Sebagai seorang santri kami semua harus menerima semua keadaan yang ada di sekitar kami. Baik itu pergaulan, pelajaran, tempat tinggal, dan yang terakhir adalah makanan. Ya, makanan di pesantren adalah makanan yang apa adanya. Mungkin untuk santri baru yang terbiasa hidup mewah akan merasa keberatan soal makanan seperti ini. Bagaimana tidak, mereka yang terbiasa di dalam kehidupan yang mewah pasti makanannya pun juga makanan mewah, berbeda dengan orang yang hidupnya sederhana. mereka tidak merasa keberatan atas makanan yang mereka dapat. Toh, makanan sehari-harinya pun itu juga.
Di pesantren semua santri diajarkan untuk hidup susah, agar suatu saat nanti ketika kami terjatuh maka kami bisa menghadapinya dengan tegar. Contoh kecilnya adalah makanan, terkadang beberapa pesantren hanya menyediakan tahu tempe untuk makanan sehari-hari, dan bahkan makanan seperti ayam goreng saja butuh waktu seminggu untuk memakannya lagi, itu pun ayamnya kecil.
Di pesantren juga sering makan sayur, walaupun sayurnya sayur asam, tapi tetap nikmat bagi kami jika kami bersyukur atas makanan yang ada. Apa lagi kalau sayur asamnya ada sambal terasi, wow itu adalah kenikmatan yang hakiki buat para santri (bagi yang doyan sayur asam).
Di pesantren itu kami di ajarkan untuk disiplin terhadap waktu,seperti waktu mengambil makan,jika terlambat sedikit maka salah satu dari kami tidak mendapatkan nasi atau pun lauk,tapi untung nya pesantren kami bersedia untuk menyiapkan makanan cadangan jika salah satu dari kami tidak ada yang dapat makanan.berbeda dengan pesantren lain yang jika santrinya tidak mendapatkan makanan maka santrinya tidak makan.
Dan, inilah Pesantren Media, tempat di mana kami belajar dan tinggal. Di pesantren ini makanannya pun tidak jauh dengan makanan di pesantren lain, seperti sayur asam, sop, tahu, tempe, dan sejenisnya. Tapi yang lebih hebatnya lagi, pesantren ini bisa mengajarkan kami untuk mendapatkan hikmah dari makanan melalui tugas menulis. [Dandy Okta Ramdhani, kelas 1 SMA]