Farid Abdurrahman (Santri Pesantren Media)
Diawali rasa penasaran terhadap Bunga Bangkai. Pagi itu, Jum’at (2/12), saya beserta beberapa orang guru dan teman nampak hilir mudik di Kebun Raya Bogor. Di antara kami ada yang memegang buku tulis dan nampak sibuk mencatat hal-hal penting. Perhatian kami tertuju pada satu lokasi. Lokasi tempat tumbuhnya sebuah bunga berukuran raksasa. Orang-orang mengenal bunga ini dengan sebutan Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanium)
Rasa penasaranlah yang membuat kami berada di sini. Satu hari yang lalu, salah seorang guru kami mendapat informasi dari media massa bahwa telah tumbuh sebuah Bunga Bangkai di Kebun Raya Bogor. Selama ini saya dan teman-teman hanya melihat bunga ini secara tidak langsung baik itu di televisi maupun di majalah. Kami ingin melihat langsung bunga ini dari dekat.
Rasa penasaran itu akhirnnya terobati juga. Setelah membayar karcis masuk seharga Rp. 10.000 per orang kami pun dapat melihat langsung bunga ini dari dekat. Bunga Bangkai ini mempunyai tinggi sekitar 200 cm. Bagian paling menonjol dari bunga ini adalah batang putiknya yang berwarna coklat. Batang putik ini mengambil porsi terbanyak tampilan bunga. Bagian bawahnya nampak ditopang oleh kelopak bunga berwarna merah hati pada bagian atas dan hijau di bagian bawah.
Bunga ini tumbuh di lokasi yang agak sulit dijangkau. Kemiringan lahannya mencapai 45 derajat. Hujan membuat permukaan tanah yang miring ini licin. Saya melihat para pengunjung mengeluarkan upaya dan konsentrasi ekstra agar tidak terpeleset.
Kami hanya bisa melihat Bunga Bangkai ini dari dekat. Kami tidak bisa menyentuhnya karena sebuah pagar bambu memagari tanaman unik ini. Pemagaran ini dilakukan pihak pengelola Kebun Raya untuk menjaga daya tahan bunga. Umur bunga ini sangat singkat. Ia hanya tumbuh selama kurang lebih tiga hari. Jika banyak tangan-tangan yang tidak berkepentingan menyentuh bunga ini, dikhawatirkan masa tumbuhnya akan semakin singkat.
Usai melihat Bunga Bangkai kami tidak langsung pulang. Masih banyak waktu luang hari ini. Kami ingin masih ingin mondar-mandir di Kebun Raya Bogor, menghilangkan kepenatan jiwa dengan melihat keeksotisan kebun ini lebih jauh.
Dari lokasi tumbuhnya Bunga Bangkai, dengan menggunakan mobil, kami bergerak ke sisi lain Kebun Raya. Kami pun tiba di sebuah jembatan. Setelah saya periksa, jembatan ini bernama Jembatan Lembayung. Jembatan ini dibangun pada tanggal 25 Mei 2002. Di bawah jembatan ini nampak aliran air sungai yang jernih mengalir melewati babatuan beraneka ukuran. Saya merasa tidak seperti berada di tengah kota, melainkan di pedesaan yang terletak di pinggir hutan. Suara kicau burung mengiringi keceriaan kami yang sedang berpose ria, mengabadikan kehadiran kami di jembatan ini.
Setelah puas bermain di jembatan, kami berlarian kesebuah lapangan terbuka nan hijau. Di tenngah-tengah lapangan ini nampak sebuah kolam dengan air mancur di tengahnya. Saya beserta dua orang anak, Abdullah dan Taqi, berolahraga di sini. Kami bermain bola yang tadi dibeli ketika rombongan berada di lokasi Bunga Bangkai.
Setelah lelah bermain saya mencoba telentang sebentar di atas rerumputan di lapangan ini. Saya menatap jauh ke langit. Jiwa serasa melayang ke angkasa. Dada pun terasa lapang. Berangsur-angsur, rasa penat hilang.
Setelah puas di tempat ini, kami bergerak kembali ke bagian lain kebun. Kami berhenti di sebuah kolam di pinggir sebuah lapangan hijau yang melandai. Kolam ini ditumbuhi Bunga Teratai. Selain keindahan bunganya, kami juga dibuat kagum oleh daun bunga teratai ini. Daunnya unik, lebarnya setara dengan sebuah tempayan dan mengapung mendatar di atas permukaan air.
Di ujung acara jalan-jalan ini, kami menyempatkan diri mengunjungi Musium Zoologi. Musium ini mengkoleksi berbagai jenis hewan tiruan, kerangka-kerangka hewan, dan juga hewan yang sengaja diawetkan. Di pintu masuk musium ini dipajang kerangka Paus Biru berukuran raksasa. Pannjangnya mencapai puluhan meter. Jika hewan ini masih hidup, mungkin besarnya ukurannya hampir sama dengan sebuah pesawat perintis.
Selepas mengunjungi Musium Zoologi kami pun memutar arah mobil kembali ke rumah. Untuk melengkapai keceriaan, kami semua membeli es durian yang dijual oleh seorang pedagang kaki lima di luar area kebun.
Keeksotisan Kebun Raya Bogor serta keunikan Musium Zoologi membebaskan pikiran saya dari kejenuhan aktifitas sehari-hari. Kini, jiwa terasa lapang dan berbagai ide segar serta semangat menjalani rutinitas hidup muncul kembali. (farid ab/famedo.blogspot.com)
Catatan: Ini adalah tugas reportase (penulisan berita–jenis feature) yang diberikan instruktur Kelas Menulis di Pesantren Media