Lama-lama aku bosan. Ditambah kebisingan-kebising adik-adik dan sepupu-sepupuku yang membuatku tidak bisa beristirahat. Akhirnya aku memutuskan untuk bangun. Tetapi begitu aku mengangkat kepalaku, pandanganku langsung terasa seakan dunia ini berputar dengan sangat kencang. Seketika aku memejamkan mata dan memegangi kepalaku. Kepalaku sedikit nyut-nyutan.
Tetapi aku hanya mengabaikannya. Amilah meng-smsku bahwa ia telah sampai di Bandara. Aku membalas dan mengharapkan keselamatan untuknya. Kemudian aku keluar dari kamar dan membantu Tante Nina memotong buah untuk berbuka nanti.
Rasanya sakit kepalaku sudah reda. Namun setelah meyelesaikan tugasku, badanku terasa pegal sekali. Tidak terlalu jelas bagian mana yang pegal. Tapi kalau menegakkan punggung, rasanya capek sekali. Aku menghabiskan waktu dengan memainkan keyboard milik Dyandra. Aku berencana untuk menguasai sisa dari lagu Fur Elise yang belum kusempurnakan. Tetapi ternyata bagian itu lumayan susah. Akhirnya aku hanya menyelesaikan tangan kanannya saja sedangkan tangan kirinya belum mampu dicerna dengan baik di tangan kiriku.
Setelah capek bermain keyboard, aku duduk-duduk dan bersantai. Tetapi badanku masih terasa pegal. Tiba-tiba aku teringat relaksasi di salon di Laladon. Akhirnya aku memukul-mukul lengan kananku dengan kepalan tangan kiriku. Kemudian sebaliknya. Aku merasa sedikit lebih enak. Kemudian aku, Dyandra, dan Mbak Ayya menonton sebuah film horror. Aku juga heran. Aku sangat tidak suka film horror, tapi sudah dua hari aku terus-terusan nonton film horror. Kami menonton film dengan judul The Conjuring 2. Memang aneh. Tapi aku tidak menyelesaikan filmnya karena Mbak Ayya harus pulang dan aku tidak ingin menonton film itu sendirian.
Karena tidak tahu harus apa, setelah Sholat Ashar, aku pergi ke tempat Umi. Tetapi sampai di tempat Umi, aku juga bingung mau apa. Akhirnya aku hanya bersandar dan meluruskan kaki sambil mengatur nafasku. Nafasku masih belum teratur. Ditambah dengan aktifitas naik tangga yang membuat nafasku semakin ngos-ngosan. Ah.. ini sangat tidak nyaman.
Umi datang dan menanyakan keadaanku. Yah, aku jawab sesuai keluhanku. Kemudian Umi memijat tangan kananku. Rasanya nikmat sekali. Lebih enak dari refleksi yang kurasakan di salon di Laladon. Sambil dipijat, aku dan Umi mengobrol tentang apa saja. Kalau bisa kubilang, Umiku memang The Best.
Setelah puas tanganku dipijat Umi, aku keluar ke balkon dan menunggu Adzan Maghrib sambil menghirup udara sore. Nafasku masih terburu-buru. Sehingga berdiam diri sambil menikmati udara memang terasa nyaman.
Akhirnya Adzan Maghrib berkumandang. Bagiku, lantunan Adzan Maghrib yang bersahut-sahutan kini sangat menenangkan hati. Apalagi ketika mendengarkannya sambil mencicipi es buah. Hmm…
Kemudian aku mengisi perutku dengan Baso Kuah racikan rumah Tante Nina. Kuahnya enak sekali. Tidak ada penyedap rasa buatan sama sekali. Benar-benar rasa tulang sapi. Ketika meminum kuahnya, tenggorokanku terasa lebih enak.
Setelah Sholat Maghrib, aku kembali ke atas. Umi menyuruhku meminum obat. Aku meminum entah obat apa itu dalam sekali tegukan bersama air putih. Kemudian aku hanya duduk di kursi depan TV dan menyilakan kaki. Tidak terasa, mataku semakin terpejam. Tiba-tiba Umi membangunkanku. Aku juga heran. Bagaimana aku bisa tidak sadarkan diri dengan kepalaku tidak terjatuh sedikit pun.
Setelah mendengar Adzan Isya’, aku langsung melaksanakan Sholat Isya’ dan naik ke tempat tidur Dyandra. Aku berkata kepada Dyandra bahwa aku sangat lelah dan ingin tidur sekarang. Dyandra hendak menonton sesuatu dari laptopnya.
Aku terbangun sekitar pukul 11 hampir tengah malam. Dyandra belum tidur. Kepala dan seluruh badanku sakit sekali.
Senin, 20 Juni 2016
Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun lagi. Mungkin karena kebiasaan atau karena aku tidak terlalu nyaman tidurnya. Semua orang bangun untuk makan sahur. Rencananya, aku dan keluargaku akan pergi jam 6 pagi nanti.
Setelah Sholat Shubuh dan mandi, aku duduk-duduk di balkon lagi. Matahari belum terlalu terang. Langit sebelah barat bahkan masih sedikit gelap. Kata Umi, kami akan menjemput Bu Prima di Cibubur. Aku sudah mengemas barang-barangku.
Akhirnya kami berpamitan dan masuk ke dalam mobil. Perjalanan menuju Cibubur sangat tidak terasa. Apalagi ketika masih di jalan tol. Adik-adikku mengobrol dengan berisik. Dan parahnya itu membuat kepalaku tambah pening.
Setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya kami sampai di rumah Bu Prima di Perumahan Citra Indah. Badanku sudah sakit semua. Aku menemani Maryam bermain ayunan di lapangan di depan rumah Bu Prima. Abdullah ternyata sudah bisa mengendarai mobil Umi. Ia berkeliling komplek bersama Taqi dan Muhammad.
Mungkin sampai sini saja cerita kali ini. Karena selebihnya aku hanya bersandar sambil kesakitan. Sayangnya aku tidak banyak mengambil gambar di cerita ini. Tetapi aku masih kuat berpuasa. Alhamdulillah, aku sudah sehat kembali dua hari setelahnya.
Aku mengawali liburanku dengan kesibukan yang sangat. Mungkin itulah yang membuat tubuhku bekerja terlalu penat dan akhirnya menjadi sakit. Sisa liburan berikutnya, akan kumanfaatkan sebaik mungkin. Yah, mungkin sebagian kecilnya harus kusisihkan untuk mengerjakan PR.
[Fathimah NJL, Kelas 1 SMA, Pesantren Media]