Assalamu’allaikum, teman. Kali ini aku ingin menceritakan pengalamanku menjadi narasumber di radio. Ini yang pertama lho…
Ternyata teman, jadi narasumber itu nggak gampang. Sebelum siaran, kamu harus menjawab pertanyaan yang sudah di sediakan Ustadz Oleh untuk siaran. Karena, Ustadz Oleh nggak ngasih jawaban dari pertanyaan yang mau dibahas.
Mungkin Ustadz Oleh mau membiasakan santrinya menjawab pertanyaan sendiri yang sesuai dengan syariat. Nanti kalau ada jawaban yang salah akan diberitahu.
Oke, kita lupakan saja yang diatas. Sekarang aku mau menceritakan malam itu. Kalau nggak salah sih, malam rabu. Aku dan Teh Neng bergadang nyusun jawaban yang Insya Allah benar. Kami baru bisa nyusun jawaban malam rabu, soalnya daftar pertanyaan kalau nggak salah baru diberikan hari senin.
Senin siang, aku dan Teh Neng sibuk ada pelajaran. Kalaupun ada waktu kosong itu nggak panjang. Malamnya ada pelajaran habis Isya, kami sudah ngantuk duluan habis pelajaran dan pastinya nggak kuat kalau mau bergadang.
Selasa siang, aku dan Teh Neng nggak bisa lagi. Karena, hari selasa ini adalah hari terpadat. Dan waktu luangnya lebih sedikit dibandingkan dengan hari-hari lain. Dan waktu luang yang ada aku manfaatkan untuk menemani Icha ngambil duit, dan antri mandi. Jadi nggak sempat tidur siang. CAPEK+NGANTUK…
Dengan kondisi super ngantuk aku dan Teh Neng harus bergadang. Menjawab petanyaan yang pembahasan di Radio besoknya. Aku dan Teh Neng bergadang sampai mata nggak sanggup lagi untuk bergadang. Mataku sudah nggak bisa lagi dipaksakan menjawaab pertanyaan sekitar jam satu malam dan teh juga begitu. Jadi, kami memutuskan untuk tidur dan menyambungnya besok.
Besoknya kami berangkat ke radio setelah mengerjakan sholat subuh. Karena waktunya sudah mepet, jadi soal yang belum kejawab tadi malam nggak di bahas di radio. Capek memang menjadi narasumber, tapi ini menjadi pengalaman yang menyenangkan…
[Nurmaila Sari, Santri Angkatan ke-2, Jenjang SMA, Pesantren Media]