Sebulan berlalu. Aku masih tetap mengawasi rumah hana, tapi tidak pernah ada perubahan. Akhirnya kerena lelah menunggu,aku memberanikan diri dan mendekat ke rumah hana sembari mengawasi sekitar. Kuparkirkan speedboatku di belakang rumat tersebut dan membuka pintu rumahnya.
“Berhasil ! rumahnya tidak terkunci!” Teriakku gembira dalam hati, perlahan tapi pasti aku menjejaki kaki di dalam rumah hana. Lantai yang ku injak mengeluarkan bunyi derit karat yang membuatku tambah deg-degan memasuki rumah itu. Di dalamnya tidak berbeda jauh dengan rumah pantai pengawas, yang membedakannya hanya …
“owah..” teriakku tertahan karena tersandung sesuatu. Akhirnya aku menemukan penemuan baru, ada sebuah pintu yang mengarah ke bawah. Dengan sekuat tenaga aku mengangkat pintu kecil itu. tak ketinggalan bunyi karat yang berderit keras.
“Hah.. akhirnya terbuka” ucapku dalam hati, saat hendak turun tiba-tiba bunyi pintu tertutup menghentikan aksiku.
“aduh, bagaimana ini? Sekarang pasti aku akan tertangkap. Aha ! aku tau masuk aja keruangan di bawah itu, yah walau aku gak tau sih bisa keluar gak kalo masuk ke dalamnya. Udah ah, yang penting aku bisa sembunyi” pikirku dan aku segera masuk dan menutup pintu kecil itu. Tak lama suara kaki terdengar mendekat dan dengan secepat kilat aku bersembunyi.
Sebelum aku bersembunyi aku mengganjal pintu itu dengan sapu yang ku temukan tak jauh dari tangga tempat aku turun agar aku dapat memasuki ruangan di bawah rumah itu.
“dor..dor.dor.”suara tembakan terdengar memenuhi ruangan tempatku bersembunyi tersebut, suara tembakan itu berasal dari arah pintu. Aku merasa tegang saat akhirnya suara tembakan itu berhenti dan tak lama pintu itu berhasil di buka.
Perlahan tapi pasti aku mulai mengeluarkan senjata yang sempat ku ambil di laci ruangan kerja papaku. Ya pistol ini bisa membuatku keluar tapi aku masih ragu untuk memakai karena ini pertama kali aku memegang senjata itu. Pistol ini juga berat, aku harus menggunakan kedua tanganku untuk menggunakannya. aku mulai bingung,tapi suara langkah itu semakin mendekat. Dengan bersusah payah aku menembak ke berbagai arah. Dan dengan gerakan seribu langkah aku menuju pintu tempat aku masuk tadi.
tapi aku merasa ada sesuatu yang mengarah tepat padaku. Dengan refleks aku menunduk dan peluru pistol melewat tepat di atas kepalaku. Aku menoleh kebelakang dan mengarahkan mulut pistol yang ada di tanganku mengarah pada orang yang barusan menembakku. Karena kemampuan menembakku yang buruk aku hanya membuat goresan di pipinya. Seakan terkejut melihatku dia terpaku, ku gunakan kesempatan ini untuk melanjutkan usahaku keluar dari rumah itu.
0o0o0
“hosh..hosh.. syukurlah,akhirnya aku berhasil keluar dan menjauh dari rumah hana. Sepertinya dia tidak mengikutiku” terengah sambil bersyukur. Tapi ada sedikit rasa bangga pada diri sendiri dalam keadaan menenggangkan itu aku mendapatkan petunjuk. Itu adalah secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat sekolahan. sepertinya ini terjatuh dari kantong lelaki yang menembakku dulu dan tadi, ya dia adalah Si JOKER.
Aku sendiri yang menamainya karena mukanya menyeramkan, yah walau ada kemungkinan sih hana punya hubungan keluarga dengannya. Tapi kalo di pikir-pikir lagi kayaknya gak mungkin banget deh. Kenapa? Karena hana itu sangat cantik dan imut,masa sih punya hubungan keluarga dengan Si JOKER sih? Wajah JOKER kan d penuhi jahitan, walau ada sedikit kemiripan mereka sama-sama tidak berbicara seperti bisu saja. Udah ah, dari pada memikirkannya lebih baik ku selidiki alamat ini.
Sesampainya di rumah aku di marahi habis-habisan karena membodohi papaku, tapi kan itu bukan salahku. Bagaimanapun juga papa aja yang tidak menjelaskan secara detail bahwa aku harus menjadi nomor 1 di sekolah. Tapi aku masih bersyukur papaku belum sadar aku mengambil salah satu pistolnya. Mungkin karena sangking banyaknya senjata yang dipunyai papa tidak memeriksanya.
Setelah sejam berlalu akhirnya aku di lepaskan dari omelan yang membuatku sakit kepala itu. Dengan lemas aku menuju kamarku dan segera merebahkan diri ke kasur dan tidur.
Aku sudah tak sabar untuk hari esok, apalagi ya petualangan yang aku lakukan besok? Tanyakku dalam hati sebelumku terlelap dan tertidur karena kelelahan.
0o0o0
“aku berhasil, yes.. aku akan segera kesana. Tunggu aku ya han !” ucapku setelah kumenemukan sekolah yang disebut dalam kertas yang ku temukan itu. Saat hendak menuju pintu hendak keluar dari rumah ibu memanggilku. “put… kamu gak sekolah? Mau kemana kamu? Kenapa gak pakai seragam sekolah?” Tanya ibuku saat melihatku tidak memakai seragam.
“aduh mama, sekarangkan putri sedang liburan. Dari pada bosan di rumah, putri mau mengunjungi teman putri. Gak apa kan ma?” memasang wajah serius sekaligus memohon. Mamaku hanya tersenyum dan mengangguk. “yey.. ma aku pergi dulu ya dada ..” melambaikan tangan lalu berlari keluar rumah. Aku menuju parkiran tapi aku melupakan sesuatu, aku lupa meminjam mobil dengan mama. Males ah balik lagi, ntar aja deh minjamnya. Aku mengendarai mobil dengan cepat, dan menuju alamat sekolah hana yang baru.
“ouh.. ini toh sekolahnya, menarik juga. unik banget. Oiya aku kesini bukan untuk survey sekolahan! Aku kesini mau memastikan, benar tidak hana sekolah disini! kayaknya aku mulai dari gedung itu aja deh..” ucapku saat tepat berada di depan gerbang sekolah.
Saat hendak memasuki sekolahan itu kusadari satpam sekolahnya tidak berada dalam posisinya. Karena hal itu aku dengan mudah menyusup menjadi murid baru di sekolah itu. Setengah jam aku mengitari gedung itu tapi tak kunjung juga ku temukan hana, maka aku mulai bertanya-tanya pada setiap murid yang ku temui di lorong gedung itu. Hampir sebagian besar mereka tidak mengenal hana, ada juga yang kenal tapi tidak mempunyai info apa pun tentang hana.
Dengan perasaan kecewa aku keluar dari gedung tersebut, bertepatan aku keluar gedung aku melihat hana! Saat hendak menjumpainya aku menemukan sesosok yang aku kenal. Si JOKER! Apa yang dilakukannya disini? Di tempat umum, bukannya malah mencurigakan. Aku akan membuntutinya, saat hendak beranjak dari tempat aku berpijak, tiba-tiba ada seseorang yang menahanku. Dan…
Bersambung…
[Ela Fajarwati Putri, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren Media]