Pria itu sejenak memperhatikan, dia ingin benar-benar memastikan aku telah mati. Banyak darah yang mengalir dari tubuhku tapi tubuhku hanya terkena gesekan peluru. Saat aku hampir merasa lega terlihat hiu yang datang bergerombol hendak menerkamku. Hiu-hiu itu semakin dekat, aku tak bisa berbuat apa-apa. Pria itu masih di atas, bagaimana ini? Apakah ini akhir dari segalanya? Aku tak mau mati! Pikirku dalam hati.salah satu hiu telah berada di sampingku dan hendak menerkamku, tapi allah meyelamatkanku.
Sesaat sebelum hiu itu membuka mulut pria itu telah pergi dan dengan segenap kekuatanku aku kembali ke perahu. Sepatuku sebelah kiri termakan hiu itu, walau aku telah berada di permukaan hiu tetap berenang di bawahku. Segera ku hidupkan mesin perahu nelayan itu dan pergi kedaratan.
Suara mesin itu terdengar oleh pria yang ku juluki joker, karena tampangnya terkesan gila. Dia membalikkan badan dan mulai menembakku . dengan kecepatan tinggi aku menghindari peluru dan menuju daratan . sesampainya di daratan aku tak sadarkan diri, saat tersadar aku telah berada di rumah. Ayah ku marah besar dan tidak mengizinkanku untuk kembali kelaut lagi. Pupuslah sudah harapanku mengungkapkan jati diri hana.
Tapi aku tak pernah benar-benar menyerah karena aku merasa hana butuh pertolongan. Setelah berdebat panjang dengan ayahku maka aku di perbolehkan ke laut setelah lulus dari SMP dengan nilai terbaik. Aku menerima persyaratan itu dengan gembira karena aku tahu Allah pasti akan membantuku jika aku berusaha keras. Sayangnya kenyataan begitu pahit ku terima,hampir perasaan putus asa menyelimutiku.
Hal ini bermula saat aku melihat hasil kelulusanku , aku kebingungan apa yang harus ku lakukan. Jika begini pasti papa tidak akan mengizinkanku bermain ke laut menggunakan speedboat. Padahal aku telah berusaha keras setiap hari aku sibuk belajar untuk kelulusanku tapi aku mendapatkan peringkat ke-2 dalam kelulusanku. Mungkin ini yang terbaik untukku tapi jika begini bagaimana aku dapat menemui hana. Aku berfikir keras dan akhirnya aku mendapatkan solusinya.
Setengah berlari aku menemui papaku di ruang kerjanya, “pa, hari ini pengumuman nilai kelulusanku dan aku termasuk yang terbaik. Karena itu mana kunci speedboat aku mau main kelaut” pintaku pada papa.
“mana hasilnya biar papa liat dulu” jawab papa. Aku menggeleng dan berkata “gimana kalo papa ngasih kuncinya dan aku berikan hasilnya bersamaan”
“tapi putri..” ungkap papa lalu aku menyela “ayolah pa,papa gak percaya sama putrid”?” dengan enggan papa ku akhirnya menyetujui usulku tadi. Saat kunci sudah berada di tangan ku dan aku hendak kabur tiba-tiba suara menggelegar keluar dari mulut papa. “putri ini tidak sesuai perjanjian, kembalikan kunci itu sekarang” perintah ayahku dengan sedikit nada jengkel. “gak bias gitu dong pa, kan perjanjiannya putri masuk yang terbaik bukan menjadi yang paling baik. Iya kan?” balasku dengan tersenyum dan segera berlari menuju pantai tempat speedboat berada. Dari kejauhan aku mendengar papaku berteriak memanggil namaku akan tetapi aku tidak menghiraukannya.
“pak jono, makasih pak udah jagain speedboat .. aku pinjam dulu sebentar oke?” tersenyum sambil melepaskan penambat speedboat.
“eh, tunggu non..!” berusaha mencegahku tapi gagal karena aku telah berlalu dengan kecepatantinggi.
Aku berhenti sedikit jauh dari rumah hana,takut kejadian yang dulu terulang. Akan tetapi lama ku menunggu tak jua ku lihat tanda kehidupan di rumah tersebut. Tak jauh ku melihat nelayan, maka aku pun menyapanya untuk bertanya tentang rumah hana tersebut.
“hai pak.. maaf ganggu nih.. saya mau nanya sesuatu, bapak tau gak tentang orang yang tinggal di rumah itu?” seraya menunjuk rumah hana.
“oh iya non, dulu memang ada orang yang tinggal disana tapi saya tidak mengenalnya. Kalo tidak salah seminggu yang lalu saya melihat mereka pergi menggunakan kapal non.. tapi saya tak tau detilnya”ungkap bapak nelayan itu.
“gitu ya, makasih ya pak..” tersenyum dan pergi meninggalkan nelayan tersebut.
‘Bagaimana ini? Aku harus menyelidiki dari mana?’ Ungkapku dalam hati. Jika begini aku tak bisa menyelamatkan hana.. ya tuhan bantu aku ..
Bersambung…
[Ela Fajarwati, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren Media]