Guys, pernahkah kalian membaca al Quran? Adakah diantara kalian yang suka sekali membacanya? Hmm, sebagai orang Muslim kita memang harus membaca al Quran. Al Quran adalah pedoman hidup manusia terutama kaum Muslimin. Al Quran itu qalamullah. Bukan perkataan orang Arab, syetan atau Nabi Muhammad saw. Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril. Kemudian Nabi bertugas menyampaikan kepada umat manusia agar mereka menyembah Allah swt, mengikuti jalan-Nya dan mengantarkan ke jannah-Nya kelak.
Berbicara tentang membaca al Quran, kami, santri akhwat Pesantren Media memiliki kisah tersendiri. Salah satu jadwal –yang bisa dibilang wajib- yang harus kami lakukan adalah membaca surat al-Waqi’ah dan al-Mulk setiap malam. Hal ini di luar kegiatan membaca al Quran yang dilakukan oleh masing-masing santri. Setiap surat dalam al Quran memiliki kandungan dan keutamaan. Surat al-Waqi’ah dan al-Mulk juga sama. Dengan membaca surat al-Waqi’ah kita memohon kepada Allah swt untuk melimpahkan rezeki-Nya pada kita dan menghindarkan dari kemiskinan.Tentu kita harus mengimbanginya dengan ikhtiar dan tawakkal.
Tak hanya santri akhwat yang membaca kedua surat tadi. Santri ikhwan pun demikian. Bahkan sebelumnya kami membaca al-Waqi’ah dan al-Mulk secara bersama. Tentu tempat ikhwan dan akhwat terpisah. Santri ikhwan ditunjuk sebagai pemimpin yang bertugas untuk memulai, mentahsinkan bacaan al Quran sekaligus mengawasi santri. Karena jumlah santri ikhwan lebih dari satu maka bergiliran. Membaca al-Waqi’ah dan al-Mulk seperti tadi terjadi ketika sebagian besar santri akhwat tinggal di Asrama PM. Sisanya di Asrama TI dan Rumah Ust. Rahmat. Setelah kami pindah ke asrama baru, Asrama BM namanya, kami tidak membaca dengan santri ikhwan lagi. BM itu singkatan dari Base camp Media. Base camp utama santri akhwat.
Usai menunaikan sholat Isya berjama’ah di Mesjid Nurul Iman, santri akhwat yang jumlahnya kurang lebih ada 17 orang, kembali ke BM. BM adalah tempat kami berkumpul untuk membaca al-Waqi’ah dan al-Mulk. Nissa dan Ela juga ikut meskipun mereka tidak tinggal di asrama ini. Sesampainya di BM, santri akhwat duduk melingkar dan lesehan di ruang tengah. Ruang tengahnya lumayan luas. Akhwat yang lebih dulu tiba di BM kadang duduk santai sambil bersandar ke dinding. Ada juga yang meletakkan mukena atau tas di atas meja atau di kamar. Malah ada yang asal menaruhnya. Di sudut ruangan, di depan pintu kamar, di tengah jalan dan lainnya. Ada lagi yang tiduran di lantai, minum atau ngemil. Mungkin hal itu dilakukan untuk menunggu akhwat yang belum tiba. Setelah semua akhwat datang, barulah mereka kembali duduk.
Membaca al-Waqi’ah dan al-Mulk di BM juga ada pemimpinnya. Biasanya penulis. Kadang, penulis nunjuk yang lain terutama akhwat kelas 3 SMA. Respon dari akhwat yang ditunjuk ada yang senang, tapi ada juga yang bertanya-tanya: kenapa harus aku?
Ada beberapa aturan yang sudah penulis tetapkan. Sebelum membaca, penulis meminta agar semua akhwat membuka al Quran.Tapi ada juga yang tidak melakukannya. Entah, karena mereka tidak membawa al Quran atau memang malas. Penulis juga meminta agar selama membaca al-Waqi’ah dan al-Mulk tidak ada yang memegang handphone atau gadget lain, mengobrol apalagi bercanda. Kalian tahu? Siapa saja yang melanggarnya akan mendapat teguran bahkan tatapan sinis baik dari penulis atau akhwat lain. Hehe.
Akhwat yang sedang haid juga ikut berkumpul. Mereka menyimak lantunan ayat demi ayat. Peraturan tadi pun berlaku bagi mereka. Sebagai tambahan, biasanya penulis menunjuk salah satu dari mereka yang sedang haid untuk mengawasi setiap akhwat. Nantinya akan penulis mintai laporannya. Siapa saja yang tidak membaca, siapa yang bercanda, mengobrol dan lainnya.
Kemudian…
Ucapan salam, bacaan ta’awudz dan basmalah pun terdengar mengisi Asrama BM dari keheningan malam dan rembulan yang terlihat samar-samar. Ayat demi ayat suci dilantunkan. Siapa yang serius dan menghayati akan larut dalam indahnya qalamullah.
Pada Kamis malam, kami tidak membaca Surat al-Waqi’ah dan al-Mulk di BM melainkan di kediaman Pak Cecep, penasehat Pesantren. Baik santri ahkwat dan ikhwan sama. Kami memang diundang oleh keluarga Pak Cecep. Sedangkan pada Sabtu malam (malam Minggu) beberapa akhwat tidak ikut membaca di BM karena mereka ada jadwal Nobar (nonton bareng).
***
Surat al-Waqi’ah dan al-Mulk usai dilantunkan. Oya, penulis teringat sesuatu! Dalam seminggu ada dua kali waktu untuk tausiyah. Biasanya, tausiyah disampaikan setelah membaca kedua surat tadi. Sebelumnya, Ust. Oleh meminta akhwat kelas 3 SMA untuk menyampaikan tausiyah kepada santri akhwat lain. Ada penulis, Via, Maila, Ica dan Holifah. Kami memulai tausiyah pada bulan September. Minggu pertama Via dan penulis. Minggu kedua, Maila dan Holifah sedangkan Ica minggu ketiga.
Dalam seminggu itu kami bebas memilih hari. Misalnya, penulis tausiyahnya malam Rabu, Via malam Sabtu. Pokoknya dicari waktu yang tepat dan efektif. Tapi sebisa mungkin dalam seminggu itu harus ada yang tausiyah. Btw, penulis senang loh. Bersyukur. Kenapa? Karena ada adik kelas yang juga ingin bertausiyah. Padahal ia tidak diminta sebelumnya. Dia inisiatif sendiri. Alifa Nurul Fajrika, itulah orangnya. Katanya, dia ingin menyampaikan apa yang sudah dipelajarinya setelah mengikuti kajian ke-Islaman. Wah, penulis salut deh! Semoga aja akhwat yang lain pun demikian. Sehingga ilmu yang sudah dimiliki didakwahkan kepada yang lain. Dengan bertausiyah kita akan tergerak dan insya Allah kemampuan dalam public speaking akan meningkat. Tentu dengan do’a, keikhlasan, ikhtiar dan evaluasi. Jadikan tausiyah di BM sebagai latihan sebelum terjun ke masyarakat luar yang tentu lebih banyak dan beragam.
Nah, itulah kisah kami, santi akhwat Pesantren Media. Semoga bermanfaat. Syukur-syukur membuat kalian tercerahkan dan semakin semangat mendalami Islam dan membaca al-Quran. Hamasah 2014!
[Siti Muhaira, santriwati kelas 3 jenjang SMA, Pesantren Media]