Berputar dalam roda kehidupan
Memandang bulatan merah di ufuk timur
Yang baru nampak dan begitu hangat menyentuh
Ubun-ubun berbalut kain merah tipis terurai sampai dada
Aku berjalan di ruang kehampaan
Bau kecut keringat, bau asap knalpot
Sekejap hilang dari jangkauan
Menelanku bersama kesendirian
Sedetik… dua detik… tiga detik
Berlalu tanpa sadar
Lewat hembusan sihir surga sesaat
Menghanyutkan, melenakan
Tragedi pahit membangkitkan memori lama
Saat jiwa terperosok dalam lembah kenistaan
Berjuang hingga peluh tak lagi menetes
Tak ada kekuatan untuk bertahan
Tersadar sejenak
Detak jantung masih terasa
Dadaku masih mengembang dan mengempis
Jemari mampu menjamah tembok kasar ini
Seakan ada yang memaksaku menelisik
Milik siapa ragaku?
Jiwaku? Bahkan nyawa di awang-awang ini?
Pukulan keras menghantam akalku
Asma-Nya berputar-putar memenuhi ruang pikiranku
Detak jantungku beralun bersama tahlil
Bibirku basah berucap tasbih
Dadaku berkoar takbir
Aku kembali dari lamunanku
Memikirkan tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan
Apa yang terjadi sebelumnya?
Akan ada apa dikemudian hari?
Jemariku masih riang mengukir puisi ini
Sambil merasakan rahmat-Mu yang Maha Luas
Tak mampu hatiku membendung haru,
Syukur dan takjub atas apa yang terindera
Nuansa bening merasuk
Menyentuh kering hati
Rindu akan manis iman
Dalam atmosfer Daulah Islam
[Zahrotun Nissa, santriwati jenjang SMA angkatan ke-3, Pesantren Media | @zaninoshukyieYS]