Loading

jgcjJika dulu aku tidak mendengarkan mereka, mungkinkah aku?….

Namaku Linda, aku adalah gadis terpolos waktu SMP. Aku selalu heran dengan kerjaan teman-temanku dulu, yaitu “ngomongin cowok” sangat mengherankan, aku berfikir “sebenarnya apa yang menarik dari seorang cowok? Mengapa mereka bisa tergila-gila seperti itu? Tapi enak juga kalo jadi cowok, kayak seleb aja, soalnya di omongin terus. Wow.. keren” yah.. begitulah, sebagai orang polos. Waktu ditanya sama teman-temanku.

 “kamu suka gak sama cowok?”

 “Suka, karena kalo cowok itu kayak seleb, selalu di omongin. Enak ya, bisa langsung terkenal di kalangan cewek.” Jawabku.

Semua teman-temanku tertawa, dan memanggilku sebagai anak yang sangat polos. Malu banget, tapi ya sudahlah… aku pasrah.

Teman-temanku selalu memanfaatkan kepolosanku, mulai dari aku jadi makjomblang, dikerjain, dibohonginlah, ah.. pokoknya masih banyak lagi.

Semenjak itu, aku ingin pindah sekolah, karena teman-temanku gak ada satupun yang mau mendukung. Aku mengeluh sama kedua orangtuaku supaya mau memindahkan aku dari sekolah itu, karena aku kurang nyaman dengan tingkah laku mereka. namun kedua orangtuaku memaklumi dengan alasan itu adalah masa-masanya puber, jadi ya aku harus memaklumi. Aku pasrah juga, gak ada pilihan lain selain menurut.

Hari-hari terus aku jalani bersama mereka, aku selalu jadi bahan bicara mereka dengan anak cowok, yaitu ‘dijomblangin’. Sampai pernah aku terus dijomblangin dengan si A, dan akhirnya aku suka beneran sama si A itu. Mungkin memang di sana aku sedikit beruntung, aku sedikit lega dengan dia cepat menangkap sesuatu, dia tahu tentang perasaanku terhadapnya meski aku memendamnya.

 Dan akhirnya dia juga mengatakan sesuatu kepadaku. “Jujur Aku juga suka sama kamu bahkan aku juga menyayangimu. Tapi, maaf… aku gak mau menyakitimu. Jika kita bersatu, aku takut kamu hanya akan jadi pelampiasan saja.” Dengan mendengar kata-kata itu, aku senang. Karena dia tahu arti rasa sayang dan cinta yang sebenarnya.

Yang membuat luka adalah ketika aku terhasut sama teman-temanku sendiri yang ingin menjerumuskanku ke dalam jurang.

Mereka menghasutku dengan kata-kata yang tidak pantas. “eh.. Nda, kami semua udah punya cowok, masa kamu enggak sih? Gak laku ya? Haha.. cepet sana cari pasangan, biar solider..”

“tapi aku gak mau pacaran,” jawabku polos.

“alah… eh Nda, sekarang ma udah gak jaman main jomblo. Katanya kamu suka sama cowok? Apa harus ya kami jadi makjomblang lagi?” Jawab dari salah satu temanku.

Aku bingung, karena sedikit terhasut dan merasa tertarik dengan mendengar cerita-cerita mereka yang terlihat manis. Akhirnya aku mencobanya, dengan bantuan mereka yaitu ‘ngejomblangin’ aku dengan salah satu cowok teman sekelas.  Dan mereka kali ini berhasil menjebakku dalam asmara, aku dipermainkan seolah hanya bahan lolucon yang menarik, dengan berpura-pura menjadi profokator. Dan pada akhirnya temanku yang satu ini menjadi kisah asmara cinta segitiga ( Antara aku, kamu dan dia).

Apakah itu yang disebut dengan teman? Aku belum mengerti dengan sebuah persahabatan. Udah jebak teman ke dalam perangkap, lalu teman makan teman pula. Aku masih menyesal dengan kejadian itu, mungkin dengan tidak mengenal cowok dan punya teman yang benar-benar teman, aku tidak akan menyesali semua itu. Aku menyesal mau mendengarkan cerita manis mereka, aku menyesal karena mau diajak ke dalam jurang, tapi untungnya itu gak lama, setelah aku tahu, aku jadi sering dimusuhi sama mereka semua. Dan aku lebih suka menyendiri, karena mending sendiri dari pada punya teman yang egois dan suka mempermainkan perasaan temannya sendiri.

 “itu hanya masa lalu, jadi maafkan mereka!” Pikirku, tapi  gak habis pikir aja, aku gampang untuk di bohongi, yah.. mungkin karena aku juga masih polos dan gak ngerti apa-apa. Meski memang begitu, sampai saat ini penyesalan itu selalu menghantui, dengan adanya luka yang masih tersimpan dalam hati, entah kapan semua ini akan berubah dan tidak ada rasa kesal pada teman-temanku dulu.

[Tya Intan, Santriwati angkatan ke-3 Jenjang SMA, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *