Di suatu sore, terlihat keluarga tetanggaku yang mulai meninggalkan rumahnya, untuk melaksanakan sebuah tradisi.
Sambil menarik nafas kearah jendela, aku memerhatikan kendaraan tetanggaku yang mulai menjauh, kulihat rumah-rumah di sekitarku yang mulai kosong tak berpehuni, ‘’ mereka semua telah pergi !’’ kataku di dalam hati, walau begitu aku merasa tenang, karena besok aku juga akan melaksanakan tradisi tersebut.
‘’Sino besok kita berangkat pagi!’’ teriak ayahku memberi tahu dengan nada senang.
‘’oh iya, ayah sudah memberi tiket pesawat kemarin jadi kita gak akan telat kaya tahun kemarin !’’
‘’sip yah… kataku menjawab.’’
Waktu terus berlalu, tidak ada yg sepecial di hari tersebut, setelah salat isya aku langsung membereskan barang-barangku untuk besok, setelah selesai aku langsung bergegas untuk tidur.
Hari mulai pagi, aku pun terbangun, dengan semangat aku segera menuju kamar mandi, setelah itu aku segera melaksanakan salat subuh, setelah salat subuh kami pun berangkat, sambil menarik nafas di depan rumah, ‘’akhirnya aku jadi berangkat’’ kataku didalam hati, angin yang berhembus membuat pepohonan di dekatku bergerak layaknya seperti menari,
‘’wah.. kayaknya pohon ngerayain keberangkatanku nih…’’ kataku yang selalu bicara sendiri.
Dengat cepat ayahku segera menyetop taksi, ketika didalam perjalanan tidak ada yg kulakukan selain diam, hembusan angin yang dingin seolah mengikatkanku bagaimana dinginnya udara di sana, hanya membutuhkan waktu dua puluh menit kami pun sampai di bandara. Terlihat penumpang yang lain sedang bersiap-siap menunggu waktu keberangkatan, Dengan cepat kami segera berlari masuk kebandara teringat kami terlambat tahun lalu, akhirnya kami sampai di dalam pesawat,
‘’syukurlah kita datang tepat waktu..’’. kata ayahku dengan nada lega, tidak lama pesawat kami pun berangkat.
Ketika di dalam pesawat aku hanya terdiam sambil memikirkan banyaknya kegiatan yg kan aku lakukan disana, tiba-tiba, ‘’ air..!’’ kataku kaget, tiba –tiba muncul suara aneh yang tak bisa mengerti, tanpa mempedulikan air dan suara aneh yang muncul dari atas itu, Sino kembali terdiam, hanya memerlukan waktu satu menit air mistri itu menimpa wajahku lagi hanya saja air ini lebih benyak dari yg sebelumnya.
‘’air lagi!’’ kataku dengan nada tinggi, karena penasaran aku pun langsung melihat keatas. ‘’hah..!’’ kataku lebih kaget lagi karena diatas tidak ada tanda-tanda apa pun.
Tiba-tiba, muncul percikan di ruangan pilot, benar saja pesawat yg kami tumpangi terjatuh.
Sino pun segera terbangun,
‘’Sino sudah jam berapa ini ayo bengun..!’’
‘’kamu lupa kita akan pergi mudik..!’’ kata ibuku membangunkan, sambil membawa air.
Sino pun tersadar bahwa air dan suara itu berasal dari ibunya, ‘’lega..cuma mimpi..’’[]
[Syahidan, santri angkatan ke-3 jenjang SMP]