrom. Apalagi dia sudah menjadi suami orang.
Balqis menepuk-nepuk pundak Izza.
BALQIS
(penuh bangga)
Wuih… mantap! Alhamdulillah, baguslah kalua begitu. Aku bangga sama kamu Izza. Kamu harus jadi wanita yang tegar ya Za. Kita sama-sama berjuang ya?
IZZA
(memukul)
Iiih apaan sih! Lebay.
BALQIS
(memonyongkan bibir)
Yeee kok lebay sih, huuuh dasar!
IZZA
(penuh semagat)
Qis, pokoknya aku mau kerja keras buat masa depan adikku. Aku ingin setelah adikku lulus SD, dia sekolah ke pesantren Qis. Aku ingin dia luas ilmu pengetahuan agamanya. Semoga dia bisa membimbing kakaknya ya Qis? Dia harapanku Qis.
BALQIS
(mata berkaca-kaca)
Aamiiin… Za biarkan semuanya berjalan apa adanya ya Za? Lupakan yang sekarang melukai hatimu. Jadikan itu masa lalumu. Kita masih punya masa depan. Ok Za?
IZZA
Ah udah ah, jangan bahas itu lagi, aku nggak apa-apa Qis. Aku lagi bersemangat merencanakan masa depan adikku ini.
Izza berusaha meyakinkan Balqis, meski luka itu masih jelas nempel di hati Izza.
BALQIS
(menarik tangan Izza ke atas)
Ayo kita sama-sama taklukan dunia Za! Chayo! Hahahahaha..hahahaha…
Izza oun ikut tertawa melihat Balqis tertawa.
IZZA
(heran)
Eh Qis, emangnya kamu ngetawain apa ya?
BALQIS
(nyegir)
Nggak tahu aku juga. Ngetawain apa ya?
Balqis mencubit pipi Izza.
BALQIS
(memelas)
Za, kamu ikut aku saja deh ke Bandung ya? Kamu kerja di tempatku saja. Kita sama-sama berjuang Za. Dan supaya kita sama-sama terus.
IZZA
Tapi nenek dan adikku bagaimana Qis?
BALQIS
Izza, aku yakin nenek dan Yusuf akan baik-baik saja. Lagipula Yusuf kan sudah besar Za, jangan berlebihan seperti itu mengkhawatirkannya. Kamu harus bisa ngasih kepercayaan kepadanya. Yusuf itu anak baik Za. Lagian banyak orang yang menyayanginya dan membimbingnya. Kalau masalah nenek, kan masih ada bibi dan pamanmu.
IZZA
Ok deh! Jadi ceritanya aku berhenti ini jadi guru TK?
BALQIS
Yup!
Balqis melihat Izza dari atas sampai bawah.
BALQIS
Ngomong-ngomong, tumben kamu Za pakai kerudung warna merah. Biasanya anti banget kamu Za. Wuiih ternyata merah semua.
IZZA
(mengerlingkan mata)
Iiih apaan sih kamu Qis, nggak nyambung, tapi cantikkan?
BALQIS
Idih geniit! Kayak gini dong Za, terlihat banget anggunnya. Jangan kerudungnya putih semua. Harus ada variasinya. Supaya berwarna.
Izza dibuatnya tersipu malu.
IZZA, BALQIS
Hahahahaha…hahahahahah..
EST:
IZZA (VO)
Malam yang menjadi saksinya. Aku serahkan semuanya pada Allah yang Maha Membolak-balikkan hati. Aku minta yang terbaik buat diriku. Ya… semangat!
Camera fade out.
[Amilah Shalihah A, Santriwati Kelas II SMA]