Loading

Kalian sering nonton film? Film apa yang sering kalian tonton? Film action, sejarah, horor atau dokumenter? Atau kalian penggila film? Sinetron? Wiih.. tapi rasanya sedikit ganjal jika hanya nonton saja. Pernahkah terbayang dalam benak kalian bagaimana cara membuat film itu? Di mulai dari menulis skenario sampai film diproduksi. Nah, dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi informasi, pengalaman dan kiat-kiat dalam belajar menulis skenario film. Hayo siapa yang mau belajar menulis skenario film?  Tetap stay di tulisan ini, ya! Selamat membaca!

Menulis skenario film bagi saya adalah sebuah tantangan. Melihat semakin banyak orang yang gemar menonton film, saya jadi tertarik untuk membuat film. Selain itu keresahan dengan kebanyakan film sekarang ini yang justru menyimpang dari ajaran agama bahkan sampai mengajarkan kepada hal negatif. Misalnya film horor yang kini semakin banyak diproduksi di negeri khatulistiwa ini.

Berbagai jenis hantu seperti kuntilanak, pocong, suster ngesot, tuyul dan masih banyak lagi ditawarkan kepada masyarakat. Khususnya kepada penggila film horor. Namun, anehnya film-film seperti itu justru mengansumsikan kepada masyarakat bahwa kita takut dengan hantu. Padahal hantulah yang seharusnya takut dengan manusia. Nilai-nilai agama pun tidak ada. Ini adalah salah satu alasan saya untuk belajar menulis skenario film di sekolah saya, Pesantren Media Bogor. Dengan harapan nantinya bisa membuat film yang Islami, diterima, disenangi, sekaligus menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat lewat film.

Nah, sebelumnya apa sih skenario itu? Tentu dalam belajar menulis skenario film kalian harus tahu dong. Yupz, skenario film adalah salah satu bagian dari produksi film yang terpenting. Juga  termasuk unsur paling awal yang dibutuhkan sebagai rancangan dalam membuat film. Tapi ada juga nih pengertian skenario atau  Screenplay  menurut Syd Field yang tertuang dalam bukunya yang berjudul “The Foundations of Screenwriting” .  Nah, dalam bukunya itu dituliskan bahwa skenario adalah sebuah naskah cerita yang menguraikan urut-urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik.

Masih dalam buku itu, bahwa seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Nah, itu pengertian skenario menurut Syd Field. Wiih.. panjang juga, ya? Hehe..

Belajar menulis skenario film tentu awalnya tidak mudah. Tidak seperti menulis cerpen, puisi atau karya tulis lainnya. Dalam menulis skenario film banyak istilah-istilah baru yang harus kita pelajari. Selain itu diperlukan juga kreatifitas dan imajinasi yang tinggi dan pengetahuan sesuai dengan rule dalam penulisan skenario.  Tentu imajinasi itu tidak keluar dari hukum Syara. Step by step harus dijalani dan dilalui.

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam menulis skenario film yang sudah saya pelajari di kelas menulis skenario film yang dimentori oleh Bu Nafiisah Fb. Jangan lupa dicatat, ya! Ok?

  1. Menggali ide

Ide dalam menulis skenario film sangatlah penting. Sebuah film tidak akan diproduksi tanpa adanya skenario. Skenario tidak akan jadi tanpa adanya ide. Untuk itu ide harus digali atau dieksplorasi. Digali di sini bukan berarti menggali sumur di ladang, ya (hehe). Tapi menggali dan mencari  ide untuk dibuat menjadi sebuah cerita. Yang nantinya dijadikan sebuah film. Sebaiknya ide yang ada di kepala langsung dituangkan ke dalam tulisan. Misalnya tentang seorang anak yang ingin belajar  ilmu Islam, namun ia disekolahkan di  sekolah umum oleh orangtuanya. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa pelajaran agama di sekolah umum sangat kurang.

Ide bisa didapatkan dari banyak hal. Dari pengamatan, pengalaman dan lainnya. Nah, ide cerita sebaiknya ditulis dalam satu kalimat saja. Kemudian ide itu dikembangkan menjadi basic story. Basic story atau cerita dasar biasanya berkisar setengah halaman saja atau tidak lebih dari satu halaman. Bisa juga dibuat menjadi sepuluh kalimat. Dalam basic story keterangan seperti tempat, waktu, tokoh-tokoh, problem-problem utama, serta penyelesaian dituliskan. Tentu sebelumnya kita harus tahu apa itu tempat, waktu, tokoh, problem dan solusi dari cerita. Oh iya, di basic story jangan ragu-ragu ya untuk menulis ending cerita. Ending cerita Jangan disimpan sendiri atau untuk membuat surprise orang. Ingat juga ya, dalam proses penulisan skenario tidak ada orang yang bisa kalian kejutkan. Hehe.

  1. Membuat  Sinopsis

Tahap selanjutnya adalah membuat sinopsis. Sinopsis  adalah panduan untuk menulis cerita agar tidak ke mana-mana. Juga agar penulis tidak kehilangan arah. Sinopsis  berisi cerita secara global yang sudah memuat tokoh-tokoh beserta gambaran karakternya, konflik dan penyebab konflik terjadi, juga penyelesaiannya. Berbeda dengan basic story, sinopsis lebih detail. Dialog juga bisa dimasukkan ke dalam sinopsis. Misalnya kalau dialog itu bisa memperkuat gambaran yang dimaksud. Namun, dialognya jangan kebanyakan. Sepotong dialog misalnya.

Hal lainnya adalah panjang halaman sinopsis. Hal ini perlu loh diperhatikan. Panjang halaman sinopsis tergantung dari durasi skenario yang kita buat. Biasanya nih untuk skenario durasi 1-2 jam, cukup 1 halaman sinopsis saja.

  1. Scene Plot

Scene plot  dalam sebuah pembuatan skenario sama dengan posisi outline dalam pembuatan karya non fiksi. Outline adalah susunan urutan adegan per adegan secara lebih rinci. Jadi bisa dikatakan bahwa outline adalah penjabaran dari plot.

Scene plot adalah poin-poin alur cerita yang telah dikonstruksi secara berurutan, dari adegan awal sampai akhir. Biasanya nih  satu plot dalam penulisan skenario nanti menjadi satu scene. Tahapan scene plot ini akan lebih memudahkan penulis untuk melihat dan memeriksa alur cerita.

Tapi tahap membuat scene plot bisa juga dilewatkan loh. Kita bisa langsung menulis skenario. Jadi, scene plot itu bukan sesuatu yang wajib dibuat. Namun, scene plot adalah tahapan umum untuk memudahkan penulis menilai cerita yang sudah dia buat. Oh iya, dalam scene plot biasanya tidak ada dialog. Tapi jika kalian dapat dialog “cemerlang” saat mengerjakan scene pot, maka bisa dimasukkan.

Scene plot dapat ditulis dengan penomoran 1, 2, 3, dan seterusnya dan menyertakan keterangan: hari, setting waktu (pagi, siang, sore, malam), setting tempat (sekolah, kamar) bisa juga memakai keterangan EXT (exterior/luar ruangan) atau INT (interior/dalam ruangan). Emosi dan visualisasi juga perlu. Misalnya saat marah (menggebrak meja), atau sedih (menangis keras, tersedu).

Contoh bentuk scene plot :

H1

  1. Pagi hari, Syifa sedang di dapur, berdiri depan kompor sedang memasukkan gula ke dalam wajan. Rena, adik Syifa menuju dapur berjalan pelan dan mengendap-endap. Sampai di dapur, Rena menepuk pundak Syifa. Syifa kaget, gula yang ia pegang jatuh semua ke dalam wajan. Syifa marah dan memukul Rena. Rena meminta maaf sambil senyam-senyum. Rena memberitahu Syifa bahwa orangtua mereka sudah datang.
  2. Di luar rumah, orangtua Syifa dan Rena sedang mengeluarkan barang dari dalam mobil.
  3. Dan seterusnya

 

Nah, ini adalah contoh scene plot yang tidak menggunakan dialog. Scene plot ini juga dibuat dalam bentuk narasi deskripsi seperti setting tempat dan setting waktu.

Seperti yang saya katakan di awal, bahwa dalam menulis skenario film ada istilah-istilah yang harus kita ketahui. Beberapa istilah itu yaitu :

  1.  Cut to (Perpindahan ke adegan lain).
  2. Dissolve to (Transisi/ gambar yang satu menghilang secara perlahan sesaat setelah gambar yang lain muncul).
  3. Fade in (Munculnya gambar dari latar belakang layar yang hitam/kosong.
  4. Fade out (Menghilangnya gambar menuju layar yang hitam/kosong).
  5.  Intercut (Perpindahan dari satu adegan ke adegan lain dalam satu scene).
  6. Ext (Exterior/ Petunjuk  penulisan adegan berlangsung di dalam ruangan).
  7. Int (Interior/Petunjuk penulisan adegan berlangsung di luar ruangan).

Nah, itu adalah beberapa istilah dalam menulis skenario film. Masih ada istilah-istilah lainnya. Oh iya, jika tahap-tahap ini sudah dilalui, maka bisa lanjut untuk menulis skenario film.

Untuk kalian, ada beberapa syarat jika ingin belajar menulis skenario, yaitu :

  1. Mempunyai minat
  2. Menetapkan tujuan
  3. Mau terus belajar hal-hal baru seperti istilah-istilah baru.
  4. Mempunyai daya imajinasi (tidak keluar dari hukum syara)

Nah, jika sudah pandai menulis skenario misalnya untuk sinetron, maka kalian bisa mulai menawarkan kepada rumah produksi film. Mempunyai keahlian menulis skenario film ada manfaatnya juga  loh. Bisa untuk mendakwahkan Islam sekaligus menjadi sumber penghidupan. Nah, apa sekarang kalian tertarik untuk belajar menulis skenario film??

Ya, itulah informasi dan pengalaman saya dalam belajar menulis skenario film. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian. Terus semangat dan selalu istiqomah di jalan Allah Swt. Mari belajar menulis skenario film! ^^

 [Siti Muhaira, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]

By nilam

Ilham Raudhatul Jannah, biasa disapa Neng Ilham | Santriwati Pesantren MEDIA angkatanke-1, jenjang SMA | Alumni tahun 2014, asal Menes, Banten | Twitter: @senandungrindu1

2 thoughts on “Mari Belajar Menulis Skenario Film”

Tinggalkan Balasan ke Gaspar Tanjak Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *